Mengenang Penebusan Dosa Fabio Quagliarella di Derby della Mole

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
2 November 2019 19:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fabio Quagliarella saat di Torino. Foto: MARCO BERTORELLO / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Fabio Quagliarella saat di Torino. Foto: MARCO BERTORELLO / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalian tahu istilah 'Seven Deadly Sins' yang jika diterjemahkan artinya menjadi 'Tujuh Dosa Mematikan'? Tujuh dosa yang dianggap mematikan itu adalah kesombongan, keserakahan, nafsu, iri hati, kerakusan, murka, dan kemalasan.
ADVERTISEMENT
Namun, kalau untuk seorang pesepak bola, dosa mematikan itu bisa bertambah menjadi delapan. 'Dosa' yang dimaksud itu adalah ketika seorang pemain 'berkhianat' karena membela klub rival dari klub yang sebelumnya dibelanya.
Wajar saja, jika fans suatu klub sepak bola lantas melabeli cap 'durhaka' kepada pemain yang berani melakukan pengkhianatan seperti itu. Siap-siap saja menerima hujatan hingga cacian. Sudah bagus tak dikutuk jadi batu.
Salah satu pemain yang pernah melakukannya adalah Fabio Quagliarella. Ia sempat dikontrak oleh Torino dari tahun 1999 hingga 2005. Bahkan, penyerang kelahiran 31 Januari 1983 itu adalah produk jebolan akademi Torino.
Petualangan kariernya lalu membawanya ke dalam pelukan 'Si Nyonya Tua' alias Juventus, rival abadi 'Il Toro'. Memang, sih, selama empat musim membela Juventus (2010-2014), Quagliarella tidak pernah sekalipun membobol gawang Torino.
ADVERTISEMENT
Namun tetap saja, fans Torino harus menyaksikan Quagliarella meraih sejumlah trofi juara bersama Juventus. Di antaranya: Tiga scudetto Serie A dan dua Coppa Italia. Sementara 'I Granata' hanya bisa meratapi nasib berkutat di papan tengah, bahkan papan bawah.
Ibaratnya, kamu merawat seorang anak sejak kecil, ketika besar ia sanggup berprestasi di bawah asuhan ayah angkatnya yang merupakan orang yang kamu benci setengah mati. Layak disebut durhaka, bukan?
Namun, pada awal musim 2014/2015, Quagliarella pulang. Menanggalkan jersi putih-hitam untuk kembali mengenakan jersi merah marun. Ya, ia kembali memperkuat Torino hingga akhir musim 2015/2016.
Seolah ini seperti bentuk pertaubatan. Meski begitu, tentu tak sedikit fans yang masih memendam kesal kepadanya. Untuk itulah, Quagliarella butuh pembuktian bahwa langkahnya kembali ke Torino bukan pencitraan belaka.
ADVERTISEMENT
26 April 2015, Torino menjamu Juventus di Stadio Olimpico Grande Torino. Yang bukan fans Torino --dan bisa jadi juga ada fans Torino-- berpikir bahwa 'I Bianconeri' akan pulang membawa tiga poin seperti biasanya.
Hal itu tampak benar bakal jadi realita saat Andrea Pirlo membuka keunggulan lewat tendangan bebasnya yang ciamik pada menit 35. Namun sayang, sepak bola tak berhenti di menit 35, bung.
Detik-detik jelang turun minum, tuan rumah menyamakan kedudukan menjadi 1-1 lewat gol Leandro Darmian. Quagliarella berperan penting atas gol ini karena ia yang memberikan asis.
Barulah pada babak kedua, Quagliarella menebus dosanya. Menerima umpan dari Darmian, ia sukses membobol gawang Gianluigi Buffon. Tidak ada selebrasi yang berlebihan, paling hanya saling berpelukan laiknya teletubbies.
ADVERTISEMENT
Hingga peluit akhir dibunyikan, skor 2-1 bertahan untuk kemenangan Torino. Tahu, enggak, apa yang membikin laga ini amat spesial? Sebelum laga ini, terakhir kali Torino mampu mengalahkan Juventus adalah pada 9 April 1995.
Artinya, selama 20 tahun Torino enggak pernah menang dari Juventus. Dan salah satu aktor penting di balik kemenangan tersebut adalah Fabio Quagliarella. Ia telah menebus dosanya.
Memang, sih, Torino tidak memenangkan trofi apa pun. Namun setidaknya, hari itu para fans boleh berbangga hati, kemenangan yang dirindukan itu akhirnya hadir.
Dan kepada pria yang pernah berkhianat itu, mereka mesti berterima kasih. Enggak perlu memberikan karangan bunga atau membuatkan patung dari emas, cukup pemberian maaf saja yang tulus dari hati.
ADVERTISEMENT
----
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Baca syarat dan ketentuannya di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.