Demi Usaha Cireng, Wanita Asal Pandeglang Ini Pilih Resign dari Perusahaan Besar

Suwandonadi Simanullang
Digital Marketing Enthusiast--Supervisor of DC MDA Team at Pou Chen Indonesia--Blogger at bit.ly/TipsTerbaru
Konten dari Pengguna
17 Maret 2023 12:55 WIB
comment
22
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suwandonadi Simanullang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Eneng Purwanty (34) bersama Suami dan Dua Anaknya
zoom-in-whitePerbesar
Eneng Purwanty (34) bersama Suami dan Dua Anaknya
ADVERTISEMENT
Resign dari perusahaan besar seperti PT. Nikomas Gemilang merupakan sebuah keputusan besar. Setelah bekerja hampir 12 tahun, Eneng Purwanti (34) memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan fokus mengembangkan usaha cireng bersama sang suami.
ADVERTISEMENT
Eneng, wanita kelahiran Labuan, Pandeglang, mulai menawarkan cireng pada tahun 2018. Awalnya, Ia hanya membawa sepuluh bungkus dari rumah untuk ditawarkan kepada teman sekantor demi mendapatkan uang tambahan.
“Awal usaha dari 2018 iseng-iseng nambah pemasukan. Awal cuma bawa sepuluh bungkus, nawarin ke temen-teman sekantor saja sambil malu-malu,” kenang Eneng sambil tertawa.
Pada bulan April tahun 2020, Eneng mengaku bahwa suami harus berhenti dari pekerjaan karena pandemi. Demi mencukupi keubtuhan keluarga, Eneng dan suami meluncurkan Cireng Frozen pertama kalinya, yang mereka tawarkan kepada teman-teman terdekat. Eneng mengaku sangat senang karena pesanan Cireng Frozen cukup tinggi apalagi saat momen bulan puasa.
“Alhamdulillah, sehari kurang lebih 50 bungkus karena bertepatan bulan puasa,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Cireng Frozen ini sendiri masih mentah dan hanya berupa adonan yang sudah dibentuk sedemikian rupa. Sehingga, pembeli dapat menggorengnya untuk keluarga pas buka puasa.
Setelah bulan puasa berlalu, Eneng dan suami kembali menjual cireng biasa dengan menitipkannya di lapak jualan sekitar pintu masuk PT. Nikomas Gemilang. Eneng awalnya menitipkan seratus bungkus untuk sepuluh lapak. Selain itu, Eneng juga membawa cireng yang dipesan oleh teman kantor sehari sebelumnya. Permintaan cireng ini terus meningkat yang membuat Eneng semakin semangat untuk memproduksi lebih banyak cireng.
“Alhamdulillah permintaan di lapak semakin bertambah dan tidak terasa sudah jalan dua tahun, cireng kita masih bertahan dan selalu habis, bahkan kurang,” paparnya.
Seiring meningkatnya pesanan, Eneng mulai kewalahan untuk memenuhi target harian. Eneng sampai harus mempekerjakan satu orang untuk membantu produksi cireng di rumahnya. Eneng juga turut mengerjakannya setelah pulang kerja. Mereka biasanya mulai produksi dari jam 18:30 WIB sampai jam 23:00 WIB setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan terakhir, lapak jualan yang memesan cireng mengalami peningkatan menjadi lima belas lapak. Penambahan ini membuat Eneng dan suami harus bekerja ekstra untuk mengerjakan adonan sekitar 11 sampai 23 kilogram per hari. Dengan adonan sebanyak itu, Eneng dan suami bisa memproduksi hampir 1200 biji cireng atau sekitar 300 sampai 400 bungkus per harinya.
Melihat potensi usaha yang sangat besar inilah kenapa Eneng memilih untuk keluar dari perusahaan. Awalnya, target utama pembeli cireng ini adalah karyawan PT. Nikomas Gemilang yang jumlahnya mencapai puluhan ribu. Kini Eneng berencana untuk memasarkan produknya dengan target yang lebih luas.

