'Kambing dan Domba Hercules' Kesejahteraan Peternak Indonesia

Taufiq maulana
Sains Asyik FGMI - lulusan Biology, Moscow State Pedagogical University, dan Population & Development, National Research University Higher School of Economics (Moscow),
Konten dari Pengguna
16 Maret 2021 22:15 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufiq maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Karakter bibit unggul ternak seperti ternak dengan laju pertumbuhan yang cepat dan menghasilkan banyak daging merupakan impian semua peternak. Cara yang selama ini dilakukan oleh peternak Indonesia masih sangat tradisional, seperti pemilihan bibit unggul hanya dari penampakan luar. Dengan adanya fenomena yang terjadi pada sapi Belgian Blue (Belgian Blue cattle) merupakan terobosan yang dapat kita lakukan untuk menyejahterakan peternak di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT

Kekayaan Domba dan Kambing Indonesia

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Biasanya untuk menambah pendapatan mereka, salah satu yang menjadi alternatif yang mereka kerjakan adalah memelihara ternak sebagai usaha sampingan.
Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, populasi domba di Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 9.30 persen per tahun, sedangkan populasi kambing rata-rata juga mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 1,30 persen per tahun. (Peternakan dalam angka 2020, BPS) .
Tahun 2013 populasi kambing di Indonesia tercatat 13,6 juta ekor dan melaju hingga 15,3 juta ekor pada tahun 2020. Pulau Jawa menempati urutan tertinggi secara regional untuk populasi kambing.
Berdasarkan data BPS Indonesia, Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama dengan jumlah populasi kambing sebanyak 4,13 juta ekor sedangkan Jawa tengah (3,24 juta ekor) dan Lampung (2,54 juta ekor) menempati urutan kedua dan ketiga.
Grafik jumlah populasi kambing per regional / provinsi tahun 2020. Sumber: BPS Indonesia, 2020
Untuk populasi domba, laju positif terlihat dari tahun 2013 sebanyak 3,84 juta ekor menuju 7,33 ekor pada tahun 2020. Secara regional, data BPS Indonesia memperlihatkan bahwa Provinsi Jawa Barat menepati peringkat tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia, yaitu sebanyak 3,96 juta ekor (60% kuota penyumbang terbanyak di Indonesia). Bagian Timur Indonesia, seperti Kalimantan, Gorontalo, dan Maluku merupakan provinsi dengan jumlah penyumbang populasi domba terkecil.
Grafik jumlah populasi domba per regional / provinsi tahun 2020. Sumber: BPS Indonesia, 2020

“Double Muscling”

Fenomena “Double Muscling” terjadi pada sapi biru Belgia (Belgian Blue cattle). Fenomena ini menyebabkan pembesaran jaringan otot yang melebihi normal (Oldham et.al. 2001). Fenomena ini pertama kali didokumentasikan oleh seorang petani Inggris bernama George Culley pada pertengahan abad ke-18.
ADVERTISEMENT
Selama hampir 200 tahun fenomena ini telah menarik perhatian para breeders dan peneliti (Arnold H et. al., 2001). Fenomena ini didapati pada sapi dan beberapa spesies lain seperti babi dan tikus. “Double muscling” pada tikus di bawah ini didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Mc Pherron et. al. (1997), terlihat bahwa tikus memiliki massa otot jauh lebih besar.
Gambar fenomena “Double Muscling” yang terjadi pada tikus. Terlihat pembesaran massa otot. Sumber: McPherron et. al. 1997

Gen Myostatin

Gen merupakan faktor hereditas pembawa sifat pada makhluk hidup yang di turunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ekspresi dari berbagai gen dicerminkan pada penampakan luar (phenotype) makhluk hidup tersebut.
Pada umumnya otot tumbuh dengan tiga cara, yaitu pertambahan serabut otot dalam jumlah, panjang, maupun ukuran atau jumlah lilitan myostatin. Mekanisme yang mengatur perbanyakan dan ukuran sel otot ini salah satunya diatur oleh gen penyandi myostatin.
ADVERTISEMENT
Menurut McPherron dan Lee (1997) di jurnal Double muscling in cattle due to mutation in the myostatin gene mengatakan bahwa gen myostatin atau Growth Differentiations Factor 8 (GDF8) merupakan anggota dari superfamili Transforming Growth Factor- β (TGF- β) yang mensekresikan protein untuk mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi jaringan tubuh. Peran penting gen ini adalah sebagai umpan balik “feed back negative” pada pertumbuhan masa otot.
Belgian Blue cattle yang mengalami fenomena Double Muscling.(McPherron dan Lee, 1997)
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui apa yang membuat sapi biru Belgia ini menjadi favorit di kalangan peternak dunia. Purchas et. al (1992) melaporkan hasil penelitiannya, menyatakan bahwa fenomena Double Muscling pada sapi biru Belgia memang meningkatkan persentase karkas (otot). Di lain pihak, penelitian yang dilakukan oleh McPherron dan Lee (1997) mengklaim bahwa fenomena ini muncul dikarenakan penghambatan gen myostatin.
ADVERTISEMENT
Paskah Partogi Agung dan Syahruddin Said, seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pusat penelitian Bioteknologi, Cibinong, Indonesia telah meneliti dan mengevaluasi semen sperma dari sapi biru Belgian. Hasil penelitian ini membenarkan bahwa semen sperma dari sapi biru Belgian lebih unggul dibandingkan dengan sapi domestik Indonesia dilihat dari motilitas semen lebih besar dari pada sapi domestik Indonesia yaitu sebesar 46,25% , daya tahan sel semen yang tinggi yaitu sebesar 78,6% dan abnormalitas yang rendah sebesar 8,64% (Agung, 2014).

Aplikasi pada Kambing dan Domba Indonesia

Dengan berbagai sumber penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ternak di Indonesia khususnya untuk produktivitas sapi, kambing dan domba lokal.
Menurut saya ini adalah langkah atau terobosan yang sangat bagus di mana kita dapat melakukan kerja sama dengan pihak luar dalam rangka mengintroduksi sperma/semen sapi biru Belgian. Namun, harus dilihat juga dari segi keamanan hasil produksi. Produk ini akan menuai banyak pro dan kontra di masyarakat (rekayasa genetik-red).
ADVERTISEMENT
Saya percaya bahwa hal yang akan dipertanyakan masyarakat yaitu “amankah produk genetik ini”?. Hal-hal inilah yang mendesak dilakukannya metode baru dalam peningkatan kualitas produk hasil ternak.

Keunggulan Indonesia

Didasari oleh keadaan geografis Indonesia yang beragam menyebabkan jenis gen myostatin pada domba dan kambing lokal yang dipelihara di Indonesia beragam pula. Hal ini menyebabkan bervariasinya tingkat masa otot yang diekspresikan. Dengan kata lain berbagai domba dan kambing lokal di Indonesia dapat menghasilkan massa otot dengan tingkat perkembangan yang berbeda.
Untuk mengikis kontra yang ada di masyarakat, salah satu cara yang dapat ditempuh selain rekayasa genetika yaitu dengan cara pemuliaan hasil ternak dengan dasar inventarisasi gen myostatin.
Menurut saya, cara ini lebih terfokus dan lebih efektif jika dibandingkan dengan rekayasa genetika karena berdasarkan sifat genetik. Sehingga sifat-sifat gen unggul dari berbagai jenis domba dan kambing di Indonesia dapat diketahui sejak dini.
ADVERTISEMENT
Walaupun saya percaya bahwa pencarian gen-gen unggul seluruh domba dan kambing di Indonesia akan memakan waktu lama, namun dengan kolaborasi dari berbagai pihak, seperti para industri, peternak dan ilmuwan atau peneliti, maka saya sangat percaya bahwa terobosan ini akan tercapai. Bukan saja khayalan semata, namun kambing dan domba “Hercules” akan kita dapatkan.
Referensi
Agung Paskah, P. 2014. Introduction Belgian Blue Cattle in Indonesia: An Evaluation from Sperm and Confirmation of Myostatin Gene Mutation. http://www.researchgate.net/publication/272748101
Arnold H, Della-Fera MA, Baite CA. 2002. Review of Myostatin History, Physiology, and Applications.
Mc Pherron, AC, AM Lawler, SJ Lee. 1997. Regulation of Skeletal Muscle Mass in Mice by New TGF-b Superfamily Member. Nature. 387:83
ADVERTISEMENT
McPherron A and Se-Jin Lee .1997. Double Muscling in Cattle due to Mutation in the Myostatin Gene. Proc. Natl.Acad.Sci. USA. Vol.94, pp.12457-12461, November 1997.
Oldham et.al. 2001. Molecular expression of myostatin and MyoD is greater in double-muscled than normal-muscled cattle fetuses. Am J Physiol Regulatory Integrative Comp Physiol 280: R14898-r1493
Peternakan dalam angka 2020. 2020. Livestock in Figure 2020. Badan Pusat Statistik
Purchas RW, st Morris, DA Grant. 1992. A Comparison of Characteristics of the Carcasses from Friesian, Piedmontese x Friesian, and Belgian Blue x Friesian bulls. New Zealand Journals of Agricultural Research 35: 401-409.