Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berangkat dari hal ini, Muh. Yusri, pemuda asal Dusun Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, tergerak untuk ikut melestarikan dan menyelamatkan penyu dari kepunahan.
Tahun 2008, ia mulai merintis pelestarian penyu di daerahnya di Pantai Mampie yang merupakah salah satu tempat nyaman bagi penyu untuk bertelur.
"Mulainya tahun 2008, tapi belum maksimal. Saat itu masih mempelajari tingkah laku masyarakat, apalagi di lingkungan sekitar masih banyak orang yang mengkonsumsi telur penyu. Tahun 2013 sudah ada gerakan untuk menggerakan pelestarian penyu di masyarakat," ungkap Yusri, pendiri Rumah Penyu, saat berbincang dengan Sulbar Kini, Sabtu (24/4/2021).
Menurut dia, gerakan pelestarian penyu tidaklah mudah. Yusri melihat masih tingginya konsumsi telur penyu dan diperjualbelikan di masyarakat sekitarnya. Karena tak ingin berbenturan dengan masyarakat, dia lalu membuat konsep adopsi telur penyu untuk setiap telur penyu yang ditemukan oleh warga.
ADVERTISEMENT
"Awalnya kita membeli telur yang ditemukan masyarakat untuk kemudian ditunggu sampai menetas. Namun karena kata membeli dilarang dalam konservasi penyu , kita buat konsep adopsi telur penyu. Setiap masyarakat yang menemukan telur penyu dicarikan adopsi atau bapak angkat untuk mengganti biaya operasional," jelasnya.
Dengan konsep adopsi tersebut, menurut Yusri, juga secara tidak langsung memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Si pengadopsi telur penyu, yang biasanya melibatkan pejabat daerah setempat, akan diberi kesempatan untuk melepasliarkan tukik (anak penyu) yang sudah menetas.
"Saat telur penyu sudah menetas, si pengadopsi ini kemudian kami undang untuk melepasliarkan tukik ke laut lepas. Biasa mereka datang membawa rombongan sekaligus berekreasi. Jadi, ada keuntungan ekonomi lagi buat masyarakat, mereka (rombongan pengadopsi telur penyu) beli ikan atau kelapa muda. Ini bisa tertutupi daripada masyarakat menjual 100 butir telur penyu yang dihargai Rp 50 ribu hingga Rp 80 ribu," tutur Yusri.
Dengan konsep itu, kata Yusri, secara tidak langsung membangun kesadaran masyarakat untuk turut melestarikan penyu.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat bisa jadi tidak paham manfaat konservasi, tapi dengan melihat adanya nilai ekonomi, mereka pun bisa mengingatkan ke yang lainnya untuk tidak memperjualbelikan atau mengonsumsi telur penyu," sebutnya.
Yusri menambahkan, musim bertelur penyu di sepanjang pantai Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan yakni pada Maret hingga Juli dan memasuki puncaknya pada bulan Mei. Dalam kurun setahun, dia bisa melepasliarkan sampai 3.000 tukik ke laut lepas.
"Penyu itu unik, secara insting dia akan kembali ke tempat di mana dia ditetaskan meski sudah menjelajah ke laut lepas. Mereka mulai bertelur saat umur 30 tahun, itu artinya mereka akan kembali bertelur ke tempat semula dalam 30 tahun," terang pria 32 tahun ini.
Untuk proses penetasan telur penyu, Yusri memilih melakukannya secara alami. Artinya, telur penyu yang ditemukan oleh warga di kawasan pantai tidak dipindahkan, namun diberi patok dan jaring untuk menjaganya sampai menetas.
ADVERTISEMENT
"Penyu bertelur pada malam hari, biasanya ada 70 sampai 150 telur dalam satu lubang. Itu bisa diketahui warga dari jejak penyu. Nah itu kami terapkan secara alami. Kecuali kalau lokasinya rawan predator seperti biawak atau jauh dari jangkauan, baru kami pindahkan," paparnya.
Selain sebagai tempat konservasi penyu dan wisata, Yusri juga menjadikan kawasan Rumah Penyu miliknya untuk berbagai kegiatan, khususnya kegiatan edukasi ke anak-anak.
"Jadi ada nilai lebih. Tak hanya berwisata di pantai, tetapi ada nilai-nilai edukasi, khususnya ke anak-anak," kata dia.
Namun demikian, Yusri merasa prihatin dengan masih maraknya penjualan penyu dan telur penyu di masyarakat. Padahal, dia menganggap mengkonsumi telur penyu yang disebutkan mempunyai khasiat hanyalah mitos.
"Dukungan pemerintah (untuk pelestarian penyu) dan petugas dalam hal pengawasan masih kurang. Salah satunya dengan masih maraknya telur penyu yang dijual di pasar-pasar. Kami hanya berusaha menyelamatkan semampunya," pungkasnya.