Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Revitalisasi Pengaruh Islam dalam Amal Sosial
12 Maret 2025 14:06 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Islam bukan sekadar ajaran ritual dan spiritual, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang kuat. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang menegaskan pentingnya kepedulian terhadap sesama, seperti QS. Al-Ma’un (107:1-3) yang mencela mereka yang mengabaikan hak anak yatim dan kaum miskin. Tafsir Al-Qurtubi menekankan bahwa ayat ini bukan hanya tentang keimanan secara individu, tetapi juga mengisyaratkan kewajiban kolektif untuk membangun sistem sosial yang adil dan inklusif. Namun, pengaruh Islam dalam budaya amal sosial di Indonesia belum maksimal dan perlu ditingkatkan di tengah dominasi kapitalisme dan individualisme.
ADVERTISEMENT
Indonesianis seperti Vedi R. Hadiz dalam Islamic Populism in Indonesia and the Middle East (2016) menyoroti bahwa gerakan Islam di Indonesia cenderung lebih fokus pada politik identitas daripada membangun sistem sosial berbasis nilai Islam yang progresif. Senada dengan itu, Robert W. Hefner dalam Civil Islam: Muslims and Democratization in Indonesia (2000) mengamati bahwa institusi Islam memiliki potensi besar dalam amal sosial, tetapi belum termanfaatkan secara optimal. Kajian-kajian ini menunjukkan bahwa revitalisasi Islam dalam budaya amal sosial bukan sekadar romantisme sejarah, melainkan kebutuhan mendesak.
Secara historis, organisasi Islam di Indonesia menjadi pionir dalam gerakan sosial. Muhammadiyah dan NU, misalnya, telah mendirikan ribuan sekolah, rumah sakit, dan lembaga sosial lainnya. Program Lazismu dari Muhammadiyah dan NU Care-LAZISNU menjadi contoh nyata bagaimana Islam mampu mengorganisir gerakan sosial yang terstruktur. Namun, tantangannya adalah bagaimana amal sosial Islam dapat lebih sistematis dan berdampak luas, tidak hanya berbasis karitas, tetapi juga memberdayakan ekonomi umat.
ADVERTISEMENT
Di tingkat personal, banyak tokoh Muslim yang telah membuktikan bahwa amal sosial bukan sekadar retorika. Berbagai inisiatif berbasis Islam telah berkembang di berbagai daerah, mulai dari program pemberdayaan ekonomi umat hingga layanan kesehatan gratis berbasis dana sosial Islam. Kisah sukses ini bukan hanya inspirasi, tetapi juga bukti bahwa amal sosial berbasis Islam dapat menjadi solusi konkret bagi masalah sosial.
Revitalisasi budaya amal sosial Islam harus berbasis sistem yang lebih modern dan terintegrasi. Waqaf produktif, misalnya, telah diterapkan di berbagai negara Muslim untuk membiayai pendidikan dan layanan kesehatan. Indonesia dapat mengadopsi model ini agar dana sosial Islam tidak hanya mengandalkan donasi, tetapi juga menghasilkan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat miskin.
Dampak positif dari penguatan amal sosial Islam akan sangat signifikan dalam pengentasan kemiskinan. Dengan mengelola zakat, infak, sedekah, dan waqaf secara lebih profesional, Indonesia dapat mengurangi ketimpangan sosial. Data dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menunjukkan bahwa potensi zakat di Indonesia mencapai ratusan triliun rupiah per tahun, tetapi realisasinya masih jauh di bawah potensi tersebut. Optimalisasi pengelolaan dana sosial Islam dapat menjadi salah satu solusi strategis dalam mengurangi kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, penguatan budaya amal sosial Islam juga dapat membentuk solidaritas sosial yang lebih kokoh. Dalam masyarakat yang semakin individualistis, nilai-nilai gotong royong yang diajarkan Islam dapat menjadi perekat sosial yang menguatkan kebersamaan. Ketika umat Islam tidak hanya beribadah secara pribadi tetapi juga aktif dalam gerakan sosial, Islam akan lebih relevan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak terjebak dalam sekadar simbolisme.
Revitalisasi pengaruh Islam dalam budaya amal sosial bukan hanya tanggung jawab ulama atau organisasi Islam, tetapi juga umat secara keseluruhan. Kesadaran untuk menjadikan Islam sebagai solusi sosial harus dibangun sejak dini melalui pendidikan dan kebijakan publik yang mendukung. Dengan demikian, Islam tidak hanya menjadi agama yang diamalkan secara individual, tetapi juga menjadi kekuatan transformatif yang membawa perubahan sosial nyata bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT