Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Dani Alves di Sevilla: Datang sebagai Pemuda, Pergi sebagai Pria
6 Mei 2020 15:30 WIB
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
"Itu bukan air mata buaya," begitulah kata-kata pertama yang ditulis oleh ofisial Sevilla di situs web resmi mereka dalam rangka mengumumkan hengkangnya Dani Alves.
ADVERTISEMENT
Buat kalian yang lupa, sebelum mengukir sejarah bersama Barcelona, bek asal Brasil itu merupakan personel penting Sevilla. Selama lebih dari lima musim (2003-2008), Stadion Ramon Sanchez Pizjuan menjadi rumah kedua Alves.
Kehadirannya di skuat Los Nervionenses sangat krusial. Trofi Piala UEFA (sekarang Liga Europa) 2005/06 dan 2006/07, Piala Super UEFA 2006, Copa del Rey 2006/07, serta Piala Super Spanyol 2007 adalah bukti kontribusinya.
Oke, lalu apa maksud dari kalimat "Itu bukan air mata buaya"? Apakah itu bentuk penegasan Sevilla bahwa Alves bukan playboy?
Yang jelas, kalimat itu tidak bicara tentang kehidupan pribadi si pemain kelahiran Juazeiro. Boleh jadi, kalimat itu menegaskan bahwa Alves memang betul-betul sedih kala meninggalkan Sevilla.
Lalu, kenapa harus ditegaskan begitu? Memangnya ada masalah apa?
Well, Alves yang dulu dan yang sekarang itu sama: Punya kepribadian yang keras. Presiden Sevilla kala itu, Jose Maria del Nido, bisa-bisanya dia ajak cekcok.
ADVERTISEMENT
Pada Agustus 2007, Alves menjadi incaran banyak klub Eropa. Di sisi lain, dia menyatakan ingin hengkang. Dari sini, loyalitas Alves jelas layak dipertanyakan.
Salah satu klub yang serius meminati jasanya adalah Chelsea. Alves merasa tertarik dengan The Blues. Namun, tawaran resmi dari juara bertahan Premier League itu ditolak oleh pihak Sevilla karena harganya tak cocok.
Alhasil, Chelsea malah memboyong Juliano Belletti dari Barcelona dengan harga yang lebih murah. Itulah yang membuat Alves mencak-mencak pada Del Nido.
Masalahnya, perseteruan itu bocor ke publik. Suporter Sevilla sudah boleh berhak kecewa, dong, dengan sikap Alves. Kesannya sudah pengin buru-buru hengkang.
Perseteruan tersebut pada akhirnya mereda. Situasi yang tadinya panas, perlahan mendingin, dan Alves tetap bertahan di klub asal Andalusia itu untuk musim 2007/08.
ADVERTISEMENT
Juande Ramos--pelatih Sevilla kala itu--juga sempat memuji profesionalisme Alves, meski keinginannya untuk pergi tak terwujud.
Ada juga yang berkata, kematian Antonio Puerta--bek Sevilla yang wafat akibat serangan jantung--juga menjadi faktor yang meluruhkan ego Alves untuk hengkang.
Pada musim panas tahun berikutnya, pemain yang memulai karier profesionalnya bersama klub asal Brasil, Bahia, itu benar-benar hengkang. Bukan ke Inggris, melainkan ke wilayah Catalunya untuk bergabung dengan Blaugrana.
Saat momen konferensi pers terkait kepindahannya, Alves tampak duduk berdampingan dengan Del Nido, menyiratkan bahwa perseturuan di antara mereka telah ditumpuk ke dalam lembaran masa lalu. Dan, ya, kala itu, Alves berurai air mata.
"Aku ingin berterima kasih kepada Presiden [Del Nido] karena telah membuka pintu klub ini dan memberiku kesempatan untuk berkembang. Aku berterima kasih kepada Sevilla. Aku datang sebagai seorang pemuda dan aku keluar sebagai seorang pria, sebagai seorang ayah," ujar Alves pada waktu itu.
ADVERTISEMENT
"Suatu hari, aku ingin kembali ke Sanchez Pizjuan, tempat yang tak akan pernah kulupakan. Aku bisa kayak begini karena Sevilla," lanjutnya.
Setelah memenangi banyak trofi bersama Barcelona, Alves merapat ke Juventus. Kemudian, dia bergabung dengan Paris Saint-Germain dan kini terikat kontrak dengan klub Liga Brasil, Sao Paolo.
Per hari ini, 6 Mei 2020, Alves berusia 37 tahun. Apakah dia bakal menepati janjinya kembali ke Sevilla? Tentunya enggak harus sebagai pemain juga, sih.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini.