Cerita Ketua Legiun Veteran Mamuju Terlibat Pertempuran di Timor Timur

Konten Media Partner
17 Agustus 2021 8:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua LVRI Mamuju, Rafiuddin. Foto: Awal Dion/SulbarKini
zoom-in-whitePerbesar
Ketua LVRI Mamuju, Rafiuddin. Foto: Awal Dion/SulbarKini
ADVERTISEMENT
Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Mamuju, Rafiuddin, menjadi salah satu saksi sejarah saat terjadi gejolak di Timor Timur yang kini menjadi negara sendiri, Timor Leste.
ADVERTISEMENT
Tahun 1975, Rafiuddin merupakan anggota TNI berpangkat prajurit dua bertugas di markas 721 Parepare, Sulawesi Selatan. Dia kemudian ditugaskan dalam misi perebutan Gunung Mata Beang yang ada di Timor Timur yang saat itu masih tergabung dalam NKRI.
"Pada saat itu satu peleton yang berjumlah 37 orang di mana gunung tersebut dikuasai TBO (Tentara Bantuan Operasi) Fretilin," ungkap Rafiuddin kepada Sulbarkini, saat ditemui di rumahnya, Minggu (15/8/2021).
Dia mengisahkan, saat menjalankan misi tersebut, Rafiuddin dan teman-temannya ditempatkan di garis terdepan. Dalam operasi itu, komandan regu tertembak oleh TBO Fretilin di bagian kaki hingga dia ditunjuk menggantikan komandan regunya.
"Dalam melakukan operasi, kami bergerak pada malam hari, kondisi hujan lebat dan berkabut sehingga jarak pandang hanya sekitar 1 meter. Bahkan kompas yang dibawa tak dapat dilihat karena gelap gulita, namun kami terus berjalan ke atas puncak gunung," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pagi harinya, Rafiuddin bersama regunya turun ke sungai untuk membersihkan lumpur yang melengket di tubuh mereka. Dia lalu mendapati sisa-sisa kulit nangka di pinggir sungai. Dia kemudian bertemu dua warga setempat dan menanyakan jumlah TBO Fretilin yang ada di sekitar lokasi tersebut.
"Karena yang dewasa itu tidak mau menjawab, jadi saya panggil anak remaja tersebut dan menanyakan dengan menggunakan bahasa setempat. Akhirnya anak itu mengatakan ada 7 orang dan dilengkapi senjata," kisah Rafiuddin.
Mengetahui jumlah lawan, mereka lalu mengatur strategi dengan membagi prajurit. Ada yang menyusuri aliran sungai bagian kiri, sementara Rafiuddin dan lainnya menyusuri aliran sungai sebelah kanan untuk mengantisipasi serangan balik yang dilakukan TBO Fretilin.
"Jadi saya perintahkan anggota agar memasang mortir untuk ditembakkan ke arah gubuk yang diyakini terdapat di dalam pasukan TBO. Alhasil enam orang tewas di dalam gubuk, sementara seorang berhasil kabur. Dari keenam orang tersebut satu merupakan warga negara Portugal," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain berhasil membunuh 6 anggota TBO Fretilin, regu Rafiuddin juga berhasil menyita 37 pucuk senjata canggih laras panjang G3 yang berasal dari negara luar.
"Kelebihannya biar penuh lumpur masih bisa digunakan, beda senjata kita kalau sudah kena lumpur atau basah sudah tidak bisa lagi," tuturnya.
Semasa aktif sebagai anggota TNI, Rafiuddin juga pernah ditugaskan ke Irian Barat saat Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969. Usai bertugas di Timor Timur dan Irian Barat saat itu, Rafiuddin sempat mengikuti kursus administrasi dan intel di Pakkatto, Makassar.
Rafiuddin juga pernah menjabat sebagai Danramil Mamuju serta menjadi anggota DPRD Polewali Mandar selama dua periode. Di momen HUT ke-76 RI, Rafiuddin berharap veteran tetap mendapat perhatian dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Kami hanya meminta kepada pemerintah daerah agar jasa-jasa kami tidak dilupakan," tandasnya.