Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Konsep Leviathan dan Relevensinya Dengan Kondisi Masyarakat Kontemporer
19 Agustus 2022 14:11 WIB
Tulisan dari Sultan Naufal Fairiza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Leviathan merupakan mahakarya dari seorang filsuf bernama Thomas Hobbes. Leviathan sendiri diumpamakan sebagai monster mengerikan yang berkuasa. Dalam konsepnya, Hobbes menyatakan bahwa penguasa hanya tunduk pada hukum alam dimana otoritas berdaulat mutlak untuk mencegah kondisi yang ada sebelum kontrak sosial. Teori politik Thomas Hobbes yang terkandung dalam konsep leviathan setidaknya diatur untuk mencapai dua tujuan, yaitu untuk menjelaskan asal usul negara dan untuk membenarkan kekuasaan pemerintah yang absolut dan tidak terbatas, dimana penguasa memiliki kekuasaan absolut untuk memerintah dan sama sekali tidak tunduk pada warga negara.
ADVERTISEMENT
Bagi Hobbes otoritas negara dibenarkan dikarenakan warga telah menyetujui untuk menerima kewenangan tersebut. Berdasarkan hal ini, warga negara terikat untuk patuh. Instansi kekuasaan yang dilengkapi dengan kewenangan untuk memaksa itu bernama negara atau leviathan. Leviathan Hobbes menjelaskan bahwa jalan satu-satunya untuk mendirikan instansi kekuasaan umum yang sanggup melindungi manusia dari serangan asing dan bahaya saling menyerang adalah dengan memberikan jaminan keamanan kepada manusia sehingga mereka dapat menghidupi dirinya dengan bekerja serta hidup dalam kepuasan. Caranya adalah dengan pelimpahan kekuasaan dan otoritas mereka kepada seorang manusia atau perkumpulan manusia yang dengan prinsip suara terbanyak dapat mereduksikan kehendak masing-masing kepada satu kehendak.
Hobbes mengusulkan bahwa keadaan dasar alami umat manusia adalah anarki yang kuat mendominasi yang lemah. Hidup yang digambarkan kebanyakan menyendiri, miskin, jahat, brutal dan sebagainya. Oleh karena itu, satu-satunya hak alami kita adalah mempertahankan diri. Untuk menghilangkan ketakutan dasar antara individu atau kelompok, Hobbes menyarankan bahwa orang harus “berkontrak” dengan pelindung sebagai kedaulatan mereka. Di bawah kontrak sosial ini individu menyerahkan semua haknya, sedangkan pelindung adalah mutlak. Poin kunci Hobbes adalah bahwa setiap pelindung ada di sana dengan persetujuan khusus dengan rakyatnya. Sampai saat ini, karya Thomas Hobbes masih menjadi bacaan dalam studi filsafat dan politik. Meskipun hasil pemikirannya merupakan cerminan dari keadaan atau situasi masyarakat pada saat itu, ada hal menarik ketika teorinya masih terus disinggung untuk mempelajari suatu sistem politik atau negara.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan utama mengapa negara dibentuk adalah untuk tercapainya kehidupan yang baik dari warga negara. Lembaga negara akan tetap sah hanya ketika mereka yang memiliki otoritas politik menjalankan fungsi dasar pemerintahan untuk memenuhi harapan anggota masyarakat. Masyarakat atau kehidupan manusia pada saat kontemporer ini selalu dihadapkan pada beberapa permasalahan diantaranya ialah persoalan legitimasi, kekuasaan, kedamaian, dan lainnya. Gagasan Thomas Hobbes mengenai levithan memanglah hal yang sulit untuk diterima sepenuhnya bagi masyarakat kontemporer sekarang dengan lahirnya berbagai pemikiran kontemporer dan fundamentalisme.
Perlu dilakukannya sebuah penelusuran untuk melihat apa yang bertolak belakang dari leviathan ini dalam konteks kontemporer saat ini atau apa saja relevansi Leviathan dalam situasi saat ini. Namun leviathan juga dipandang sebagai mahakarya pemikiran politik dan sebuah karya yang mendefinisikan karakter politik modern. Keadaan kondisi kontemporer sekarang yang gandrung akan kekuasaan dan perang membuat daya tarik karya ini semakin kuat.
ADVERTISEMENT
Relevansinya dengan masyarakat kontemporer yang mungkin dapat dijelaskan adalah bahwa kita dapat membangun moralitas tanpa mekanisme penegakan eksternal dari yang berdaulat. Perlawanan terhadap kedaulatan oleh warga negara tidak logis bagi Hobbes sesuai dengan kondisi kontemporer saat ini. Namun, gagasan Hobbes tentang semua leviathan yang kuat tidak akan dapat diterima oleh masyarakat kontemporer ini di mana partisipasi kolektif dalam pemerintahan adalah aturan yang berlaku saat ini. Dalam masyarakat kontemporer ada hak untuk perbedaan pendapat, namun dalam negara leviathan pendapat minoritas harus bergabung dengan pendapat mayoritas. Inilah salah satu hal yang sulit bagi negara yang menganut demokrasi seperti Indonesia. Masyarakat kontemporer juga sangat kental akan nilai kemanusiaan, sehingga konsep negara leviathan mungkin akan sangat sulit diterapkan bagi negara komunal dan negara plural dan menjunjung nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Dari sudut metodologis pandangan Hobbes tetap relevan untuk tatanan perdamaian global. Teori Hobbes mencerminkan situasi pada masanya terutama perselisihan dalam masyarakatnya yang merusak tatanan masyarakat yang ingin ia hindari, namun ada relevansi teorinya dengan masyarakat kontemporer. David Held menegaskan bahwa menurut pendapat Hobbes, kedaulatan harus melanggengkan diri sendiri, tidak terbagi, dan mutlak yang didirikan oleh otoritas yang diberikan oleh rakyat. Kemudian hak memerintah yang berdaulat dan kewajiban subjek untuk patuh adalah hasil dari persetujuan. Meskipun, ada beberapa hal tentang konsepsi negara Hobbes yang hari ini kita anggap berguna, namun posisinya mendukung mereka yang memperdebatkan pentingnya pemerintah dengan persetujuan dan menolak klaim "hak ilahi raja" dan lainnya yang pada umumnya otoritas tradisi.
ADVERTISEMENT
Jaminan penyalahgunaan kekuasaan dalam negara leviathan tidak jelas, bagaimana kita dapat meminta pertanggungjawaban suatu pihak karena yang melanggar perjanjian yang bukan merupakan bagian darinya. Norma moral dan keadilan negara tidak dapat dituntut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena apa yang dianggap adil ditentukan oleh negara sendiri, dan segala pembagian kekuasaan negara ditolak oleh Hobbes. Nafsu yang dominan dalam pandangan Hobbes adalah kecenderungan manusia untuk bertahan hidup dan untuk berkuasa. Siapa yang mau hidup aman dan bertahan hidup, hanya membutuhkan satu hal yakninya kekuasaan. Namun ini semua bukanlah orientasi masyarakat modern sepenuhnya, karena ia dapat menahan diri. Perlawanan terhadap kedaulatan oleh warga negara tidak logis bagi Hobbes yang bertolak belakang dengan kondisi kontemporer saat ini.
ADVERTISEMENT
Negara leviathan karya Hobbes merupakan bentuk buruk negara yang tidak meyakinkan diterapkan saat ini, namun ia bukan bentuk konsep yang kosong. Negara Hobbes merupakan bayangan suatu zaman ketika kemanusiaan mati tertindas dan akal budi diganti kerakusan, kebengisan, orientasi kekuasaan, kebodohan, dan nihilisme.
Live Update