Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kisah Kehidupan Anak Desa: Merakit Gethek (Bagian 1)
23 Agustus 2023 14:19 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Suprapto-apt tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gethek atau sampan merupakan alat transprotasi air tradisional yang terbuat dari bambu. Gethek biasa digunakan di sungai, waduk, atau bengawan. Pada waktu itu gethek merupakan alat transportasi yang paling cepat untuk menyeberang ke desa sebelah atau untuk menuju tempat lain dengan menerobos jalan pintas.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana telah saya jelaskan di seri sebelumnya (Desa yang Kucintai ), bahwa kampung saya dibelah olah sungai dengan desa sebelah berbeda kelurahan. Sebenarnya sudah ada jembatan penyeberangan, namun tempatnya cukup jauh dan harus memutar jalan sekitar 3-5 km terlebih dahulu, lumayan bukan? Maka dengan menyeberang sungai merupakan jalan pintas agar cepat sampai tujuan.
Saat musim kemarau aliran arus sungai kecil dan dangkal namun tidak sampai kering, maka warga tidak terlalu kesulitan untuk menyeberangi sungai tersebut cukup dengan berjalan kaki. Namun jika musim penghujan tiba, arus alir sungai besar, sungai sangat dalam maka menjadi hambatan dan tantangan tersendiri. Sebagian warga ada yang tetap berani nyeberang dengan berenang. Namun sebagai besar tidak berani nyeberang karena bisa berisiko terbawa arus air (kentir, kerut).
ADVERTISEMENT
Waktu itu juga sudah ada beberapa tempat penyeberangan menggunakan sampan yang bisa digunakan warga, namun beda tempat dan agak jauh juga membayar sedang di sungai tempat kami belum ada sampan tuk menyeberang. Nah, melihat kondisi tersebut dan atas keprihatinan yang mendalam, maka saya dan teman-teman berinisiatif untuk membuat gethek. Oh begitu, itu adalah ide yang cerdas, baik, dan sangat bermanfaat bagi warga sekitar yang mau menyeberang. Iya kan?
Bagaimana cara membuat gethek?
Gethek yang kami rancang terbuat dari bambu ori. Mengapa dipilih bambu ori bukan jenis bambu yang lainnya? Nah itulah salah satu kelebihan bambu ori, bambu ori itu walaupun sangat banyak duri namun memiliki rongga udara besar dan kuat sehingga mudah mengapung dalam air. Tentang jenis-jenis bambu ini nanti akan saya bahas di bab tersendiri insyaAllah.
ADVERTISEMENT
Saya dan teman-teman mulanya juga agak ragu-ragu apakah mampu membuat gethek tersebut, namun dengan didorong oleh semangat dan keinginan yang luhur (halah kayak UUD saja), maka kami tetap bertekad sangat bulat untuk melanjutkan impian tersebut bisa terwujud. Kami meminta izin kepada orang tua yang mempunyai bambu (Jawa: Pring) untuk ditebang, untuk dibuat gethek dan alhamdulilah diizinkan.
Wah senang sekali akhirnya kami segera persiapan untuk hunting bambu-bambu yang sesuai. Kebetulan Bapak dan Pakdhe saya punya rumpun bambu ori juga.
Dengan peralatan kapak, arit, bendo kami pilih bambu-bambu yang ukuran sedang dan besar, dipilih yang sudah tua agar awet dan tidak berkerut. Secara bertahap kami menebang bambu-bambu tersebut satu demi satu sehingga dirasa cukup untuk dibuat sampan. Ya kira-kira kami butuh sekitar 12-15 bambu.
ADVERTISEMENT
Kami bersihkan ranting dan carang-carang (carang = cabang) berduri secara hari-hati dengan arit besar. Kami potong bagian pangkal dan ujung bambu pada ukuran sekitar 12-15 meter. Setelah itu kami tata rapi bambu-bambu tersebut dan diapit kuat dengan sepasang bilah bambu pada bagian atas-bawah, dan pada jarak sekitar tertentu di bagian depan, tengah dan ujung untuk merekatkan satu dengan lainnya.
Ooo ya tidak lupa bambu-bambu kami ikat dengan tali yang senar ukuran sedang. Juga perlu dipaku beberapa tempat agar lebih kuat dan tidak mudah lepas.
Setelah itu untuk kenyamanan di bagian tengah, biasanya untuk meletakkan sepeda atau barang bawaan juga penumpang supaya tidak mudah terpeleset perlu dikasih tetek (anyaman bambu). Juga untuk memudahkan di saat sampan tersebut ditambatkan kami beri ikatan senar dadung ukuran sedang.
ADVERTISEMENT
O ya lupa, ada satu lagi yang tidak kalah pentingnya adalah adanya bambu diameter sebesar ukuran lengan tangan orang dewasa panjang sekitar 10 meter namun kuat untuk mengendalikan arah dan laju getek menuju ke tempat yang diinginkan, yang biasa kami sebut sebagai sathang (sebilah bambu panjang) yang berfungsi untuk mendorong dan mengarahkan gethek.
Maka orang yang mengemudikan gethek disebut tukang sathang, ada yang menyebut tukang tambang. Saat ini barangkali gethek menjadi salah satu sarana objek rekreasi/wisata.
Bagaimana cara mengoperasikan gethek tersebut?
Saat gethek tidak digunakan maka kami parkir/tambatkan dengan cara ditali pada pohon yang ada di sekitar tempat yang mudah untuk dijangkau atau mudah untuk dipinggirkan. Begitu ada penumpang maka secara perlahan-lahan gethek kita pinggirkan dengan posisi membujur sejajar arus sungai, mepet pinggir sungai. Penumpang naik satu per satu dan menuju tempat yang nyaman, biasanya di tengah.
ADVERTISEMENT
Setelah itu kita lepas tali gethek, selanjutnya kita gerakan di pinggir meluncur melawan arus sungai ke atas secara perlahan-lahan sambil didorong dengan satang. Biasaya kami berdua untuk mengendalikannya. Satu di depan yang mengarahkan laju sampan dan satu di belakang untuk membantu mendorongnya dengan kuat. Setelah sampai pada posisi yang dikira cukup aman, sekitar 10-20 meter dari posisi semula, maka gethek kita arahkan menuju ke tengah secara perlahan-lahan membelah dan menyeberang sungai, sambil tetap menjaga posisi dan tetap menancapkan satang gethek agar bisa menepi ke tempat seberang yang biasa untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.
Setelah gethek meluncur ke arah seberang dengan posisi yang sesuai maka bagian belakang membantu untuk memingirkan posisi bagi ekornya. Nah setelah posisi gethek sesuai, kita tahan dan ditalikan pada pohon yang dekat. Setelah posisi gethek telah aman, penumpang baru dipersilakan turun secara bergantian dan tetap hati-hati agar gethek tidak nggoling.
ADVERTISEMENT
Begitulah teman-teman cerita tentang merakit gethek ini, asyik kan? Kelihatannya mudah bukan? Padahal cukup berat, penuh keringat, ada kepanikan, dan kadang tidak sesuai dengan posisi yang kita inginkan saat menepi di seberang lhooo. Nah jika demikian mesti harus ekstra kuat dan butuh strategi untuk mengendalikannya. Ditunggu seri berikutnya ya.