Kisah Roberto Baggio: Memilih Brescia demi Bisa Bela Negara

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
18 November 2019 14:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Roberto Baggio. Foto: AFP/Carlo Baroncini
zoom-in-whitePerbesar
Roberto Baggio. Foto: AFP/Carlo Baroncini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tahun 2000, secara mengejutkan, Roberto Baggio bergabung dengan klub asal Lombardia bernama Brescia. Kenapa mengejutkan? Sebab, pada masa itu, Brescia hanyalah sebuah klub yang baru saja promosi ke Serie A.
ADVERTISEMENT
Padahal, sosok yang mengawali kariernya bersama Vicenza di Serie C1 ini sebelumnya telah membela beberapa klub ternama Serie A. Secara berurutan: Fiorentina, Juventus, AC Milan, Bologna, hingga Inter Milan.
Bersama Bianconeri, Baggio memenangkan masing-masing satu trofi Piala UEFA, Serie A, dan Coppa Italia. Ketika membela Rossoneri, dia menjuarai Serie A sebanyak satu kali.
Enggak cuma gelar bareng klub, lho, Baggio juga meraih dua penghargaan bergengsi pada tahun 1993: Ballon d’Or dan FIFA World Player of the Year.
Dari catatan di atas saja, kita bisa tahu bahwa Baggio bukan pemain kaleng-kaleng. Dia adalah bintang. Dia adalah idola.
Lantas, kok, mau-maunya seorang pemain 'besar' bermain untuk sebuah klub yang baru saja promosi?
Aksi Roberto Baggio (kanan) saat berseragam Brescia. Foto: AFP/Jean-Loup Gautreau
Begini, jadi sebelum ke Brescia, sosok kelahiran 18 Februari 1967 ini membela Inter Milan (1998-2000). Sebetulnya, Nerazzurri adalah klub favorit Baggio. Jelas, bisa bermain untuk klub yang sudah disukai sejak kecil adalah impian yang jadi nyata.
ADVERTISEMENT
Namun ironisnya, Baggio lebih sering menghangatkan bangku cadangan La Beneamata. Hal ini membikin dia tak dilirik pelatih Timnas Italia pada masa itu, Dino Zoff, untuk dibawa ke perhelatan Piala Eropa 2000.
Alhasil, Baggio menjadi tak betah di Inter --meski Inter adalah klub favoritnya. Ditambah lagi, dia terlibat perseteruan dengan pelatih Inter kala itu, Marcello Lippi. Akhirnya, atas dua alasan itu, Baggio memutuskan tidak memperpanjang kontrak di Giuseppe Meazza.
Napoli dan Reggina, serta klub-klub dari Premier League dan La Liga sempat mengincarnya. Namun, Baggio mencari tim yang bisa memberikannya menit bermain lebih banyak demi menjaga kans untuk membela Gli Azzurri di Piala Dunia 2002.
Pada akhirnya, pilihannya jatuh kepada Brescia. Hal ini tentu disambut oleh segenap insan Le Rondinelle. Carlo Mazzone --pelatih Brescia selama tahun 2000-2003-- menyatakan kekagumannya pada Baggio.
ADVERTISEMENT
"Roberto Baggio adalah fantasista terbaik Italia, dia lebih baik daripada (Giuseppe) Meazza dan (Giampiero) Boniperti, dan dia termasuk yang terhebat sepanjang masa, tepat di belakang (Diego) Maradona, Pele, dan mungkin (Johan) Cruyff," kata Mazzone, dilansir Calciopro.com.
Dari sekian banyak tim yang mengincarnya, lantas kenapa Baggio memilih Brescia?
Sebab, menurut Baggio, Brescia dinilai menjadi satu-satunya klub Serie A yang menawarkan menit bermain lebih banyak dan gaji kompetitif --meski tak sebesar gaji klub ternama lainnya. Memilih Brescia juga disebutnya sesuai dengan rencana pribadinya dan keluarga.
"Saya ingin terus bermain. Saya ingin melanjutkan hingga 2002 dan main di Piala Dunia di Jepang dan Korea Selatan. Itulah tujuan saya. Jika seorang pemain bermain sedikit, maka dia tidak dapat meyakinkan pelatih timnas dan tahun lalu (bersama Inter) saya tidak banyak bermain," kata Baggio, dilansir The Telegraph.
ADVERTISEMENT
"Itulah sebabnya saya sekarang ingin pergi ke tim di mana saya dapat menunjukkan kualitas saya," lanjutnya.
Ini yang perlu ditiru dari sosok Baggio. Demi bisa mengabdi kepada negara, dia rela turun gengsi dan turun gaji, dengan bermain buat klub kecil seperti Brescia.
Pelajaran buat kita: Jangan pernah mengaku paling nasionalis kalau masih lebih mentingin kekayaan pribadi di atas bangsa sendiri.
Roberto Baggio saat membela Brescia. Foto: AFP/Carlo Barloncini
Di Brescia, Baggio ditempatkan sebagai gelandang serang dan diberi jersi nomor punggung 10. Musim pertamanya berjalan baik. Dia mencetak 10 gol dari 25 laga Serie A, menempatkan Brescia di peringkat delapan klasemen akhir musim 2000/01.
Pada musim selanjutnya, Baggio sempat mendapat cedera serius. Meski begitu, dia tetap mampu menyumbang 11 gol dari 12 laga. Bukti bahwa dia memang pemain hebat.
ADVERTISEMENT
Namun sayang, meski bermain baik untuk Brescia, Baggio tetap gagal ke Piala Dunia 2002. Pelatih Italia saat itu, Giovanni Trapattoni, secara kontroversial mencoretnya dari skuat. Alasannya, Baggio dinilai belum pulih dari cedera.
Atas keputusan tersebut, Baggio sampai-sampai menulis surat permohonan kepada Trapattoni. Intinya, dia bilang bahwa alasannya memilih Brescia adalah demi bisa membela Timnas Italia lagi.
Namun pada akhirnya, Mr. Trap tetap tak bergeming. Baggio pun hanya bisa pasrah.
Meski begitu, Baggio tetap melanjutkan komitmennya bersama Brescia hingga tahun 2004. Kontribusinya di atas lapangan membuat Brescia langgeng di Serie A.
Usai Baggio tak lagi berada di tim, Brescia langsung terdegradasi ke Serie B karena finis di peringkat 19 pada musim 2004/05. Sebegitu besarnya dampak Baggio bagi Brescia.
ADVERTISEMENT
Sebelum pensiun, Baggio akhirnya sempat kembali membela Timnas Italia untuk kali terakhir. Bukan di turnamen besar, sih, melainkan main dalam laga persahabatan kontra Spanyol.
Dalam laga yang berakhir imbang 1-1 itu, Baggio masuk di menit 85 menggantikan Fabrizio Miccoli. Baggio mengenakan jersi nomor punggung 10 dan ban kapten. Itulah terakhir kali Baggio membela Gli Azzurri.
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo, buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.