Konten dari Pengguna

Agen Perubahan: Apakah Kita Layak di Sebut Mahasiswa?

Sulaiman Nabiyan Ali
Mahasiswa - Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
4 Mei 2025 16:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sulaiman Nabiyan Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Sulaiman Nabiyan Ali
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Sulaiman Nabiyan Ali
ADVERTISEMENT
Apakah kita layak disebut mahasiswa? Apakah kita layak mengenakan almamater ini? Apakah kita layak menyabet gelar sarjana? Mau kita apakan ijazah ini? Untuk apa semua ini? Dan untuk siapa?. Mahasiswa nan seyogyanya sudah menjadi kewajibannya sebagai “agent of change”.
ADVERTISEMENT
Pikiran ini cukup liar —memperkenankan untuk memaknai dan mengundang berbagai tanya. Namun apabila hanya sekedar disebut atau dipanggil—sebetulnya bagi saya layak-layak saja, namun disatu sisi saya berfikir sampai kening saya sedikit mengkerut, sembari dalam hati berbisik “Ya Gusti Pengeran—mahasiswa macam apa hamba ini”.
Saat itu pula saya kembali berfikir, barangkali niat serta tujuan saya sebagai seorang mahasiswa belum tertata dengan semestinya —jua barangkali masih ada yang salah di dalam diri saya. Yh, sudah seyogianya pemuda pemudi mengabdikan diri semata-mata karena sang maha cinta, lalu saya mengingat kembali tujuan saya—sebagai pribadi sekaligus mahasiswa, yakni menjadi pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya, serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Gusti, sungguh tujuan ini teramat luhur dan mulia sekali, saya niat kerena mu menjadi pribadi seperti tujuan nan saya tuliskan.
ADVERTISEMENT
Saya pikir untuk saat ini dan seterusnya sudah tidak ada alasan lagi, dan saya pikir walaupun ada alasan sebaiknya berhenti untuk ber-alasan akan sangat baik bilamana tidak mencari alasan ini dan itu, terkhusus bagi mahasiswa! Apalagi masih tetap memelihara kebiasaan buruk untuk berleha-leha seperti dahulu, sebelum terlambat berhentilah dalam perihal menyia-nyiakan waktu.
Tidakkah engkau khawatir atas apa yang engkau pelihara saat ini, tidakkah engkau khawatir atas apa yang akan berkembang biakdari apa yang engkau pelihara saat ini”. Bukankah itu, sungguh menyedihkan!
Saya akan menyampaikan-nya secara lantang lewat tulisan ini, bahwa mahasiswa mesti mulai menanamkan di dalam diri pribadi dengan lekat-selekat-lekatnya di dalam kalbu. Bahwa memang sudah hakikatnya mahasiswa sebagai “agent of change” bukan hanya sekedar menunjukan label mahasiswa lewat data diri pribadi apalagi ditambah dengan busana-busana yang kerap dikenakan saat ini, bukankah itu sungguh menyedihkan!.
ADVERTISEMENT
Salam hormat saya bagi para mahasiswa—pembaca, saya akan menyuarakannya secara lantang sudah saatnya melawan-melawan diri sendiri, tentu saja lawan terbesar kita yakni diri kita sendiri.