Konten dari Pengguna

Kilau Tersembunyi di Muktamar Muhammadiyah ke-48

Muhammad Surya Kukuh
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
5 Desember 2022 22:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Surya Kukuh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penjual mutiara keliling asal Lombok pada Muktamar Muhammadiyah ke-48.                               Dok. Pribadi/Surya Kukuh
zoom-in-whitePerbesar
Penjual mutiara keliling asal Lombok pada Muktamar Muhammadiyah ke-48. Dok. Pribadi/Surya Kukuh
ADVERTISEMENT
Surakarta - Bekerja tiada henti, bagai jarum jam yang terus berputar. Pergi pagi hingga pulang pun hampir pagi. Dibawah terik matahari yang menyengat, hiruk pikuk keramaian kota. Seorang pria menggelar secercah harapan. Terlihat dari kejauhan, butiran mutiara berkilau membias cahaya matahari. Terlihat mencolok, berbeda, dan unik. Jauh berlayar dari pulau timur, berbekal harapan dan semangat. Jaswadi, penjual mutiara keliling menjajakan dagangannya.
ADVERTISEMENT
Mari berkenalan dengan Jaswadi, pria tangguh yang masih kukuh menjajakan dagangannya di tengah riuhnya suasana Muktamar siang itu. Jauh dari pulau seberang, Jaswadi meninggalkan kampung halamannya memupuk segala harap cemas. Ia adalah warga asli Lombok yang tinggal di wilayah pagutan, kota Mataram. Profesi sebagai penjual mutiara sudah lama ia tekuni mengingat salah satu sumber daya alam yang dimiliki pulau Lombok adalah mutiara. Potensi ini dimanfaatkan oleh Jaswadi untuk berkeliling Indonesia dalam menjajakan mutiara. Salah satu momen yang dimanfaatkannya adalah Muktamar Muhammadiyah ke-48. Perjuangannya Jaswadi sebagai penjual mutiara keliling patut diberi apresiasi. Sejak kegiatan Muktamar telah dibuka secara resmi oleh presiden Jokowi pada 18 November lalu, Jaswadi ternyata lebih awal mendatangi kota Surakarta untuk mempersiapkan mutiara yang akan dijual dan mencari tempat potensial untuk berjualan. Jaswadi menuturkan bahwa dirinya sampai di kota Surakarta sejak 16 November lalu dan akan kembali ke Lombok pada 22 November mendatang.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan yang Jaswadi tekuni memang tidak mudah, di bawah teriknya panas matahari dan keramaian ketika berjualan, Jaswadi harus tetap semangat walaupun dilanda perasaan lelah. Wajahnya yang terlihat lemas akan berubah menjadi senang ketika para pembeli datang dan menawar mutiara yang dijualnya. “Saya pas sedang jualan mungkin capek, tapi nggak terasa aja, rasa capeknya mulai terasa pas udah sampai kost,” ujar Jaswadi ketika ditanya mengenai perasaan lelah ketika berjualan. Di Surakarta Jaswadi tidak sendiri, ia datang ke acara Muktamar bersama dengan rombongan penjual lainnya dari Lombok dan tinggal dengan menyewa kost harian. Namun hal yang patut untuk dicontoh dari seorang Jaswadi adalah keberaniannya untuk mengambil resiko berjualan di tempat yang jauh dari tempat tinggalnya. Tujuannya tidak lain adalah untuk memberi nafkah keluarganya yang juga menggantungkan sumber kehidupannya pada Jaswadi sebagai seorang kepala keluarga.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah selama jualan di Muktamar ini, mutiara saya laku keras dan banyak yang beli, disini salah satu keuntungan saya yang paling besar dibandingkan dengan acara-acara lain,” ungkap Jaswadi berkaitan dengan mutiaranya yang laku terbeli oleh para penggembira Muktamar yang datang dari berbagai daerah. Namun Jaswadi enggan mengungkapkan ketika ditanya mengenai omset pasti yang didapatkan selama 3 hari berjualan di area Muktamar. ”Kurang lebih hasil penjualannya bisa balik modal dan untuk ongkos saya pulang ke Lombok, insyaallah cukup,” ujar Jaswadi. Selain itu Jaswadi juga mengatakan bahwa ia berharap ketika kembali ke Lombok tidak dengan tangan kosong, namun membawa harapan yang besar bagi keluarganya. Oleh karena itu ia terlihat sangat semangat dalam menjajakan mutiara kecil itu kepada para penggembira.
ADVERTISEMENT
Selama acara Muktamar berlangsung, Jaswadi menjajakan mutiaranya di beberapa lokasi, salah satunya di area stadion Manahan, Jaswadi berjualan dekat dengan pintu keluar sehingga orang akan mudah untuk melihat mutiara-mutiara indah ini. Kotak perhiasannya yang berwarna mencolok yaitu merah menjadi salah satu daya tarik tersendiri, khususnya bagi ibu-ibu atau wanita di sekitar tempat tersebut. Mutiara yang dijual Jaswadi pun beragam bentuknya seperti aksesoris bros, cincin, kalung, dll. Harga Mutiara yang dijual mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. “Kalau yang di barisan paling depan itu harganya mulai 50 ribu, kalo yang pakai kotak harganya beda lagi, sekitar 1 jutaan,” ungkapnya ketika ditanya terkait harga dan model mutiara yang dijual. Mengenai kualitas dari mutiara tersebut, Jaswadi juga mengatakan bahwa mutiara yang dijual merupakan mutiara asli Lombok yang dijual dalam beberapa tingkatan kualitas sehingga akan berpengaruh terhadap bentuk dan modelnya.
ADVERTISEMENT
Keringat yang berjatuhan ketika berjualan karena lelah terbayar ketika para penggembira datang kemudian membeli borongan aksesoris tersebut. Namun itu tak berjalan lama, Jaswadi akan meninggalkan kota Surakarta pada 22 November mendatang. Setelah itu ia akan kembali ke Lombok dan berjualan seperti biasanya. "Sekarang zaman kan sudah sangat canggih, jadi saya bisa cari informasi acara-acara besar lainnya untuk dijadikan tujuan selanjutnya, tapi untuk saat ini tujuannya kembali ke Lombok dulu," ungkap Jaswadi ketika ditanya mengenai agenda selanjutnya setelah acara Muktamar berakhir. Jaswadi juga membagikan pengalaman singkatnya dalam memanfaatkan transportasi laut sebagai alternatif dengan harga yang terbilang murah, yaitu menggunakan kapal Ferry. Harga tiket kapal tersebut sekitar 200 ribu dengan menempuh perjalanan kurang lebih satu hari. Semoga Jaswadi, sosok dibalik ‘Kilauan Tersembunyi di Muktamar Muhammadiyah Ke-48’ pulang dengan perasaan senang dan bahagia.
ADVERTISEMENT