Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dari Kolonial Hingga Kini: Talkshow Jasmerah Bahas Transformasi Kereta Api
23 September 2024 9:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Suparman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam rangka meningkatkan literasi kesejarahan, terkait moda transportasi kereta api di Indonesia, pada Kamis, 19 September 2024 Perpusnas RI menyelenggarakan Talkshow Jasmerah dengan tema Pemanfaatan Kereta Api dalam Lintasan Sejarah Indonesia. Acara tersebut berlangsung secara tatap muka di ruang auditorium lantai empat Perpustakaan Nasional Merdeka Selatan dan secara daring melalui kanal youtube Pujasintara Perpusnas serta aplikasi Zoom. Acara ini diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa, komunitas budaya, komunitas blogger, komunitas pecinta kereta api, arsip nasional, perkumpulan guru sejarah dan masyarakat umum.
ADVERTISEMENT
Talkshow ini menghadirkan dua pembicara yaitu: Kartum Setiawan selaku Ketua Komunitas Jelajah Budaya dan Widya Sena Pradipta selaku VP of Non Railway Assets Development Planning PT Kereta Api Indonesia (Persero). Kartum Setiawan juga merupakan seorang penulis buku yang berjudul “Kereta Api di Jakarta: Dari Zaman Belanda Hingga Reformasi”. Kartum Setiawan memaparkan tentang sejarah pemanfaatan kereta api sejak zaman kolonial, fungsi kereta api, pembangunan jalur kereta api, serta perusahaan – perusahaan kereta api swasta zaman kolonial hingga masa pendudukan jepang. Setelah paparan tersebut, Widya Sena Pradipta memaparkan tentang sejarah pembentukan PT KAI mulai dari ambil alih perusahaan, nasionalisasi, modernisasi kereta api, pembangunan proyek kereta api, transformasi perusahaan, pembangunan kereta bandara, LRT, kereta cepat, serta upaya pelestarian dan revitalisasi aset cagar budaya.
ADVERTISEMENT
Hal menarik yang dipaparkan dalam talkshow ini salah satunya yaitu bahwa di stasiun kereta api pada zaman kolonial terdapat gudang yang berfungsi untuk penyimpanan komoditas rempah – rempah sebelum akhirnya dikirim ke eropa. Pada awalnya pembangunan kereta api memang ditujukan untuk mengangkut hasil pertanian ke pelabuhan. Dinamika bisnis kereta api pada tahun 1970 – 1980 memburuk membuat perusahaan memustuskan untuk menutup sebagian jalur yang tidak produktif. Penutupan jalur tersebut didasarkan pada pertimbangan kelayanan finansial dan kelayakan ekonomis. Akhirnya, dua lintas utama di Jawa yakni utara dan selatan yang dipertahankan. Jalur kereta yang tidak produktif tetap menjadi aset KAI yang memerlukan perawatan dan memakan biaya. Oleh karena itu, KAI melakukan transformasi dengan membentuk unit kerja Heritage yang bertujuan untuk menangani pelestarian aset cagar budaya. Diawali dengan melakukan revitalisasi Lawang Sewu di Semarang pada tahun 2010. Dalam hal melakukan revitalisasi aset, KAI lebih memprioritaskan aset aktif karena memberikan feedback secara langsung ke perusahaan. Untuk melakukan revitalisasi aset, KAI melakukan riset terlebih dahulu agar hasilnya sesuai atau mendekati aslinya. Riset tersebut dilakukan melalui dokumen sejarah yang dimiliki KAI dan arsip Hindia Belanda yang tersimpan di Nationaal Archief, Den Haag. Perpustakaan Nasional juga memiliki beberapa koleksi yang terkait dengan sejarah kereta api. Koleksi tersebut tersedia di layanan majalah terjilid lantai 23 Perpusnas Merdeka Selatan.
ADVERTISEMENT
“Dari stasiun kranji ke margasari
Kendaraan pribadi bikin polusi
Perpustakaan punya koleksi
Kereta api adalah solusi”
Begitulah cuplikan pantun sebagai penutup oleh moderator, Iman Zaenatul Haeri dari MGMP Sejarah Jakarta Selatan. Melalui acara ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang dapat ditularkan kepada orang lain. Semakin banyak orang yang menyadari pentingnya kereta api dalam sejarah Indonesia dan mendukung pelestarian aset cagar budaya yang tak ternilai. Dengan meningkatnya literasi dan kesadaran diharapkan kereta api bisa terus berperan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia sampai waktu yang akan datang.