Bernostalgia soal Sven-Goran Eriksson dan Tim Lazio yang Super

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
5 Februari 2020 15:49 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sven Goran Eriksson. Foto: Khaled DESOUKI / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sven Goran Eriksson. Foto: Khaled DESOUKI / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalaupun ada satu nama yang mesti dikenalkan oleh fans Lazio kepada anak, cucu, dan mungkin juga cicitnya, dia adalah Sven-Goran Eriksson. Jangan sampai ingatan sejarah akan pelatih asal Swedia itu lekang oleh waktu.
ADVERTISEMENT
Well, Eriksson adalah pelatih tersukses dalam sejarah Biancocelesti. Tujuh trofi dipersembahkannya untuk Lazio, rinciannya: Serie A (sekali), Coppa Italia (dua kali), Supercoppa Italiana (dua kali), Piala Winners (sekali), Piala Super UEFA (sekali).
Meski deretan trofi itu menjadi jejak emasnya selama membesut Lazio dalam kurun waktu 1997-2001, tetapi pada awalnya tidak berjalan mulus. Fans Lazio pernah berang setengah mampus kepadanya saat Giuseppe Signori dilego ke Sampdoria pada Januari 1998.
Ya, wajar saja, sih. Soalnya, waktu itu Signori adalah figur favorit di kubu Lazio. Dia adalah kapten, sekaligus penyerang subur Lazio. Selama membela Lazio (1992-1997), dia mencetak 126 gol dari 195 laga lintas kompetisi.
"Aku mengganti pemain yang sudah lama bermain di sana dan yang menurutku tidak memiliki mentalitas tepat. Beppe Signori adalah salah satu dari mereka, dia adalah kapten, dia adalah pencetak gol terbaik, dia dipanggil timnas," kisah Eriksson kepada The Coaches Voice.
ADVERTISEMENT
"Namun, dia sudah terlalu lama di sana (Lazio) cukup lama tanpa ada trofi dan itu bukan sesuatu yang positif. Aku bilang ke chairman bahwa kita harus jual Signori, dan dia seperti kena serangan jantung, 'Tidak, kamu bercanda'," lanjutnya.
Giuseppe 'Beppe' Signori jadi topskorer Serie A tiga kali pada dekade 1990-an. Foto: Twitter/CFS
Namun, Eriksson tak menyerah meyakinkan petinggi klub untuk menjual Signori. Hingga akhirnya, permintaan itu dikabulkan. Hasilnya? Fans Lazio jelas marah besar.
"Mereka membenciku, mereka mau membunuhku juga kurasa. Kami menjual Signori pada Kamis [atau mungkin] Jumat, dan hari Minggu kami kalah dari Udinese di kandang. Ya, ampun, itu masa-masa yang sulit," kisahnya.
"Jadi, pada latihan berikutnya, aku tidak bisa ke tempat latihan karena tempatnya dihalangi oleh suporter. Tidak ada latihan, polisi kesulitan mengatasi situasinya. Fans memanjat pagar dan menginvasi lapangan latihan, mereka duduk di atas Volvo-ku dan memukulnya," sambungnya.
Sven Goran Eriksson. Foto: AFP
Namun, Eriksson tak gentar. Dia berusaha sebisa mungkin menciptakan tim supernya sendiri. Beberapa pemain baru didatangkannya guna membentuk skuat juara.
ADVERTISEMENT
Sebut saja Juan Sebastian Veron (1999–2001), Sinisa Mihajlovic (1998–2004), hingga Roberto Mancini (1997–2001). Dua nama yang disebut terakhir sebelumnya pernah bekerja sama dengan Eriksson di Sampdoria.
Dari situ, lahirlah tim juara. Trofi demi trofi diraih, dan tak ada lagi yang berbicara tentang Signori. Oh, secepat itu manusia berubah.
"Mereka (fans dan klub) masih sangat mengingatnya (Signori) di Lazio karena dia pemain hebat, tetapi enggak ada lagi yang bilang padaku bahwa seharusnya dia enggak dijual," ucap Eriksson.
Juan Sebastian Veron. Foto: Marco BERTORELLO / AFP
Eriksson dulu kerap memainkan formasi 4-4-1-1 di Lazio. Formasi itu juga yang diterapkannya saat membawa Lazio menjuarai Serie A 1999/2000. Mari kita ulas.
Empat bek yang dipasang pada saat itu adalah Alessandro Nesta (tengah), Mihajlovic (tengah), Paolo Negro (kanan), Giuseppe Favalli/Giuseppe Pancaro (kiri).
ADVERTISEMENT
Nah, kalau bicara soal Mihajlovic, ada cerita tersendiri, nih. Jadi, kata Eriksson, Mihajlovic waktu di Sampdoria adalah winger atau second-striker. Akan tetapi, Eriksson coba meyakinkannya untuk menjadi bek, dan itu berhasil.
"Sebagai bek tengah, dia (Mihajlovic) menjadi salah satu yang terbaik di dunia dan dia punya kaki kiri terbaik di dunia. Penting, sangat penting," ujar Eriksson.
Sinisa Mihajlovic. Foto: PATRICK HERTZOG / AFP
Sayap kiri diisi oleh Pavel Nedved, sosok yang disebutnya memiliki kesadaran taktikal yang baik, sangat profesional, dan mampu berlari naik-turun sepanjang laga.
Di sisi kanan, Eriksson memainkan Sergio Conceicao atau bisa juga Veron (untuk Veron, ini berdasarkan ucapan Eriksson di kanal YouTube Coaches Voice).
Khusus si gelandang Argentina, bagi Eriksson, dia membuat segalanya menjadi mudah bagi Lazio. Veron juga bisa main sebagai gelandang tengah, posisi yang biasa diisi oleh Matias Almeyda, Diego Simeone, dan Nestor Sensini.
ADVERTISEMENT
Di lini depan, Lazio memainkan Marcelo Salas sebagai penyerang tengah. Sosok asal Cile itu memainkan peran No. 9. Sementara itu, Roberto Mancini --yang disebut Eriksson sebagai the real playmaker-- berada di belakangnya sebagai second-striker.
"Mancini bisa bergerak ke mana saja [di area lawan], tetapi dia juga bisa mundur untuk mengambil bola dari belakang," kenang Eriksson.
Kata Eriksson, Mancini bilang ke rekan-rekannya, pokoknya, kalau melihat dia memegang bola, maka larilah. Itu karena kemampuan umpan jarak jauhnya yang ciamik. Cukup lari, nanti bola akan datang sendiri dari sepakannya.
Roberto Mancini yang kini menjadi pelatih Timnas Italia. Foto: AFP/Andreas Solaro
Meski memiliki deretan pemain hebat, tetapi Eriksson menekankan bahwa sistem juga tak kalah penting. Tanpa sistem yang bagus, ya, potensi para pemain tidak akan keluar.
ADVERTISEMENT
"Kalau kamu punya pesepak bola yang hebat banget, buatkanlah sistem yang bagus, jangan sebaliknya. Karena jika kamu punya pemain seperti Veron dan Mancini, maka kamu tidak bisa memaksakan mereka bermain menekan dengan sangat agresif," jelasnya.
"Jadi, kalau aku mendapatkan pemain yang aku mau, maka aku akan membuatkan mereka sistem yang cocok," lanjutnya.
Nasihat ini tampaknya masih berlaku untuk para pelatih era kiwari. Percuma punya pemain bagus, tetapi tak ada sistem yang baik, begitu juga sebaliknya. Ehem, Manchester United, ehem.
Well, hari ini, 5 Februari 2020, adalah peringatan ulang tahun yang ke-72 bagi Sven-Goran Eriksson. Selamat ulang tahun. Terima kasih pernah datang ke Serie A, terima kasih telah membuat sepak bola menjadi menarik.
ADVERTISEMENT
---
Ralat: Artikel ini telah mengalami perubahan dengan mengoreksi nama Almeyda. Harusnya, Matias Almeyda, bukan Diego Almeyda. Juga sempat luput menyebut nama Sergio Conceicao dan kini telah dikoreksi.
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo buruan daftar di sini.
Bagi yang mau nonton langsung siaran Liga Inggris, bisa ke Mola TV; dan bagi yang ingin merasakan kemeriahan Nobar Supersoccer, bisa cek list schedule-nya di SSCornerID. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.