Konten dari Pengguna

Kejujuran dalam Era Digital: Lebih dari Sekadar Tidak Berbohong

Syamsul Kurniawan
Dosen di IAIN Pontianak
16 Februari 2025 11:42 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syamsul Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Foto (Sumber: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Foto (Sumber: Shutter Stock)
ADVERTISEMENT
Oleh: Syamsul Kurniawan (Dosen di IAIN Pontianak)
Minggu pagi yang cerah, udara segar menyapa wajah saya saat duduk di teras rumah. Secangkir kopi hitam baru saja diseduh, dan aroma khasnya menyebar, menambah kehangatan dalam suasana hati yang masih tenang. Di layar ponsel, sebuah berita online yang terbit pada September 2023 langsung menarik perhatian saya. Berita tersebut mengangkat sebuah eksperimen kejujuran yang dilakukan dengan menyebarkan dompet "hilang" di berbagai kota besar dunia. Hasilnya cukup mengejutkan: kota-kota besar di negara maju, seperti Zurich, Swiss, menempati peringkat tertinggi dalam hal kejujuran, sementara di kota-kota lain, termasuk Jakarta, tingkat kejujuran masyarakat jauh lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Pagi itu, saya terhenti sejenak, merenung. Tak hanya tentang eksperimen itu, tetapi juga tentang kejujuran itu sendiri—terutama dalam konteks era digital yang kini mengelilingi kita. Kejujuran, yang dulu mungkin hanya diukur dari seberapa jujur seseorang berbicara atau bertindak, kini telah berkembang menjadi sebuah dimensi yang lebih kompleks dan berlapis. Apakah sekadar tidak berbohong masih cukup untuk kita sebut jujur di zaman yang penuh distraksi dan distorsi informasi ini?
Era digital, dengan segala kemudahan yang ditawarkannya, juga menyimpan tantangan besar bagi integritas manusia. Media sosial yang kita gunakan sehari-hari telah menciptakan realitas baru, tempat di mana citra jauh lebih penting daripada kenyataan. Di dunia maya, kita sering kali membentuk identitas yang ideal, yang tak jarang berbeda jauh dengan realitas kehidupan kita yang sesungguhnya. Di situlah saya mulai berpikir: Apakah kejujuran kini hanya soal tidak berbohong, atau apakah itu lebih dari itu—menyangkut cara kita mempersepsikan dan berbagi kebenaran dalam dunia yang semakin terhubung dan terdistorsi?
ADVERTISEMENT
Kejujuran sebagai Citra dalam Era Digital
Kejujuran dalam era digital tidak bisa lagi dipandang hanya dalam bingkai "tidak berbohong." Kejujuran di zaman ini jauh lebih dalam. Ini bukan hanya soal tidak berkata dusta atau tidak menipu, tetapi lebih tentang kesesuaian antara identitas digital dan kenyataan. Di media sosial, kita seringkali menyajikan diri kita dengan cara yang lebih menarik, lebih sempurna, dan lebih mengesankan daripada kenyataan yang sebenarnya. Apa yang kita posting, gambar yang kita unggah, atau kata-kata yang kita tulis, sering kali tidak mewakili seluruh aspek kehidupan kita. Semua itu dirancang untuk menciptakan kesan tertentu, yang kadang tidak sepenuhnya mencerminkan kebenaran.
Contoh yang paling jelas adalah fenomena "curated life" di media sosial, di mana seseorang hanya memperlihatkan sisi terbaik dari hidup mereka: liburan mewah, kesuksesan karier, atau kebahagiaan keluarga yang tampak sempurna. Namun, di balik semua itu, kita sering kali menyembunyikan tantangan, kesulitan, atau bahkan kegagalan yang kita hadapi dalam kehidupan nyata. Dalam konteks ini, kejujuran bukan lagi soal menghindari kebohongan verbal, tetapi soal kesediaan untuk memperlihatkan kebenaran yang lebih utuh, yang sering kali lebih rumit dan tidak sempurna.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini membuka pandangan baru tentang bagaimana kita mendefinisikan kejujuran di dunia digital. Kejujuran bukan hanya tentang apa yang kita katakan, tetapi juga tentang apa yang kita pilih untuk tidak katakan, dan bagaimana kita menyampaikan diri kita di dunia maya. Apakah kita memilih untuk menampilkan kenyataan yang lebih autentik, ataukah kita lebih suka mempersembahkan diri kita dalam bentuk yang lebih mudah diterima, lebih menarik, dan lebih "ideal"?
Hyperreality: Dunia di Mana Kejujuran Menjadi Relatif
Salah satu konsep yang membantu menjelaskan distorsi realitas dalam era digital ini adalah hyperreality—sebuah kondisi di mana perbedaan antara kenyataan dan representasi menjadi kabur. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Jean Baudrillard (1981). Dalam dunia hyperreality, kita hidup dalam sebuah simulasi yang tampaknya lebih nyata daripada kenyataan itu sendiri. Dalam dunia digital, ini tercermin dalam cara kita mengonsumsi informasi, berinteraksi dengan orang lain, dan membentuk identitas kita. Citra yang kita konsumsi melalui media sosial, berita online, dan iklan sering kali lebih kuat pengaruhnya daripada realitas itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kejujuran dalam hyperreality menjadi lebih kompleks. Informasi yang kita terima sering kali sudah mengalami transformasi, distorsi, atau bahkan manipulasi. Berita palsu (hoax), misalnya, adalah produk dari hyperreality, di mana kita menerima informasi yang sudah diproses sedemikian rupa, kadang tidak ada benang merahnya dengan kenyataan. Dalam dunia ini, kebenaran bukan lagi sesuatu yang murni, tetapi sesuatu yang dapat dipertanyakan, dibentuk, dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Maka, kejujuran dalam era digital bukan hanya soal apakah kita berbohong atau tidak, tetapi juga soal apakah kita mampu mengenali kebenaran di tengah kebingungannya.
Lebih jauh lagi, dalam konteks hyperreality, kita mulai melihat bahwa kebenaran itu sendiri tidak selalu bersifat absolut. Di dunia digital, apa yang dianggap "benar" bisa sangat relatif, tergantung pada siapa yang menyampaikan informasi dan untuk tujuan apa informasi tersebut disampaikan. Ini membuka peluang bagi manipulasi, distorsi, dan penyebaran kebohongan yang lebih sulit dideteksi oleh sebagian besar orang.
ADVERTISEMENT
Kejujuran dalam Informasi Digital: Antara Kebenaran dan Representasi
Kejujuran dalam konteks informasi digital berkaitan erat dengan kemampuan kita untuk mengenali perbedaan antara kebenaran dan representasi kebenaran. Berita, gambar, atau video yang beredar di dunia maya tidak selalu mencerminkan kenyataan secara utuh. Banyak kali, informasi yang kita terima sudah disaring, dipotong, atau dikemas ulang sedemikian rupa agar lebih menarik, lebih menghibur, atau lebih menguntungkan bagi pihak tertentu. Kejujuran dalam dunia digital adalah tentang mengenali bahwa setiap informasi yang kita terima, terutama yang datang dari media sosial, memiliki tujuan tertentu dan tidak selalu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya.
Di sini, literasi media menjadi hal yang sangat penting. Dalam menghadapi tsunami informasi yang datang melalui media sosial dan platform digital lainnya, kita harus memiliki kemampuan untuk menilai sumber informasi, memahami konteks, dan membedakan antara fakta dan opini. Tanpa kemampuan ini, kita akan lebih mudah terjebak dalam ilusi yang ditawarkan oleh hyperreality, dan kejujuran menjadi semakin kabur. Kejujuran dalam era digital bukan hanya tentang tidak menyebarkan berita palsu, tetapi juga tentang menghindari keterlibatan dalam penyebaran informasi yang menyesatkan, baik dengan sengaja maupun tidak.
ADVERTISEMENT
Kejujuran dalam dunia digital juga harus dilihat dalam konteks sosial. Di era di mana informasi dapat tersebar dengan begitu cepat dan meluas, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga integritas dan kejujuran dalam interaksi digital mereka. Tanggung jawab ini mencakup berbagai hal, mulai dari tidak menyebarkan berita palsu, tidak memanipulasi citra diri di media sosial, hingga lebih selektif dalam menerima dan membagikan informasi. Kejujuran bukan hanya tentang menjaga diri sendiri, tetapi juga tentang menjaga keharmonisan dan keterbukaan dalam masyarakat digital.
Di dunia yang serba cepat ini, penting bagi kita untuk tetap memperjuangkan nilai-nilai kejujuran, meskipun terkadang itu sulit untuk dilakukan. Menghadapi tekanan untuk tampil sempurna di media sosial, atau godaan untuk mempercayai berita yang lebih menguntungkan bagi sudut pandang kita, kita harus berusaha untuk tetap jujur—terhadap diri sendiri dan orang lain.
ADVERTISEMENT
Kejujuran dalam Dunia yang Terhubung: Apa yang Dapat Kita Lakukan?
Lantas, bagaimana kita dapat menjaga kejujuran di tengah dunia digital yang begitu terhubung? Pertama, kita perlu mulai dengan diri kita sendiri. Kejujuran bukan hanya soal menghindari kebohongan, tetapi juga tentang keinginan untuk melihat dunia secara autentik, tanpa melalui distorsi digital. Kejujuran adalah tentang membangun kesadaran, bahwa apa yang kita lihat di dunia maya tidak selalu mencerminkan kenyataan, dan bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk mengelola informasi dengan bijak.
Kedua, pendidikan digital dan literasi media sangatlah penting. Sebagai individu, kita harus diajarkan untuk lebih kritis dalam menilai informasi yang kita terima. Sebagai masyarakat, kita perlu mengembangkan kebiasaan untuk memverifikasi informasi sebelum membagikannya, agar tidak ikut memperburuk distorsi kebenaran yang terjadi. Kejujuran, dalam konteks ini, bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif dalam menjaga integritas informasi.
ADVERTISEMENT
Yang perlu kita tekankan di sini adalah bahwa kejujuran dalam era digital lebih dari sekadar tidak berbohong. Kejujuran berkaitan dengan bagaimana kita memperlakukan informasi dengan integritas, bagaimana kita melihat dunia dengan mata yang jernih, dan bagaimana kita memilih untuk memperlihatkan keaslian di tengah dunia yang sering kali terdistorsi oleh berbagai filter dan ilusi digital. Kejujuran juga mencakup nilai-nilai yang lebih mendalam, seperti tanggung jawab, keberanian untuk berbicara dengan benar, dan kesadaran akan dampak dari setiap kata yang kita pilih untuk disampaikan di dunia maya.
Di dunia yang semakin terkoneksi ini, kita harus ingat bahwa setiap interaksi digital kita—baik itu berbagi status di media sosial, berkomentar di platform diskusi, atau bahkan mengirimkan pesan pribadi—memiliki dampak terhadap orang lain dan terhadap komunitas secara keseluruhan. Kejujuran dalam dunia digital bukan hanya soal penghindaran kebohongan, tetapi juga soal bagaimana kita berperan aktif dalam menciptakan ruang informasi yang transparan dan dapat dipercaya.
ADVERTISEMENT
Membangun Kepercayaan di Dunia Digital
Kejujuran juga berkaitan erat dengan kepercayaan. Dalam konteks digital, kepercayaan adalah mata uang utama. Kita mempercayai informasi yang kita lihat di internet, kita mempercayai orang yang kita temui di media sosial, dan kita mempercayai layanan yang kita gunakan setiap hari. Namun, kepercayaan itu mudah rapuh. Setiap kali seseorang menyebarkan berita palsu atau memanipulasi informasi demi keuntungan pribadi, kita kehilangan sedikit demi sedikit kepercayaan kita terhadap dunia digital. Kejujuran, dalam hal ini, adalah fondasi utama yang menopang kepercayaan ini.
Untuk membangun kembali kepercayaan di dunia digital, kita harus kembali pada prinsip-prinsip dasar kejujuran—tidak hanya berhenti pada tidak berbohong, tetapi juga mengedepankan keterbukaan, tanggung jawab, dan integritas dalam setiap interaksi. Ini bukanlah tugas yang mudah, mengingat betapa mudahnya informasi dapat diputarbalikkan atau dimanipulasi. Namun, dengan komitmen pada kejujuran, kita dapat memperlambat penyebaran ketidakbenaran dan memperkuat kepercayaan yang sangat diperlukan dalam masyarakat digital.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Karakter dalam Era Digital
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, pendidikan karakter menjadi semakin penting. Pendidikan kejujuran bukan hanya soal menyampaikan nilai moral, tetapi juga soal mengajarkan keterampilan kritis dan etis dalam mengelola informasi. Ini berarti, kita harus mengajarkan generasi muda untuk tidak hanya jujur dalam berbicara, tetapi juga jujur dalam mengelola data dan informasi, serta memiliki kemampuan untuk membedakan antara apa yang benar dan apa yang salah dalam dunia digital.