Ingin Punya Rumah Produksi dan Memperluas Pangsa Pasar

Sebelum memutuskan resign dari perusahaan, Eneng memang sudah memiliki rencana besar untuk mengembangkan usahanya. Ia berharap suatu saat bisa memulai rumah produksi cireng yang nantinya membuka lapangan pekerjaan untuk para ibu rumah tangga yang ada di sekitar rumahnya.
ADVERTISEMENT
“…Ingin punya tim yang lebih banyak. Pengen banget buka lapangan kerja untuk ibu-ibu di sekitaran perumahan. Untuk saat ini, saya baru satu orang yang bantuin (dan) udah jalan tiga bulan. Mudah-mudahan bisa tambah lagi. Cita-cita punya rumah produksi sama tim yang lebih banyak,” harap Eneng.
Tidak hanya itu, Eneng juga menyadari potensi besar dalam pemanfaatan media sosial untuk berjualan. Ia berencana untuk memperluas target pasar selain karyawan PT. Nikomas Gemilang, baik melalui TikTok Shop, reseller, maupun pengadaan gerobak di sekitaran Tambak, Kibin, Serang.
“Cita-cita kami mudah-mudahan segera bisa jual via online, misal di TikTok Shop yang lagi booming sekarang-sekarang ini, semoga bisa secepatnya,” harapnya.
Saat ini, Eneng sudah aktif berbagi video di aplikasi TikTok untuk memperkenalkan cireng buatannya kepada para pengguna lain. Lewat akun @_bangde, Eneng berbagi konten berupa kegiatan keluarga maupun cuplikan pembuatan cireng. Tak lupa Eneng menyertakan slogan “Jangan lupa jajan” di beberapa video unggahannya.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanyai soal potensi cireng dikirim ke luar kota, Eneng mengaku sangat antusias untuk segera mewujudkannya. Menurut Eneng, salah satu produknya, Cireng Frozen, dapat bertahan satu sampai dua hari dan satu sampai dua minggu jika dimasukkan ke dalam kulkas. Karena itulah, Eneng yakin untuk membuka pengiriman produk ke luar kota. Hanya saja, saat ini Eneng masih terkendala sumber daya manusia yang terbatas, padahal permintaan menjadi reseller sudah banyak.
“Banyak yang mau jadi reseller tapi saya tolak, karena saat ini saya dan suami belum sanggup ambil orderan,” kata Eneng.
Sebelumnya, Cireng Frozen pernah dipesan oleh teman dekat untuk oleh-oleh saat mudik ke Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Ia berharap kedepannya bisa menyanggupi pesanan dalam kota maupun luar kota dengan menggunakan jasa pengiriman seperti JNE.
ADVERTISEMENT

Inovasi Produk Cireng yang Bervariasi

Kolase Foto Produk yang Eneng Purwanty Bagikan di Facebook
Eneng, yang kerap dipanggil “bos cireng” oleh rekan kerjanya ini, selalu mencoba untuk berinovasi. Cireng yang dihasilkan selalu bervariasi dan menarik perhatian. Awalnya, Ia menamai produknya dengan Cireng Unyil, yang ukurannya lebih kecil dari cireng biasa. Ia paham bahwa sebagian karyawan butuh jajanan saat jeda dari pekerjaan.
Cireng Unyil ini sangat terjangkau bagi para karyawan. Dalam satu bungkus Cireng Unyil, terdapat tiga biji cireng dan dibanderol seharga dua ribu rupiah saja. Tak jarang para karyawan membeli dua bungkus sekaligus atau membeli yang ukuran biasa.
Cireng dengan ukuran biasa juga menjadi primadona bagi sebagian karyawan, khususnya yang bekerja di bagian produksi. Dibanderol lima ribu rupiah per bungkusnya, para karyawan akan mendapatkan tiga buah cireng dengan ukuran yang cukup untuk mengganjal perut hingga jadwal makan siang.
ADVERTISEMENT
Uniknya, jika ada cireng yang kurang layak jual, Eneng akan menyulapnya menjadi produk yang banyak diminati. Ia menamainya Cireng Reject atau Cijek. Sebungkus Cijek terdiri dari beberapa potongan cireng yang dibanderol seharga lima ribu rupiah.
Saat ini, Eneng berencana meluncurkan produk baru, yaitu Keripik Cireng dan Kerupuk Cireng. Namun, karena terkedala cuaca, Eneng masih dalam tahap promosi dengan membagi-bagikan produk ujicoba untuk melihat potensi peminat.
Disamping keberhasilannya mengembangkan usaha hingga seperti sekarang, Eneng mengaku menghadapi banyak tantangan selama merintis. Eneng dan suami harus memproduksi cireng saat malam hari dan mengantarkannya ke lapak jualan pada dini hari. Mereka kerap kelelahan dan harus menahan kantuk di siang hari.
“…jam 5:00 WIB, kita sudah harus mengantar cireng ke lapak-lapak di depan gerbang PT. Nikomas Gemilang,” katanya.
ADVERTISEMENT
Eneng lebih lanjut berharap kedepannya agar usaha-usaha seperti miliknya diperhatikan oleh pemerintah. Ia mengaku sangat butuh dengan adanya pendampingan dan pelatihan tentang kewirausahaan agar mampu terus berkembang, yang nantinya membuka lowongan kerja bagi banyak orang.
“semoga (pengusaha) pemula seperti saya lebih diperhatikan pemerintah, baik berupa pelatihan, pendampingan, agar usahanya lebih berkembang. Karena lumayan bisa mengurangi pengangguran,” tutup Eneng.
#JNE32tahun #JNEBangkitBersama #jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness