Konten dari Pengguna

Perang Rusia dan Ukraina: Antara Konflik serta Kaitannya dengan Migrasi Terpaksa

Surya Dharma
Menulis sebagai hobi dan mengutarakan apa yang ada di pikiran.
5 Maret 2022 12:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Surya Dharma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bendera Ukraina. (Sumber gambar: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bendera Ukraina. (Sumber gambar: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Pada Kamis 24 Februari yang lalu secara resmi Presiden Putin mengumumkan rencana operasi militer Rusia ke Ukraina. Berdasarkan pidatonya yang beredar dalam bentuk video tersebut, Presiden Putin juga menyatakan bahwa jika ada negara lain yang ikut campur atas rencana ini maka negara tersebut harus siap menerima konsekuensinya. Sebuah konsekuensi yang mungkin bahkan belum pernah dihadapi oleh negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Adapun yang melatar belakangi aksi Putin mengerahkan operasi militer ke Ukraina adalah klaim untuk melindungi kelompok pro Rusia yang berada di wilayah Donbas. Donbas sendiri memang merupakan wilayah di timur Ukraina yang kerap dilanda konflik antara kelompok separatis pro Rusia dengan militer Ukraina (Global Conflict Tracker, 2020)
Global Conflict Tracker bahkan mencatat bahwa konflik yang terjadi di Donbas sudah terjadi sejak tahun 2014. Pada tahun tersebut konflik antara kelompok separatis pro Rusia dengan militer Ukraina menyebabkan lebih dari 10,000 orang terbunuh. Selain itu, akibat dari konflik ini sekitar 24,000 orang terluka.
Apabila berkaca pada kondisi yang terjadi saat ini diperkirakan dampak dari invasi Rusia akan jauh lebih parah dibanding konflik di wilayah Donbas pada tahun 2014. Hal ini karena invasi militer yang dilakukan oleh Rusia menyasar hampir seluruh wilayah Ukraina sehingga konflik dapat terjadi di berbagai wilayah.
ADVERTISEMENT
Ukraina tentu tidak tinggal diam dalam menghadapi invasi yang dilakukan oleh Rusia. Dilansir dari Reuters, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyatakan bahwa Ia bersama masyarakat Ukraina siap mempertahankan negaranya dari invasi yang dilakukan oleh militer Rusia.

Perang antara Rusia dan Ukraina

Sikap yang diambil oleh Volodymyr Zelenskyy untuk tetap mempertahankan negaranya ini membuat baku tembak antara Rusia dan Ukraina tidak terhindarkan. Korban pun mulai berjatuhan dari kedua pihak, baik itu tentara maupun masyarakat sipil.
Kumparan mencatat bahwa setidaknya pihak Rusia melaporkan telah kehilangan 498 tentara mereka selama Invasi yang dilakukan sampai tanggal 3 Maret 2022. Selain itu, sebanyak 1,597 orang lainnya dilaporkan terluka.
Ukraina sebagai negara yang diinvasi tercatat telah kehilangan ratusan masyarakat sipilnya. Data yang dirilis oleh United Nation menunjukkan bahwa per 1 Maret 2022 sebanyak 227 penduduk Ukraina meninggal dunia akibat invasi yang dilakukan oleh Rusia. Sementara itu, jumlah masyarakat sipil yang terluka telah mencapai 525 orang. Jumlah ini pun terus bertambah seiring invasi Rusia yang masih terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
Konflik antara Rusia dan Ukraina yang terus memanas ini semakin menjadi ketika upaya dialog antara kedua negara masih belum menemukan kesepakatan yang berarti. Menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov, sebagaimana dilansir dari Reuters bahkan mengingatkan bahwa apa yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina masih bisa terus berlanjut.

Migrasi Terpaksa sebagai Akibat Perang

Sejarah mencatat bahwa konflik dan perang selalu identik dengan pengungsi serta migrasi atau perpindahan penduduk. Migrasi yang terjadi akibat konflik dan perang di suatu wilayah ini umumnya akan terjadi dalam bentuk migrasi terpaksa.
Berdasarkan informasi dalam website European Commission, konsep migrasi terpaksa merujuk pada perpindahan seseorang yang di dalamnya terdapat unsur paksaan. Unsur paksaan tersebut meliputi ancaman terhadapan kehidupan dan penghidupan yang disebabkan oleh alam maupun manusia.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan hubungan antara konflik dan migrasi terpaksa dapat ditinjau dari hasil penelitian Abel et al. (2019). Berdasarkan penelitiannya, Abel et al. (2019) menemukan bahwa konflik adalah salah satu faktor pendorong terjadinya migrasi selain faktor perubahan iklim. Hal ini terutama karena konflik berdampak pada kerusakan sumber daya serta memicu tekanan pada penduduk yang akhirnya mendorong terjadinya migrasi terpaksa.
Hubungan antara konflik dan migrasi terpaksa juga dapat ditinjau dari kasus konflik yang terjadi di Suriah. United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) memperkirakan bahwa hingga tanggal 24 Februari 2022, jumlah penduduk Suriah yang harus bermigrasi serta menjadi pengungsi akibat konflik telah mencapai angka lebih dari 5,6 juta orang.
Pada kasus konflik Rusia dan Ukraina sendiri, sampai dengan tanggal 1 Maret 2022 UNHCR mencatat bahwa setidaknya sekitar 660,000 penduduk Ukraina harus mengungsi dan melakukan migrasi secara terpaksa ke negara lain. Negara-negara yang kemudian menjadi tujuan para pengungsi Ukraina ini meliputi Polandia, Hungaria, Moldova, Rumania, Slovakia, serta beberapa negara lainnya di Eropa.
ADVERTISEMENT
Jumlah penduduk Ukraina yang menjadi pengungsi ini pun masih akan terus bertambah apabila invasi yang dilakukan oleh Rusia masih terus dilanjutkan. Hal ini mengingat karena selain mengancam nyawa penduduk secara langsung sehingga mendorong mereka untuk mengungsi. Perang Rusia dan Ukraina juga berpotensi untuk menimbulkan kerusakan pada sumber daya alam yang memegang peranan penting bagi kehidupan penduduk Ukraina.
Referensi:
Abel, G.J., Brottrager, M., Cuaresma, J.C. and Muttarak, R., 2019. Climate, conflict and forced migration. Global environmental change, 54, pp.239-249.
ADVERTISEMENT
United Nations High Commissioner for Refugees. Total Registered Syrian Refugees.