Ini juga mencakup pembelajaran tentang dampak dari penyebaran informasi yang salah dan bagaimana hal tersebut bisa mempengaruhi kehidupan seseorang atau bahkan masyarakat secara luas. Kejujuran dalam dunia digital bukan sekadar nilai yang diajarkan, tetapi keterampilan yang harus dipraktikkan dan diterapkan dalam setiap aspek kehidupan digital kita.
ADVERTISEMENT
Kejujuran dalam era digital juga terkait dengan tanggung jawab sosial. Setiap individu, ketika terhubung ke dunia digital, memiliki peran dalam menjaga etika dan integritas informasi yang beredar. Menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan, meskipun dilakukan tanpa niat buruk, tetap bisa merusak kepercayaan sosial dan memperburuk kerusakan yang sudah terjadi di dunia maya.
Sebagai individu, kita bertanggung jawab untuk berpikir kritis terhadap informasi yang kita konsumsi dan membagikan hanya informasi yang sudah diverifikasi kebenarannya. Sebagai komunitas digital, kita harus mendukung platform yang menghargai kejujuran dan transparansi, serta memperjuangkan kebebasan berbicara yang bertanggung jawab, di mana semua orang dapat berbagi pandangannya tanpa menyesatkan orang lain.
Di tengah perkembangan teknologi yang terus berubah, kita harus mengakui bahwa kejujuran tidak bisa lagi hanya dipandang sebagai kualitas statis yang tidak terpengaruh oleh zaman. Kejujuran kini harus mampu beradaptasi dengan perubahan cepat yang terjadi di dunia digital. Kita hidup di era informasi yang terus berkembang, dan kejujuran yang relevan di masa lalu mungkin tidak lagi cukup untuk menghadapi tantangan zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kejujuran harus dibangun melalui kesadaran kritis dan reflektif. Ini adalah kejujuran yang mempertanyakan, menganalisis, dan memahami konteks setiap informasi yang kita terima dan bagikan. Kejujuran ini adalah kejujuran yang tidak hanya mengandalkan apakah kita berbohong atau tidak, tetapi apakah kita cukup bijaksana untuk memahami dampak yang ditimbulkan oleh setiap pilihan informasi yang kita buat.
Seperti telah diungkap sebelumnya, kejujuran dalam era digital, lebih dari sekadar tidak berbohong, adalah tentang integritas dalam pengelolaan informasi, transparansi dalam berinteraksi, dan keberanian untuk mempertahankan nilai-nilai kebenaran meskipun terhadang oleh berbagai tantangan zaman. Kejujuran dalam dunia digital adalah tentang membangun ruang yang aman dan terpercaya bagi semua orang, di mana setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga keharmonisan, integritas, dan kebenaran.
ADVERTISEMENT
Sebagai masyarakat digital, kita harus mengenali bahwa kita tidak hanya terhubung dengan teknologi, tetapi juga dengan satu sama lain. Kejujuran yang kita pilih untuk praktikkan akan menentukan kualitas hubungan kita di dunia maya dan akan memengaruhi bagaimana kita membangun masyarakat yang lebih baik. Kejujuran dalam era digital bukanlah konsep yang statis, melainkan sebuah proses yang harus senantiasa dipertanyakan, dievaluasi, dan dipertahankan.
Pada akhirnya, kejujuran dalam era digital adalah tentang menghadirkan kebenaran yang lebih utuh dan lebih manusiawi, dalam dunia yang penuh dengan ilusi dan distorsi. Kita harus berani untuk tidak hanya mengatakan yang benar, tetapi juga untuk mengungkapkan kebenaran yang lebih dalam dan lebih kompleks, yang sering kali tersembunyi di balik layar media digital. Ini adalah tantangan kita sebagai individu dan sebagai bagian dari masyarakat global yang semakin terhubung.***
ADVERTISEMENT