Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Pria Tunanetra Ini Tiap Hari Memikul Batu, Menyusuri Lembah 100 Meter
14 Agustus 2019 9:18 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Hamid (48 tahun), seorang pria tunanetra asal Kampung Cikaracak, Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, sudah menjadi pengepul batu selama hampir 16 tahun.
ADVERTISEMENT
Hampir setiap hari, bapak satu anak ini menempuh jalur terjal untuk mengakses lokasi pengambilan batu, yang dekat dengan sungai. Sungai yang menjadi sumber batunya berada di lembah sekitar 100 meter di tempat biasa Hamid mangkal.
Di bahu jalan, penghubung antara Kecamatan Kalapanunggal dan Kecamatan Kabandungan tepatnya sebelum perbatasan, terdapat saung yang berukuran 2 meter x 50 sentimeter, di mana di depannya berserakan batu. Di situlah Hamid biasa mangkal.
Tak pernah terbesit dalam benaknya kata menyerah. Hamid memulai aktivitas di bahu jalan itu pukul 08.00 WIB hingga kembali pukul 16.00 WIB. Dengan kekurangan yang diterima sejak lahir, Hamid perlahan-lahan melewati jalan setapak dengan memikul beban berat dari sekarung batu yang dikumpulkannya.
ADVERTISEMENT
Batu-batu dari sungai itu harus dibuat berukuran kecil terlebih dahulu supaya bisa dijual. Caranya digetok menggunakan palu. Tak merasa kesulitan ketika Hamid melakukan hal itu, karena dibantu alat yang didesain sedemikian rupa sehingga ia memukul batu tak bergerak ke mana-mana.
Hamid mengaku sering diajak untuk mengemis di kota oleh temannya. Namun, ia menolak, karena merasa malu dan tidak terbiasa meminta-minta. "Pernah diajak ngemis sama temen, tapi saya tolak, malu soalnya," ujar Hamid saat diwawancarai sukabumiupdate.com, Selasa siang (13/8).
Kadang dalam sehari, Hamid tak dapat menjual batu yang dijajakannya itu, mengingat batu bukan kebutuhan utama. Namun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, selalu ada saja orang yang menghampiri dan memberi uang kepadanya.
ADVERTISEMENT
"Enggak tentu kalau dari penghasilan batu ini. Saya tidak pernah minta, mereka saja yang berwelas asih kepada saya. Kalau saja tidak ada yang ngasih, saya bisa kelaparan," lirih Hamid.