Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

Cerita Michail Antonio: Kehidupan Geng hingga Keprihatinan pada London
6 Januari 2020 13:01 WIB

ADVERTISEMENT
Hidup di London Selatan itu keras. Michail Antonio tahu betul rasanya. Winger klub Premier League , West Ham United , itu tumbuh menjadi pribadi yang mudah emosi. Setidaknya, hingga usia 14 tahun, prinsip hidup Antonio adalah senggol-gaplok.
ADVERTISEMENT
Antonio dulu bukan tipe remaja yang suka menumpahkan emosinya hanya lewat sumpah serapah. Dia dulu sosok yang tak segan berkelahi fisik dengan orang. Bayangkan, sebegitu kerasnya lingkungan tempat dia tinggal.
“Aku dulu pernah berpikir untuk bergabung dengan geng. Soalnya, cewek-cewek itu dulu suka sama anak nakal, terlebih kalau punya banyak uang," kenang Antonio.
Kemudian, sang kakaklah yang menahan niatannya itu. Antonio bersyukur tidak pernah menjadi bagian dari geng kriminal.
"Kakakku bilang, ‘Buat apa kamu bergabung dengan sebuah geng, padahal kamu punya teman di geng lain? Masa kamu berantem dengan temanmu sendiri'. Dua bulan setelah aku dinasihati begitu, salah satu temanku menikam teman yang lain hingga meninggal," lanjutnya.
London kini sudah semakin maju, semakin modern. Meski begitu, sosok 29 tahun itu tak merasa lingkungannya kini lebih baik. Kepada The Guardian, Antonio malah bilang London --tak cuma London Selatan-- kini lebih buruk dari dulu.
ADVERTISEMENT
Antonio tahu bahwa budaya geng masih lestari di sana. Dia bahkan mengaku prihatin dengan meningkatnya kejahatan bersenjata tajam di London. Menurutnya, anak-anak di sana adalah korban dari orang-orang yang kini berkuasa di pemerintahan.
"Masa kini 10 kali lebih buruk daripada waktu aku remaja dulu," katanya. Kita benar-benar kehilangan sentuhan soal bagaimana seharusnya memperlakukan anak-anak. London lebih sebagai lahan bisnis ketimbang tempat tinggal keluarga. Anda tidak bisa tinggal di sini. Kita tidak berinvestasi di masa depan," ujarnya.
Well, kayaknya isi otak orang dewasa itu cuma memang uang, ya? Semua tindakan didasari atas untung-rugi bisnis. Nyaris punah benda bernama empati.
“Semua pengin beli rumah. Lahan-lahan disulap menjadi blok bisnis. Nyaris tidak ada taman lagi. Setiap ruang kecil hijau diubah menjadi flat. Para pengusaha dan perempuan juga nantinya bakal berkeluarga. Lantas bagaimana nasib anak-anak mereka kelak? Tidak ada yang bisa mereka lakukan," tutur Antonio.
Kalau yang dibilang Antonio itu memang benar, maka artinya orang-orang yang berkuasa dan berduit di London sudah tak peduli dengan tata kota, keindahan alam, dan tetek-bengeknya. Yang penting cuan mengalir terussss...
ADVERTISEMENT
Bahaya juga kalau ruang terbuka hijau diubah jadi perumahan. Selain anak-anak bakal kehilangan lahan tempat bermain, daerah resapan air juga bakal menipis.
Aneh, sih, kalau suatu hari kita nonton berita London kebanjiran, rumah-rumah terendam, kendaraan hanyut terbawa arus. Para pejabatnya lalu turun ke jalan ikut kerja bakti, dan warganya bilang, "Good bener pemimpin gua, serasa presiden!"
Bagi Antonio, hal yang lebih mirisnya lagi adalah kalau dulu dia bisa main sepak bola atau berkunjung ke pusat-pusat anak muda dan taman bermain dengan gratis, kini orang harus membayar untuk bisa merasakan fasilitas tersebut.
"Semuanya ditutup atau kamu harus membayar dan orang tidak mampu lagi. Ini adalah pertama kalinya aku menyalahkan orang lain. Aku menyalahkan pemerintah karena menutup semua pusat anak muda dan taman bermain," kata Antonio.
ADVERTISEMENT
“Anak-anak sekarang tidak akan tahu tentang pusat-pusat anak muda. Aku merasa, jika mereka memiliki kesempatan untuk mencobanya, mereka tidak akan berbuat onar di jalanan. Alhasil, ketika bosan, kamu bakal mencoba melakukan sesuatu dan bisa jadi itu hal buruk," tambahnya.
Pada akhirnya, masalah kayak gini enggak cuma terjadi di London. Kota-kota besar atau ibu kota suatu negara juga acap punya permasalahan serupa. Kalau di negara maju macam Inggris saja begini, apalagi di negara berkembang?
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League . Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer , gratis! Ayo buruan daftar di sini . Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV , dan jersey original.
ADVERTISEMENT