Konten dari Pengguna

Perempuan Membangun Peran Ganda

Asy-syifa Sevianingsih
Mahasiswa Sastra Indonesia, universitas Pamulang
22 Oktober 2022 21:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asy-syifa Sevianingsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: pribadi
ADVERTISEMENT
Saat ini laki-laki dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang harus memberikan support system dan bekerja nonstop untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi tidak berlaku pada masa sekarang atau saat ini. Perempuan pun diminta untuk bertukar peran dengan laki-laki, bahkan menjadi tulang punggung keluarga sebagai pencari nafkah utama. Sebelum terjadinya hal ini, pastinya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya yaitu permasalahan dalam keuangan.
ADVERTISEMENT
Hal ini sering terjadi pada wanita pekerja yang harus berurusan dengan banyak masalah setiap hari. Pandangan konservatif bahwa perempuan adalah pihak yang subordinat, tidak berdaya, dan berada di bawah kendali laki-laki telah dipatahkan oleh perempuan yang bekerja sambil membesarkan keluarga sebagai pencari nafkah utama.
Jika di flashback ke masa Yunani Kuno hingga masa sebelum Islam booming di Mekkah, kedudukan perempuan dimata sosial masyarakat sungguh sangat memprihatinkan. Perempuan saat itu, dijadikan sebagai sarana pemuasan, sarana pencarian uang dan sarana pengorbanan untuk beberapa petinggi kerajaan atau dinasti. Bahkan seorang raja memiliki banyak istri dan selir. Perempuan tidak bisa beraktivitas sosial seperti laki-laki karena perempuan dianggap tidak mempunyai pengaruh untuk merubah tatanan dunia.
ADVERTISEMENT
Salah satu buku yang sangat kontroversial dapat dilihat dalam tulisan Muhidin M. Dahlan dengan judul Adam dan Hawa. Dalam buku ini, perempuan digambarkan bersifat egois, penuh seksualitas dan buta kekuasaan serta mengkristalnya rasa cemburu.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, perempuan tidak lagi menjadi penghias rumah dan dunia sosial. Perempuan era hari ini sudah menjadi figur utama untuk kemajuan dunia teknologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial dan lainnya. Melihat konsekuensi dunia global, maka perempuan pada dasarnya lebih kuat dan hebat daripada seorang laki-laki.
Kehebatan perempuan tidak bisa dinilai dengan kata maupun uang. Dapat dilihat ketika Negara Indonesia tercinta ini memiliki sosok perempuan yang mempunyai peran begitu besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari Sumatera-Papua.
ADVERTISEMENT
Tokoh seperti Kartini, Tjut Nyak Dien bukan hanya sekedar nama tapi dikenal sebagai seorang pejuang yang begitu gigih untuk membela perempuan dan Indonesia. Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia no. 9 memberikan ruang dan peran besar bagi perempuan dalam membantu pembangunan nasional.
Hal ini membuktikan bahwa era perempuan sudah berbalik 3600 dibandingkan zaman dahulu. Beranjak dari ini, bagi para laki-laki harus bisa melihat perempuan dalam perspektif yang berbeda, bukan hanya dapur, kasur dan sumur tapi sosial, ekonomi, dan teknologi.
Beberapa tahun belakangan ini, perempuan sangat memiliki kehidupan ganda baik dirumah maupun didunia sosial. Banyak perempuan merangkap jabatan sebagai ayah dan ibu bagi rumah tangga dan keturunannya.
ADVERTISEMENT
Perempuan bisa dikatakan, mampu memerankan aktor ayah dengan sangat baik. Dimulai ketika, seorang istri harus rela hidup sendiri ketika diceraikan oleh suaminya, ditinggal mati dan atau tidak dinikahkan oleh calon suaminya. Kondisi seperti ini membuat perempuan harus bisa mandiri dan survive tanpa dukungan pasangannya.
Banyak sekali contoh perempuan karir diluar sana yang mampu menghidup keluarganya tanpa kehadiran sosok suami atau pasangannya. Hari ini, kita melihat seorang perempuan memimpin parlemen di DPR RI, Gubernur, Bupati, Lurah, Camat dan RT/RW.
Semuanya bisa dilakoni oleh perempuan dengan skenario yang luar biasa, harus menyeimbangkan rumah tangga dan sosial masyarakat. Bahkan pernah menjadi sejarah Indonesia.
Perempuan memimpin negara tercinta ini dengan menggunakan perahu partai politik. Detak kagum pada kehebatan perempuan dalam meniti karir demi memenuhi kebutuhan rumah tangga dan merubah tatanan sosial ekonomi. Lebih hebat ketika perempuan ikut membantu keuangan rumah tangga ketika masih memiliki pasangan atau suami.
ADVERTISEMENT
Dalam konsep umum, ketiak istri memiliki suami maka biasanya istri menjadi Ibu Rumah Tangga sedangkan suami menjadi tulang punggu keluarga. Berbeda dengan kondisi hari ini, dimana banyak istri yang terjun langsung melanjutkan karir di dunia kerja baik menjadi karyawan perusahaan, buruh pabrik, bisnis, pedagang kaki lima dan kuli bangunan. Semua ini tentunya dilakukan perempuan untuk membantu keuangan suami.
Ada sebuah kondisi di mana perempuan menjadi tulang punggung utama keluarga. Kondisi ini memang jarang di ekspos oleh media atau jarang diketahui masyarakat tetapi ini ada dalam kehidupan sosial rumah tangga. Ketika suami harus duduk dirumah menjadi bapak rumah tangga, mengurusi anak dan menunggu hasil keringat istri untuk memenuhi semua kebutuhan ini.
ADVERTISEMENT
Harus diapresiasi sangat tinggi ketika perempuan dalam situasi ini mampu memberikan pengorbanan luar biasa tetapi banyak mendapatkan cemoohan dari masyarakat sekitar. Tidak perlu menjadi beban seorang perempuan ketika berperan sebagai tulang punggung karena globalisasi dan perkembangan zaman sangat mendukung filosofi gender yang selama ini digaungkan dan diperjuangkan oleh perempuan.
Dalam perspektif manapun dilihat baik religi, ekonomi, sosial, budaya dan nasionalisme, gender menempatkan perempuan setara dengan laki-laki dalam hal apapun kecuali beberapa hal yang memang hanya bisa dilakukan oleh perempuan. Misalnya hamil, melahirkan dan menyusui, yang tidak bisa perannya digantikan oleh laki-laki.
Tetapi untuk melahirkan dan menyusui karena dampak dari perkembangan teknologi dapat digantikan dengan peran modernisasi seperti bayi tabung dan susu pabrik untuk diberikan kepada bayi. Hal tersebut menunjukkan dukungan dunia agar perempuan bisa mempersempit dan mengurangi durasi waktu di ruang lingkup kodrat perempuan.
ADVERTISEMENT
Jadi, tidak menjadi sebuah ambigu bagi masyarakat ketika perempuan menjadi tulang punggung bagi rumah tangga dan laki-laki. Tidak menjadi sebuah isu yang mengkerdilkan, mendiskriminasi, dan menurunkan derajat perempuan di dunia sosial kemasyarakatan. Toh, semua hal yang dilakukan oleh laki-laki dapat juga dilakukan perempuan bahkan lebih baik dari laki-laki.
Perlu adanya kesamaan perspektif dalam melihat perempuan dengan komprehensif. Peran dan kepribadian perempuan sangat dibutuhkan untuk menunjang kemajuan dunia menuju dunia yang lebih baik. Perempuan tidak lagi menjadi penghias dalam rumah tangga tetapi mampu berdiri didepan laki-laki sebagai seorang yang cerdas, beradab dan penuh tanggung jawab.
Sehingga hari ini tidak lagi kita melihat diskriminasi perempuan di dunia sosial walaupun masih banyak pelecehan seksual tetapi ini bukan penghalang bagi perempuan. Pemerintah juga sudah melakukan peremajaan peraturan untuk mendukung dan melindungi perempuan.
ADVERTISEMENT