Konten dari Pengguna

Edukasi Seks Bukan Hal Yang Tabu Bagi Remaja

Surya Wiralegawa
Saya Surya Wiralegawa, mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya.
24 Desember 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Surya Wiralegawa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah terpikir bagaimana caranya seorang anak remaja mengetahui semua hal-hal yang berbau seksual terhadap dirinya ? Ya, mereka semua mencari tahu nya secara otodidak tanpa sepengetahuan orang tua. Karena yang kita tahu di Indonesia hal-hal yang berbau seksual adalah hal yang tabu, dan jarang diperbincangkan oleh orang-orang. Padahal hal-hal yang berhubungan dengan seks adalah perihal penting terhadap kehidupan kita kedepannya.
ADVERTISEMENT
Edukasi Seks Bukan Hal Yang Tabu Bagi Remaja
zoom-in-whitePerbesar
Sex atau seks adalah perbedaan biologis yang dibagi menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan yang sering juga disebut sebagai kelamin. Sedangkan seksualitas adalah bagaimana cara manusia mendapatkan pengalaman erotis dan mengekspresikan dirinya sebagai makhluk seksual.
Apa yang dimaksud makhluk seksual ? Makhluk seksual yang dimaksud adalah manusia memiliki rasa nafsu atau ketertarikan terhadap pasangan lawan jenis. Nafsu yang dimaksud juga dalam konteks untuk melakukan hubungan intim atau hubungan seks. Memiliki rasa nafsu atau ketertarikan tehadap lawan jenis adalah hal yang wajar. Karena manusia diciptkakan berpasang-pasangan, jadi hal itu adalah kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Untuk mengedukasi para remaja dalam seksualitas maka diperlukan edukasi seks. Edukasi seks ini berfungsi sebagai media untuk pembelajaran para remaja yang baru memasuki masa pubertas. Edukasi ini penting untuk menghindari perilaku-perilaku yang menyimpang dan melanggar berbagai macam norma dan peraturan yang ada di kehidupan. Karena pembahasan mengenai seks adalah bahasan yang sensitif.
ADVERTISEMENT
Namun di Indonesia edukasi seks masih menjadi sebuah hal yang kontroversi. Banyak pihak-pihak yang tidak menyetujui adanya edukasi seks dirumah maupun disekolah. Karena secara umum hal-hal yang berbau sex adalah hal yang tabu untuk dibicarakan dengan anak, apalagi baru memasuki fase pubertas. Masyarakat berpendapat nanti ada saatnya seorang anak akan memahaimnya secara alamiah tanpa edukasi, serta malah ditakuti dengan adanya edukasi seks ini para remaja menjadi lebih terdorong untuk melakukan hubungan sex lebih dini. Sementara edukasi seks ini beranggapan dengan semakin dini mereka mendapatkan informasi, diharapkan mereka lebih siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mampu menghindari dirinya dari kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi pada mereka. Anggapan ini benar karena semakin dini para remaja mendapatkan edukasi mengenai seks, para remaja ini mendapatkan wawasan seputar seks secara benar dan jelas, sehingga remaja tahu akan fungsi organ reproduksinya dan paham bagaimana untuk menjaga dan memeliharanya. Edukasi ini juga bertujuan untuk menghindarkan remaja dari kejahatan seksual dan perilaku negatif seksual lainnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 3 No 1: 24-34, 2018. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Univesitas Atmajaya ( dalam Solihin, 2015) mengungkapkan 9,9% remaja telah melakukan hubungan sex dengan pasangannya setelah menonton film porno dan riset studi yang dilaksanakan Universitas Indonesia diperoleh temuan bahwa 21,8% remaja di Bandung telah melakukan hubungan sex sebelum menikah, di Sukabumi 26% dan Bogor 30,9%. Sedangkan dari hasil pra survey pada 18 orang siswa diketahui bahwa 90% siswa menyatakan belum pernah mendapatkan pendidikan sex dari sejak dini, sedangkan 2 orang siswa menyatakan pernah.
Data ini menunjukkan bahwa fatal sekali apabila edukasi seks tidak diberikan pada remaja. Kelalaian orang tua mengenai ini juga yang akan mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan seperti pelecehan seksual. Namun apa yang dimaksud pelecehan seksual ? Pelecehan seksual dapat dikatakan sebagai tindakan seksual yang dapat merugikan seseorang, dapat berupa sentuhan fisik maupun non-fisik yang menargetkan organ seksual atau seksualitas korban. Perilaku pelecehan seksual dapat kita ketahui apabila ada seseorang yang memberikan sentuhan terhadap bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina, penis, dan bokong. Itu adalah perilaku pelecehan yang berupa sentuhan fisik. Sedangkan banyak orang yang tidak ketahui adalah pelecehan seksual yang berupa non-fisik. Karena tidak berupa sentuhan langsung terhadap fisik seseorang tetapi dapat berupa ajakan, godaan, isyarat, tatapan, atau pesan yang didalamnya termuat unsur-unsur pelecehan seksual. Seperti seorang laki-laki yang menggoda seorang perempuan yang sedang berjalan atau perempuan yang mengajak laki-laki untuk melakukan hal seksual. Kita harus mewaspadai perilaku-perilaku tersebut karena dapat merugikan kita secara fisik dan mental.Dampak yang dapat diakibatkan oleh kekerasan seksual dapat berupa rasa trauma hingga penyakit seks yang menular seperti HIV/AIDS.
ADVERTISEMENT
Kenapa edukasi seks dianggap tabu ? Sedangkan banyak sekali hal negatif yang mungkin terjadi apabila para remaja tidak diberikan edukasi seks sejak dini. Padahal edukasi ini adalah hal yang normal dan wajar pada semua manusia. Dalam hal ini diperlukan peran orang tua untuk memberikan edukasi seks pada remaja. Karena orang tua lah yang paling dekat dengan kehidupan anak. Namun dengan presepsi para orang tua yang menganggap seks sebagai hal yang tabu. Maka dari itu banyak orang tua yang tidak berani untuk membicarakan perihal seks dengan anaknya. Entah merasa malu, atau tidak tahu ingin memulai nya darimana. Padahal memberikan edukasi seks seperti ini dapat diberikan dengan hal-hal yang ringan dan dapat dipahami oleh kalangan remaja. Dengan orang tua yang suportif dalam memberikan edukasi seks terhadap anaknya maka dapat menekan angka penyimpangan seks pada kalangan remaja.
ADVERTISEMENT
Dengan ini maka kita ketahui bersama bahwa edukasi seks memiliki peran yang sangat membantu bagi para remaja yang baru memasuki masa pubertasnya. Diharapkan edukasi seks dapat diterapkan pada remaja-remaja yang ada di Indonesia agar masa muda remaja ini tidak menyimpang dari norma dan peraturan yang ada. Dan yang paling penting edukasi seks bukanlah hal yang tabu bagi kalangan remaja.

Referensi :

Haryono, Sarah Emmanuel, Henni Anggraini, Siti Muntomimah, Didik Iswahyudi. 2018. “Implemetasi Pendidikan Sex Pada Anak Usia Dini Di Sekolah” dalam : Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 3 No 1 halaman 23-24. Malang : Universitas Kanjuruhan Malang.