Santri menjadi Atlet Pencak Silat di Kejuaraan Dunia

Syifa Salsabila Azzahra
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
29 November 2022 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Salsabila Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Salah Satu Wakil Atlet DIY Yogyakarta dan Jawa Barat pada Ajang 1st Tapak Suci World Championship. Sumber : Instagram @marwadzi20
zoom-in-whitePerbesar
Potret Salah Satu Wakil Atlet DIY Yogyakarta dan Jawa Barat pada Ajang 1st Tapak Suci World Championship. Sumber : Instagram @marwadzi20
ADVERTISEMENT
Berperan sebagai santri dan atlet pencak silat tingkat dunia, tidaklah mudah. Dia harus mengatur waktunya dengan baik karena harus membagi waktu untuk jadwal sekolah, pondok maupun persiapan latihan intensif untuk Kejuaraan Dunia (Kejurdun).
ADVERTISEMENT
Akhmad Taufik Nurhidayat, biasa dipanggil Ofik adalah seorang santri Pondok Pesantren Binaul Ummah di Kuningan Jawa Barat telah aktif mengikuti bela diri Tapak Suci Putra Muhammadiyah sejak 2015. Dan dia terpilih untuk mewakili Provinsi Jawa Barat sebagai atlet di ajang Tapak Suci World Championship 2019 (TSWC) di GOR Sritex Arena, Solo, Jawa Tengah pada 30 Agustus - 5 September 2019.
Bermula dari ajang Kejuaraan Wilayah (Kejurwil) mewakili Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dia mengikuti 2 kategori kelas perlombaan yaitu kelas tanding F dan kelas tanding Bebas (65 kg ke atas dan tanpa Body Protector).
Perjalanannya di atas gelanggang hijau terhadang di babak semifinal melawan atlet dari Sukabumi yang lebih berpengalaman darinya. Dan dia meraih medali perak pada kategori tanding F. Sedangkan untuk kelas tanding bebas dia bermain beregu dan kalah poin dari lawan (poin 2:3) sehingga dia harus puas berada pada posisi juara 3 kelas tanding bebas di Kejurwil ini.
ADVERTISEMENT
Saat Kejurwil tim Jawa Barat memutuskan untuk mengambil setiap peserta dari pemenang Kejurwil dan diajukan pada Kejurdun Tapak Suci. Dan untuk pemenang kelas tanding bebas meski beregu, namun yang dipilih tetap perorangan.
"Awalnya saya tidak terpilih saat itu dan yang terpilih adalah pelatih saya sendiri, A Endang. Namun karena rezekinya, alhamdulillah saya terpilih menjadi perwakilan Jawa Barat, dikarenakan pelatih saya berhalangan hadir karena A Endang akan menikah di saat kejurdun dilaksanakan," jelas Akhmad Taufik, Sabtu (5/11).
Setibanya di GOR Sritex Solo, kontingen Jawa Barat melakukan survei tempat dan gelanggang serta keesokkan harinya di mulai TSWC. Dan pada hari pertama Akhmad Taufik belum mendapatkan partai bertanding dikarenakan dia bermain di kelas tanding bebas pada hari kedua.
ADVERTISEMENT
Pada ajang TSWC para atlet Indonesia ini mewakili tiap provinsi masing-masing dan diikuti juga dengan 13 negara lainnya seperti Aljazair, Timor Leste, Singapura, Mesir, Taiwan, Pakistan, Jerman, Uganda, Maroko, Thailand, Lebanon, Sudan, Palestina, dan tuan rumah Indonesia.
Akhmad Taufik menjelaskan bahwa sebenarnya kalau kita mengikuti tata cara perencanaan program latihan yang benar untuk atlet minimal paling singkat adalah 8 bulan sebelum pertandingan dimulai, namun karena di pondok tidak memungkinkan untuk maksimal latihan sehingga dia menambah porsi latihan mandiri untuk persiapan Kejurdun kurang lebih hanya sebulan saja.
Dan dia melakukan latihan tambahan khusus, sesuai pengarahan dari pelatihnya dengan menambah porsi latihan yang semula hanya dua kali seminggu pada program latihan di pondoknya (pada hari Senin dan Rabu) dan bertambah pada hari Kamis (latihan fisik) dan Sabtu (fokus latihan teknik) di Pimda Kuningan. Dan setiap waktu luang dia manfaatkan untuk Joging.
ADVERTISEMENT
"Biasanya kita kalau mau tanding diperdalam latihan untuk teknik dan seminggu pertama itu hanya latihan fisik saja karena mepet waktunya kita latihan hanya H- sebulan. Lalu kalau mendekati pertandingan hari H itu kita turunkan tingkat intensitas latihannya menjadi lebih fokus ke teknik," jelas Akhmad Taufik, Sabtu (5/11).
"Perjuangan sewaktu jadi santri itu, bagimana caranya kita bisa mengatur dan membagi waktu sebaik mungkin agar seimbang satu sama lain antara waktu buat sekolah, pondok dan latihan. Jadi kita harus inisiatif mengatur waktu untuk jadwal pribadi," tambahnya.
Persiapan sebulan itu membawanya ke ajang TSWC dan tepat di hari kedua Akhmad Taufik sudah mendapat partai atau jadwal bertanding. Lagi dan lagi Akhmad Taufik bermain di kelas tanding bebas dan beregu. Sesampainya di perempat final, lagi-lagi terhadang oleh regu lawan (poin 1:2) dan langkah atlet Jawa Barat terhenti di perempat final.
ADVERTISEMENT
"Meskipun sedih tetapi saya sangat bersyukur atas kesempatan dan pengalaman yang diberikan pada saya, serta saya sangat bersyukur terhindar dari cedera. Dan saya lebih termotivasi untuk berlatih dan berusaha lebih baik lagi. Sehingga alhamdulillah sampai saat ini masih aktif di pencak silat," ucap Akhmad Taufik, Sabtu (5/11).
Kontingen Jawa Barat mengerahkan 21 atlet terbaiknya di ajang TSWC ini dan memperoleh 2 medali pada kategori kelas tanding B (Medali Perunggu) dan kategori Pesilat Seni Terbaik (Medali Emas). Dan Kejurdun ini diikuti sebanyak 547 atlet untuk mempertandingkan 18 nomor kategori olahraga (11 putra dan 7 putri), dan 16 nomor kategori seni (8 putra, 7 putri dan 1 beregu).
Akhmad Taufik juga menyampaikan bahwa dari pengalamannya bisa bertemu dengan para atlet yang lebih berpengalaman darinya dan berbagi pengalaman masing-masing seperti para atlet PON, para atlet juara satu Popnas, juara O2SN, juara satu dan dua Porda, bahkan para atlet PPLP, SKO Ragunan, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
"Dari dahulu berkeinginan bisa berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengambil jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) karena bagus sekali dan alhamdulillah tercapai kuliah di sini lewat jalur prestasi dan bisa tetap aktif melanjutkan silat. Serta alhamdulillah juga kemarin ada Kejuaraan Nasional di kampus dan bisa mewakili UNY," ucap Akhmad Taufik.
Dan dia pun selalu bersyukur karena selalu mendapat dukungan positif dari kalangan keluarga, pelatih, dan pihak instansi terkait (Sekolah, Pondok Pesantren maupun Kampus). Serta karena kerja keras yang tidak mengkhianati hasil. Man Jadda Wa Jadda!.