Konten dari Pengguna

Budaya Menghujat yang Merusak Kepercayaan Diri

Syifa Rahmania
Mahasiswi Universitas Yarsi - Fakultas Teknologi Informasi prodi Perpustkaan dan Sains Informasi
25 November 2023 9:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Rahmania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi body shaming terhadap remaja. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi body shaming terhadap remaja. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“ Kamu tuh pendek ”
“ Kamu tuh gendut ”
ADVERTISEMENT
“ Kamu tuh terlalu kurus ”
“ Kamu tuh hitam kulitnya ”
Mungkin kita sudah familiar dengan ungkapan-ungkapan seperti itu, atau mungkin kita secara tidak sadar pernah mengucapkan ungkapan-ungkapan tersebut kepada orang-orang terdekat kita, atau mungkin kita sebenarnya pernah mendapatkan ungkapan-ungkapan seperti itu. Terkadang kita mendengar hinaan tentang fisik sebagai lelucon. Kita sering mhinendapat hinaan ketika di acara kumpul keluarga atau diantara teman dekat, pasti ada orang terdekat yang selalu melontarkan segala hal yang ada pada diri kita. Mereka akan mulai membuat lelucon fisik yang negatif dan kemudian mengejeknya.
ilustrasi seorang wanita mendapatkan perlakuan body shaming. foto: Freepik
Budaya menghujat yang banyak beredar di media sosial dapat merusak rasa percaya diri seseorang. Memang benar, hujatan – hujatan yang dilontarkan sering kali bersifat pribadi dan merusak harga diri. Hujatan - hujatan ini dapat membuat seseorang merasa tidak berharga, tidak layak, dan tidak pantas untuk dihargai. Budaya menghujat dapat berdampak buruk pada psikologi seseorang Budaya menghujat ini dapat membuat seseorang merasa rendah diri, malu, bahkan tertekan.
ADVERTISEMENT
Budaya menghujat seperti body shaming dapat merusak rasa percaya diri seseorang.Body shaming yang berupa komentar negatif terhadap penampilan dapat berdampak negatif terhadap rasa percaya diri seseorang, khususnya remaja.Dampaknya meliputi rendahnya harga diri, kecemasan, depresi, gangguan makan, isolasi sosial, dan perilaku merugikan diri sendiri.
Selain itu, rasa malu pada fisik juga dapat memengaruhi kesehatan mental, termasuk gangguan makan, depresi, dan kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk menumbuhkan budaya yang menghargai keberagaman fisik dan menghormati orang lain tanpa menilai penampilan.
ilustrasi anak remaja mendapatkan perlakuan body shaming. foto: Freepik
Dampak body shaming terhadap kesehatan mental dapat disebut sebagai:
1. Kurangnya rasa percaya diri: Body shaming dapat mempengaruhi hati nurani seseorang sehingga menimbulkan perasaan kurang percaya diri.
2. Kecemasan dan depresi: Body shaming dapat menyebabkan kecemasan dan depresi pada korbannya, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka.
ADVERTISEMENT
3. Gangguan makan: Body shaming dapat menyebabkan gangguan makan, seperti makan berlebihan atau kurang makan.
4. Isolasi sosial: Korban body shaming dapat menjadi terisolasi secara sosial karena merasa tidak percaya diri atau tidak diterima orang lain.
5. Perasaan malu dan stigma: Korban body shaming mungkin merasa malu dan mendapat stigma yang dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya.
ilustrasi stop body shaming. foto: Freepik
Hal ini dapat menghalangi seseorang untuk mengembangkan potensinya dan menjadi sukses. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengakhiri budaya menghujat. Kita harus lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan menghindari penyebaran hujatan. Kita juga perlu lebih berempati terhadap orang lain dan memahami bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.