Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Persis Solo, Sebuah Sudut Pandang Pribadi
3 Januari 2022 17:46 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari tambara boyak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bab sejarah dan lain-lain, kayaknya bakal ada yang lebih paham tentang Persis Solo. Jatuh bangun, menangan, lalu kalahan semua pernah dilewati. Ini adalah tulisan saya dalam sudut pandang suporter umum, bahwa Persis Solo merupakan sebuah kebanggaan bagi seluruh masyarakat Solo raya dan Mataraman Surakarta.
ADVERTISEMENT
Kecintaan saya sebagai suporter diawali pada tahun 2008, justru saat Persis Solo dinyatakan tidak lolos verifikasi peserta ISL dan terpaksa harus tinggal di kasta kedua liga Indonesia saat itu. 2008 adalah saat saya pindah dari Klaten ke Kota Solo untuk bersekolah di salah satu SMA yang ada di depan stadion Manahan. Ya, tiap hari kalau ada pertandingan saya bolos buat lihat Persis Solo.
Sebelum stadion manahan direhab seperti sekarang, tribun selatan bawah papan skor adalah tempat favorit saya dan teman-teman untuk mendukung klub. Tentu saja, teman-teman sekelas yang mau diajak bolos sekolah. Waktu itu tribun sangat sepi, karena sering kalahnya Persis Solo dari peserta lain. Bahkan pada tahun 2010 Persis Solo hampir terdegradasi kalau PSDS Deli Serdang tidak mengalami masalah finansial, sehingga Persis Solo yang statusnya Juru Kunci berhasil bertahan dengan menggantikan PSDS Deli Serdang. Lalu di musim 2011, Persis Solo kembali jadi juru kunci namun berhasil selamat karena operator liga menyatakan tidak adanya degradasi.
ADVERTISEMENT
Lulus sekolah, tahun demi tahun pun dilalui tanpa ada kabar dari Persis Solo. Jauhnya jarak Solo-Bekasi membuat hubungan yang terjalin menjadi renggang. Romantisme kisah dukungan saya hanya tertoreh ketika mendapat kabar, "Ah Persis Solo lolos degradasi lagi." Syal seharga 15ribu hasil beli dari pedagang asongan di tahun 2008 masih tersimpan dengan rapi. Sekarang harga syal, sudah 10 kali lipat dari harga yang saya dapatkan sewaktu zaman sekolah dulu.
Hingga tiba akhirnya di musim 2017, Ketika liga dimulai dengan nama baru. Liga 2, sebagai kasta kedua liga Indonesia. Dari awal musim reguler ada 2 kuda pacu, 2 kekuatan lama yang tertidur, PSIS dan Persis Solo. Saling beriringan hingga keduanya lolos babak 16 besar sebagai juara wilayah dan runner-up wilayah. Gairah itu kembali menggelora! Hingga Persis Solo lolos ke Babak 8 besar dengan Status Juara Grup. Dalam hati, "Tahun depan pasti liga 1."
ADVERTISEMENT
8 besar, berlokasi di stadion Patriot Bekasi. Stadion yang tidak jauh dari tempat kuliah dan kerja saya. 3 kali bertanding, bertemu dengan sahabat lama, teman-teman sekolah yang kini tergabung di B6 Surakartans. Meneduhi mereka, memastikan asupan konsumsi aman, mengantar mereka, hingga memastikan mereka nyaman di Bekasi selama babak 8 besar. Dan akhirnya, Persis belum jadi ke liga 1 karena harus kalah dengan skor tipis-tipis dari PSMS, Kalteng Putra dan Martapura Fc. Meski tidak jadi liga 1, tapi gairah tersebut mulai membuncah lagi. Hingga akhirnya 3 musim kemudian, musim 2021 (Karena musim 2020 tidak ada liga) Persis Solo berhasil Liga 1.
Harapannya setelah berhasil Liga 1, maka sudah seharusnya Persis Solo tidak hanya sekadar klub sepakbola saja dan tidak cukup dengan Persis Youth saja. Kerangka besar sebagai salah satu kultur yang kuat di ranah Solo raya harus dijadikan landasan Persis Solo untuk mengembangkan gairah industri dan pengembangan bibit muda bahkan dari kelompok U9. Yah, Akademi Sepakbola/ Sekolah sepakbola yang berafiliasi juga dengan sekolah formal. Bisa mendirikan sendiri sekolah, atau kerja sama dengan sekolah tertentu. Hal ini biasa dilakukan di Jepang, Klub profesional turun langsung dan bekerja sama dengan sekolah formal untuk membangun bakat-bakat muda. Namun, hal tersebut bisa terjadi karena di setiap tingkatan sekolah ada kejuaraan All Japan Championship, khususnya untuk Sepakbola untuk tingkat SMA saja sampai disiarkan langsung di tv nasional.
ADVERTISEMENT
JFA sebagai induk organisasi berhasil membentuk tatanan kejuaraan tingkat sekolah dan junior dengan apik sehingga tidak perlu susah-susah mencari bibit muda sekaliber Keisuke Honda atau Yuto Nagatomo yang pada level senior berhasil tembus tim Italia, Ac Milan dan Inter Milan. Jika PSSI belum maksimal, mungkin bisa dimulai dari Persis Solo dulu. Opsi yang lainnya adalah membentuk kompetisi Internal berbasis kejuaraan Junior dari U13-U18, diseleksi lalu dibina di akademi Persis Solo dengan sistem Promosi degradasi pemain. Lagi-lagi pemain yang terpilih memang harus dijamin untuk urusan akademisnya oleh Persis Solo. Dengan fondasi finansial dan kekuatan masa yang melimpah, bukan tidak mungkin Persis Solo akan setara dengan klub-klub Asia lain. Bukankah setelah target liga 1 harga mati, AFC Cup adalah tujuan selanjutnya? Tapi jangan lupakan pembinaan ya.
ADVERTISEMENT
Salam.