news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Manajemen Perubahan untuk Hidup Lebih Baik

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
9 Maret 2025 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Manajemen perubahan untuk lebih baik (Foto: Dok. Syaefunnur Maszah)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Manajemen perubahan untuk lebih baik (Foto: Dok. Syaefunnur Maszah)
ADVERTISEMENT
Perubahan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan yang harus dikelola dengan baik agar individu dan organisasi tetap relevan serta berkembang. John P. Kotter, profesor di Harvard Business School, menekankan bahwa perubahan yang efektif memerlukan pendekatan sistematis dan terstruktur. Namun, dalam konteks pengembangan diri, perubahan bukan sekadar kebutuhan organisasi, melainkan bagian dari perjalanan menuju versi terbaik dari diri sendiri. Kemampuan untuk menerima, mengelola, dan memanfaatkan perubahan adalah keterampilan yang membedakan individu sukses dari mereka yang tertinggal.
ADVERTISEMENT
Dalam manajemen perubahan, model delapan langkah Kotter menawarkan kerangka kerja untuk memahami dan mengelola transisi dengan lebih efektif. Langkah-langkah ini mencakup menciptakan rasa urgensi, membentuk koalisi pemandu, menyusun visi, mengomunikasikan visi secara efektif, memberdayakan tindakan, menciptakan kemenangan jangka pendek, mengonsolidasikan hasil, dan menanamkan perubahan dalam budaya. Pendekatan ini tidak hanya berlaku di dunia bisnis tetapi juga dalam kehidupan pribadi, di mana seseorang perlu memiliki visi yang jelas untuk perubahan, mengidentifikasi hambatan, dan membangun kebiasaan baru agar perubahan tersebut berkelanjutan.
Dalam perspektif Islam, perubahan adalah bagian dari sunnatullah—ketetapan Allah yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di dunia ini dinamis. Al-Qur'an menyatakan, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd [13]: 11). Ayat ini menekankan bahwa perubahan sejati harus dimulai dari dalam diri seseorang. Hal ini sejalan dengan konsep pengembangan diri dalam Islam yang menitikberatkan pada muhasabah (introspeksi), ikhtiar (usaha maksimal), dan tawakal (berserah diri kepada Allah setelah berusaha).
ADVERTISEMENT
Pakar Muslim internasional seperti Prof. Tariq Ramadan menekankan bahwa perubahan dalam Islam harus berakar pada prinsip moral dan spiritual. Dalam bukunya Radical Reform: Islamic Ethics and Liberation, Ramadan menegaskan bahwa perubahan sejati harus mencakup dimensi etika dan spiritual yang kuat, bukan hanya adaptasi terhadap tren sosial. Dengan kata lain, perubahan yang sukses dalam perspektif Islam bukan hanya tentang efisiensi atau inovasi, tetapi juga tentang menjaga integritas, keadilan, dan nilai-nilai yang mendukung pertumbuhan holistik individu dan komunitas.
Dr. Yasir Qadhi, seorang akademisi Muslim kontemporer, juga menekankan pentingnya growth mindset dalam menghadapi perubahan. Ia menjelaskan bahwa dalam sejarah Islam, para ulama dan pemimpin besar selalu bersedia berubah dan beradaptasi dengan tantangan zamannya. Imam Al-Ghazali, misalnya, mengalami transformasi besar dalam hidupnya ketika ia menyadari bahwa pencarian ilmu tidak boleh sebatas akademik, tetapi juga harus membawa kedamaian batin dan peningkatan spiritual. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen perubahan yang efektif melibatkan aspek intelektual, emosional, dan spiritual secara bersamaan.
ADVERTISEMENT
Penerapan manajemen perubahan dalam kehidupan sehari-hari memungkinkan seseorang untuk lebih resilient dalam menghadapi tantangan. Individu yang mampu melihat perubahan sebagai peluang, bukan ancaman, akan lebih mudah menemukan solusi dan tetap produktif dalam situasi sulit. Dalam Islam, konsep sabr (kesabaran) dan tawakkul mengajarkan bahwa setiap perubahan harus disikapi dengan keteguhan hati dan keyakinan bahwa Allah memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang berusaha.
Selain itu, manajemen perubahan juga berperan dalam pengembangan karier dan kompetensi pribadi. Di era digital ini, individu yang tidak mau berubah akan tertinggal dalam persaingan. Dr. M. Kamal Hassan, seorang sarjana Muslim dari Malaysia, dalam penelitiannya mengenai pendidikan Islam menekankan bahwa perubahan harus dikelola dengan pendekatan ta’dib—pendidikan berbasis etika. Artinya, perubahan bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga soal membangun karakter, disiplin, dan kepribadian yang kuat.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, manajemen perubahan bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Islam mengajarkan bahwa perubahan harus dilakukan dengan hikmah (kebijaksanaan), tanpa tergesa-gesa, tetapi tetap konsisten. Dengan menggabungkan prinsip-prinsip manajemen perubahan modern dan ajaran Islam, individu dapat menjalani hidup yang lebih bermakna, penuh makna, dan siap menghadapi setiap tantangan dengan optimisme serta keyakinan yang kokoh.