Tak Hanya Jahe Merah, Pengepul di Ciemas Sukabumi Kebanjiran Order Temu Ireng

Konten Media Partner
21 Maret 2020 10:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Temu ireng yang banyak dipesan ke para pengepul rempah-rempah di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. | Sumber Foto:Ragil Gilang
zoom-in-whitePerbesar
Temu ireng yang banyak dipesan ke para pengepul rempah-rempah di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. | Sumber Foto:Ragil Gilang
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Pengepul rempah-rempah di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi mendapat banyak pesanan di tengah mewabahnya virus Corona atau Covid-19.
ADVERTISEMENT
Ketika virus Corona atau Covid-19 mewabah, rempah-rempah seperti jahe merah, lengkuas dan temulawak banyak dicari. Rempah-rempah berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga diyakini dapat menghindari virus Corona.
Salah satu pengepul, Hermi Ratnawati (56 tahun), mengatakan saat ini banyak yang menanyakan dan memesan jahe merah. Selain jahe merah, banyak juga warga yang memesan temu ireng atau masyarakat Sunda menyebutnya dengan nama koneng hideung.
Hermi mengatakan, untuk temu ireng dipesan untuk diekspor atau dikirim ke India.
"Selama ini memang kami rutin selama 10 tahun memasok ke pabrik berupa temulawak yang sudah diiris tipis dalam kondisi kering, akan tetapi akhir-akhir ini, banyak juga yang mesan jahe merah dan temu ireng, bahkan temu ireng katanya pesanan dari India," ujar warga Kampung Jalancagak RT 06/01, Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciemas, kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (21/3/2020).
ADVERTISEMENT
Belum lama ini Hermi mendapat pesanan sebanyak 200 kilogram jahe merah dengan harga Rp 40 ribu per kilogram. Menurut Hermi, jahe merah itu diperolehnya dari pengepul lagi sebab untuk jahe merah yang ditanam petani Ciemas belum dipanen.
Diperkirakan 3 atau 4 bulan lagi jahe merah yang ditanam petani di Ciemas akan dipanen. Sedangkan, untuk temu ireng ini termasuk langka. "Harganya Rp 5.000 per kilogram dalam kondisi basah," terangnya.
Adapun saat ini harga temulawak yang sudah kering Rp 7.000 per kilogram dan yang sudah diiris Rp 15.000. Temulawak yang sudah diiris ini harganya berbeda karena sudah berbentuk potongan kecil sehingga siap untuk diproduksi.
Menurut Hermi, musim hujan sangat berpengaruh terhadap proses produksi rempah-rempah. Sebab untuk mengeringkannya butuh panas yang dihasilkan terik matahari. Sedangkan pesanan selalu datang diantaranya dari pabrik-pabrik yang memproduksi obat.
ADVERTISEMENT
"Sangat kesulitan untuk menjemurnya, jadi selama musim hujan ini belum bisa menjual karena barang masih dalam kondisi basah. Kalau permintaan dari pabrik selalu ada, karena memang kualitas terbaik itu dari daerah Pajampangan. Namun kendalanya cuaca," tuturnya.
Pengepul tidak tahu apakah pesanan dipengaruhi dengan penyebaran wabah virus Corona. Namun hal yang pasti rempah-rempah itu dipesan untuk bahan obat. "Kami tidak tahu persis, apakah permintaan pesanan karena pengaruh virus Corona. Selama ini memang dijadikan bahan obat herbal," pungkasnya.
Reporter: RAGIL GILANG
Redaktur: ANDRI SOMANTRI