Konten dari Pengguna

Apakah Kultur Indonesia Bertransformasi Menjadi Individualis?

Taufiq maulana
Sains Asyik FGMI - lulusan Biology, Moscow State Pedagogical University, dan Population & Development, National Research University Higher School of Economics (Moscow),
2 April 2021 5:55 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufiq maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi individualis. Sumber foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi individualis. Sumber foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kultur bertahan dalam beberapa abad lamanya. Namun kultur dapat bertransformasi dalam beberapa dekade, seperti terjadi setelah perang dingin. Perbedaan kultur setiap negara terjadi pada perubahan persepsi, perhatian terhadap sesuatu dan cara penalaran di mana tercermin dalam warisan budaya intelektual. Aspek apa yang paling menonjol dalam perubahan kultur ini? Kultur seperti apa yang berubah? Apa dampak perubahan bagi masyarakat?
ADVERTISEMENT
Mungkin kita pernah bertanya pada diri sendiri, mengapa terkadang kita menjadi selfish? Atau mungkin kita melihat bahwa lingkungan masyarakat kita telah bertransformasi menjadi masyarakat yang lebih mengutamakan kata “saya” dibandingkan “kami”?
Grafik perbedaan enam dimensi kultur nilai The Hofstede di berbagai negara, Indonesia (Biru), Norwegia (Ungu), USA (hijau). Nilai mulai dari 1-100. (Sumber: https://www.hofstede-insights.com/product/compare-countries/)
Benar sekali apa yang dikatakan Gerard Hendrik Hofstede. Kultur kita dapat bertransformasi ke arah yang tidak dapat kita prediksi. Hofstede menyimpulkan dalam enam dimensi penelitiannya yaitu jarak kekuasaan (power distance), tingkat ketergantungan (Individualism), maskulinitas (masculinity), penghindaran ketidakpastian (uncertainly avoidance), orientasi jangka panjang (long term orientation), dan tingkat kesenangan/kepuasan (Indulgence).
Nilai 14 diberikan untuk Indonesia pada dimensi Individualisme, yang berarti bahwa Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang kolektivis.
Dalam hal ini, kolektif lebih menekankan kepada melihat diri sebagai “kami” (kolektif) bukan “saya” (individualis), hidup lebih didasarkan kepada norma-norma yang berlaku di masyarakat, dan lebih mengutamakan golongan di atas pribadi.
ADVERTISEMENT
Dimensi individualisme dan kolektivisme dapat dijadikan acuan tentang transformasi kultur di setiap negara. Mengapa kultur berbeda di setiap negara? Beberapa faktor yang dapat membuat kultur berubah di antaranya yaitu, ekologi, ekonomi, dan sejarah.
Lebih mendalam lagi bahwa faktor seperti perkembangan ekonomi, prevalence of pathogen, mobilitas tempat tinggal , penggunaan bahasa, dan migrasi penduduk memainkan peranan penting dalam perubahan kultur suatu bangsa. Namun jika dilihat kembali, faktor yang sangat menonjol untuk transformasi kultur adalah perkembangan ekonomi.

Modernization theory

Modernization theory atau teori modernisasi adalah suatu teori yang memfokuskan kepada identitas konsekuensi psikologi dari proses modernisasi. Teori ini umumnya memfokuskan kepada efisiensi personal, persamaan gender, pencapaian hidup, kemandirian, partisipasi atas kemauan diri sendiri, hubungan yang kuat yang didasari kepercayaan dari diri, adanya jarak dari tradisi dan agama terhadap hidup, dan penerimaan perubahan.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari apa yang menjadi fokus teori ini, dapat disimpulkan bahwa dimensi individualisme lebih menonjol jika dibandingkan dengan dimensi lain.

Bagaimana teori ini membantu terciptanya individualisme?

Sachs dengan tepat menggambarkan bagaimana perkembangan modernisasi suatu bangsa bisa mengubah kultur menjadi individualis. Sebagai contoh: Pabrik garment di pusat kota menjadi magnet yang kuat bagi para pencari kerja khususnya para wanita yang berada di pedesaan. Pabrik ini mengubah mindset para pekerja lebih mandiri, lebih terfokus kepada pencapaian diri sendiri.
Kemandirian ini akan berpengaruh terhadap gaya hidup yang semula apa adanya, mengikuti norma yang ada menjadi sesuatu yang memang diri mereka yakini, melihat trend-trend yang ada. Contoh bagaimana mengambil keputusan untuk menikah (bukan berdasarkan pilihan orang tua), dengan siapa akan menjalin hubungan dan kapan dan berapa untuk mempunyai keturunan.
ADVERTISEMENT

Lalu, bagaimana dengan Indonesia sekarang?

Jika kita amati dengan jelas, terdapat perubahan yang signifikan di dalam masyarakat Indonesia. Perubahan generasi merupakan konsekuensi nyata akan perubahan suatu kultur. Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) tahun 2021 melaporkan bahwa sebanyak 27.94% dari total penduduk Indonesia (270 juta jiwa) masuk ke dalam kategori generasi Z (Gen Z), 25.87% dikategorikan sebagai milenial dan 21.88% sebagai generasi X (Gen X).
Hasil sensus penduduk tahun 2020. Sumber: BPS
Generasi Z adalah penduduk yang lahir pada tahun 1997-2012 sedangkan milenial adalah penduduk yang lahir antara tahun 1981-1996. Kedua generasi ini merupakan generasi yang paling produktif dan mendominasi persebaran demografi di Indonesia dan dunia.
Dengan dominasi ini, akan jelas tercipta perbedaan dalam cara pandang, kepercayaan, pengalaman, dan nilai-nilai hidup tentang bagaimana menjalani kehidupan di zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Semua dimensi kehidupan yang dipercayai oleh generasi Z dan milenial ini akan mengubah wajah kultur Indonesia menjadi lebih menunjuk kata “saya” bukan “kami” (lebih individualisme). Ditambah dengan adanya faktor-faktor lainnya yang mendukung perubahan tersebut, contohnya perkembangan ekonomi (GDP), modernisasi, dan faktor lainnya.

Generasi Z dan Milenial

Tak bisa dipungkiri bahwa kultur masyarakat Indonesia telah berubah. Dominasi generasi Z dan milenial membawa perubahan nyata akan kultur yang ada di masyarakat.
Faktor modernisasi seakan menjadi booster bagi perubahan tersebut. Pengguna internet yang meningkat, kebebasan terhadap apa yang diyakini, lebih mengekspresikan diri, kemandirian merupakan sifat dominan generasi Z.
Penggunaan internet di kalangan penduduk Indonesia. Sumber: https://www.statista.com/statistics/1168819/indonesia-social-media-platforms-used-daily/
Contoh lain yang nyata terjadi di masyarakat yaitu pembuatan tato tubuh khususnya pada wanita. Terdapat pergeseran budaya, dan ini merupakan salah satu contoh kebebasan dari apa yang generasi Z yakini, selain itu penggunaan media sosial sebagai bentuk ekspresi diri, balancing identities menjadi syarat generasi Z.
Simbol “aku” dan kebebasan di gambarkan lugas melalui seni tato tubuh. Sumber: Instagram @favelamunk

Faktor Pendukung

Perubahan generasi dan modernisasi merupakan faktor yang dapat mengubah kultur Indonesia menjadi individual. Faktor seperti pertumbuhan ekonomi (GDP), urbanisasi, skala atau ukuran rumah tangga merupakan salah satu faktor lainnya yang dapat mendorong perubahan kultur Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perubahan ekonomi (GDP) seperti yang dikatakan oleh Inglehart dan Baker, bahwa perubahan ekonomi berkorelasi dengan penurunan empati pada sifat kolektif masyarakat dalam menjalani hidup dan lebih mengutamakan sifat individual.
Data statistik Indonesia tahun 2021. Sumber: Worldbank, 2021
Perubahan terkadang memang diperlukan dan tidak bisa dipungkiri, terlebih perubahan tersebut ke arah yang lebih baik. Kultur kita memang telah berubah namun alangkah baiknya jika perubahan kultur kita tetap berpedoman kepada apa yang kita yakini akan nilai-nilai dan budaya Indonesia.
Referensi
Fincher, C.L., Thornhill, R., Murray,D.D., Schaller,M. 2008. Pathogen prevalence predicts human cross-cultural variability in individualism/collectivism. Proceedings of the Royal Society B:Biological Science, 275, 1279-1285.
Hofstede, G.H. 1984. Culture’s consequence: International differences in work-related value. Beverly Hills. CA:Sage
Oishi, S. 2010. The psychology of residential mobility: Implication for the self, social relationship, and well-being. Perspective on Psychological Science, 5,5-21.
ADVERTISEMENT
Kashima, Y., & Kashima, E. 2003. Individualism, GNP, climate and pronoun drop: is Individualism determined by affluence and climate, or does language use play a role? Journal of Cross-Cultural Psychology, 34, 124-134.
Kitayama,S., Ishii, K., Imada, T., Takemuras, K., & Ramaswamy,J.2006.Voluntary settlement and the spirit of Independence: Evidence from Japan’s northern frontier. Journal of personality and Social Psychology,91,890-903
Inkeles, A. 1983. Exploring individual meodernity. New York. NY; Columbia University Press.
Sach,J. 2005. The end of poverty: How can we make it happen in our life. London, UK: Penguin.
Badan Pusat Statistik. 2021.
https://www.statista.com/statistics/1168819/indonesia-social-media-platforms-used-daily/
https://www.hofstede-insights.com/product/compare-countries/
Worldbank, 2021
Instagram @favelamunk