Pasar Cimol Gedebage: Pusat Tren Thrifting Barudak Bandung

Talitha Azalia N
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadaran yang sedang menduduki semester 4
Konten dari Pengguna
1 Juli 2024 15:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Talitha Azalia N tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang tidak tahu Pasar Cimol Gedebage? Terutama barudak Bandung (julukan bagi anak muda di Bandung) pasti pernah dengar atau bahkan mengunjungi pasar beken ini, kan? Pasar Cimol Gedebage terkenal sebagai pasar tradisional yang tidak hanya menjual pakaian bekas saja, tetapi berbagai barang-barang bekas lainnya sejak tahun 1990an. Terletak di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung, pengunjung dapat dengan mudah menemukan lokasi Pasar Cimol yang dekat dengan jalan raya.
Pintu Masuk Pasar Cimol Gedebage. Dokumentasi pribadi penulis.
Jam Operasional Pasar Cimol Gedebage
ADVERTISEMENT
Buka setiap hari, Pasar Cimol Gedebage tidak mengenal hari libur. Faktanya, di hari Sabtu dan Minggu-lah pasar ini ramai pengunjung. Jam operasional Pasar Cimol Gedebage dimulai dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB. Namun, jam operasional tersebut tidak berlaku untuk seluruh toko, ada beberapa toko yang buka atau tutup lebih awal maupun lebih lama.
Pusat Thrifting?
Penjual yang sedang membongkar karung berisi pakaian-pakaian bekas siap jual. Dokumentasi pribadi penulis.
Pasar Cimol Gedebage dikenal dengan pusat thrifting terbesar se-Jawa Barat. Bahkan, banyak orang dari luar Jawa Barat pun rela mengunjungi pasar yang terletak di Bandung ini untuk memborong pakaian-pakaian bekas berkualitas. Oh iya, berbicara mengenai thrifting, suatu fenomena sosial-ekonomi yang ramai dilakukan oleh khususnya anak muda selama beberapa tahun belakangan ini.
Thrifting merupakan aktivitas berbelanja barang atau pakaian bekas di toko-toko tradisional, garage sale, dan pasar loak dengan harga yang jauh lebih murah. Awal mula perkembangan thrifting dapat ditemukan di media sosial, di mana banyak anak muda melakukan kegiatan “haul pakaian” atau “outfit check”. Orang-orang membuat video yang menunjukkan pakaian apa yang sedang mereka gunakan dari kepala hingga kaki, kemudian tidak jarang dari mereka menjawab pakaian diperoleh dari hasil thrifting.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut mendorong adanya permintaan thrifting melaju pesat. Berbagai penjual atau dikenal juga sebagai seller mulai melakukan penjualan baju bekas secara online melalui media sosial. Seperti halnya Anes Collection, salah satu toko thrift di Pasar Cimol Gedebage yang juga menjual dagangannya di platform Instagram dan TikTok. “Enaknya di (toko) online tuh kita bisa Live terus mereka (pembeli) tinggal check out aja.” Ujar Chelsea, penjual di toko Anes Collection.
Namun, tidak ada jaminan penjualan online menghasilkan keuntungan lebih bagi penjual. Buktinya, Chelsea mengaku bahwa penjualan di toko offline (Pasar Cimol Gedebage) lebih laris, ia bisa mendapatkan sekiranya 50 item pakaian yang terjual dengan rata-rata penghasilan Rp500.000 setiap harinya. Lalu, mengapa bisa banyak orang lebih tertarik berbelanja langsung ke Pasar Cimol Gedebage? dengan kata lain, apa daya tarik dari pasar ini?
ADVERTISEMENT
Keuntungan Belanja Langsung di Pasar Cimol Gedebage
Pembeli yang sedang memilih celana yang ingin dibeli di Pasar Cimol Gedebage. Dokumentasi pribadi penulis.
Selain lokasi yang strategis, Pasar Cimol Gedebage menjual barang-barang bekas ‘impor’ atau berasal dari luar negeri dengan kualitas yang tinggi. Walaupun pakaian bekas, tapi kualitas tidak jauh beda dengan pakaian baru. Pembeli yang mengunjungi Pasar Cimol Gedebage secara langsung dapat merasakan sendiri bahan pakaian yang masih layak pakai dengan harga yang miring. Selain itu, menurut Chelsea, pembeli memiliki keuntungan lebih ketika membeli secara langsung karena mereka dapat menawar kepada penjual untuk menurunkan harga pakaian yang ingin dibeli. Seperti halnya di Anes Collection, setiap hari Rabu, pemilik toko melakukan ‘bongkar karung’ pakaian bekas yang kemudian diberi harga per pakaiannya sebesar Rp35.000. Harga tersebut dapat ditawar oleh pembeli hingga harga paling rendah Rp10.000 sesuai dengan kualitas pakaian.
ADVERTISEMENT
Thrifting Bagi Lingkungan
Baik secara sadar atau pun tidak, kegiatan thrifting mendukung adanya sustainable living atau sebuah gaya hidup yang menyeimbangi upaya lokal dan global untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan tetap melestarikan lingkungan alam dari degradasi dan kerusakan. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), industri fashion bertanggung jawab atas 10% jumlah emisi karbon global tahunan, emisi tersebut diprediksi akan melonjak lebih dari 50% di tahun 2030. Oleh karena itu, banyak aktivis mengajak masyarakat untuk melakukan kegiatan thrifting yang dapat membantu meminimalisir limbah pakaian dengan menggunakan pakaian bekas sebagai jalan alternatif.
Sekiranya begitu penjelasan mengenai Pasar Cimol Gedebage, tempat bagi banyak orang untuk menemukan ‘harta karun’. Pembeli dapat membawa pulang barang-barang vintage yang mungkin hampir mustahil ditemukan di tempat lain, layaknya pakaian Y2K yang sempat ramai di TikTok. Fashion dikenal sebagai suatu siklus yang terus berputar. Artinya, gaya-gaya berpakaian yang sempat populer di masa lalu kembali ramai beberapa waktu. Dengan adanya artikel ini, penulis berharap dapat membantu memperkenalkan kamu-kamu penggemar fashion dengan Pasar Cimol Gedebage.
ADVERTISEMENT