Ekowisata untuk Modifikasi Cuaca

Nofiyendri Sudiar
Pemerhati Cuaca, Iklim dan Dosen Fisika Universitas Negeri Padang Peneliti Pusat Riset Perubahan iklim UNP
Konten dari Pengguna
27 April 2020 23:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nofiyendri Sudiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi ekowisata. pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi ekowisata. pixabay.com
ADVERTISEMENT
Ekowisata harus dibedakan dari wisata alam. Wisata alam atau berbasis alam, mencakup setiap jenis wisata-wisata massal, wisata petualangan, ekowisata yang memanfaatkan sumber daya alam dalam bentuk yang masih lain dan alami, termasuk spesies, habitat, bentangan alam, pemandangan, dan kehidupan air laut dan air tawar.
ADVERTISEMENT
Wisata alam adalah perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati kehidupan liar atau daerah alami yang belum dikembangkan. Wisata alam mencakup banyak kegiatan dari kegiatan menikmati pemandangan dan kehidupan liar yang relatif pasif, sampai kegiatan fisik seperti wisata petualangan yang sering mengandung risiko.
Ekowisata menuntut persyaratan tambahan bagi pelestarian alam. Dengan demikian ekowisata adalah “Wisata alam berdampak ringan yang menyebabkan terpeliharanya spesies dan habitatnya secara langsung dengan peranannya dalam pelestarian dan atau secara tidak langsung dengan memberikan pandangan kepada masyarakat setempat, untuk membuat masyarakat setempat dapat menaruh nilai, dan melindungi wisata alam dan kehidupan lainnya sebagai sumber pendapatan (Goodwin, 1997)”.
Paradigma baru dalam pemanfaatan hutan sebagai potensi non kayu adalah menjadikan hutan sebagai ekowisata yang merupakan bagian dari modifikasi cuaca. Modifikasi cuaca yang dimaksud adalah sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang optimal atau paling tidak lebih baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam kegiatan ekowisata.
ADVERTISEMENT
Jika kawasan ekowisata tersebut merupakan hutan kota, maka manfaatnya antara lain menciptakan iklim mikro, arsitektual, estetika, modifikasi suhu, peresapan air hujan, perlindungan angin dan udara, pengendalian polusi udara, pengelolaan limbah, memperkecil pantulan sinar matahari atau albedo, pengendalian erosi tanah, mengurangi aliran permukaan dan mengikat tanah. Konstruksi vegetasi dapat mengatur keseimbangan air dengan cara intersepsi, infiltrasi, evaporasi, dan transpirasi.
Kegiatan wisata pada dasarnya merupakan kontributor polusi udara yang berakibat pada peningkatan temperatur di sekitar kawasan wisata tersebut. Oleh karena itu perlu dikembangkan konsep ekowisata. Pada dasarnya ekowisata dapat dikembangkan dalam berbagai kawasan hutan seperti hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Sebab ekowisata tidak menjual destinasi tetapi menjual ilmu pengetahuan dan filsafat lokal atau filsafat ekosistem.
ilustrasi pixabay.com
Untuk mengurangi tekanan terhadap hutan oleh masyarakat, maka masyarakat lokal perlu diberdayakan dalam kegiatan ekowisata. Oleh karena masyarakat terserap pada kegiatan ekowisata, maka kerusakan hutan lebih lanjut dapat dihindarkan (Sembiring, et.al, 2004).
ADVERTISEMENT
Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan, hal ini sesuai dengan salah satu prinsip ekowisata yaitu mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata (Damanik et,al., 2006).
Pembangunan ekowisata yang berwawasan lingkungan lebih menjamin kelestarian pembangunan berkelanjutan. Sebab pembangunan ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psiokologi wisatawan (Fandeli, 2002).
Masyarakat lokal sebagai objek yang memiliki karakter fisik dan sosial budaya yang beranekaragam merupakan salah satu sumberdaya dan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan yang harus diberikan kesempatan dan motivasi untuk ikut terlibat dalam pengembangan ekowisata. Melalui aspirasi masyarakat yang dituang dalam ide atau tenaga yang sesuai dengan kapasitas yang ada maka akan memunculkan dorongan untuk ikut berpartisipasi sehingga akan tercipta rasa memiliki terhadap sumber daya alam yang ada, sehingga dalam pengelolaan kawasan hutan dapat menjamin keberlanjutan dan kelestariannya. Adapun pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendukung pengembangan jangka panjang adalah:
ADVERTISEMENT
1. Ekologi. Aspek lingkungan sangat penting untuk diperhatikan agar dalam pengembangannya tidak menimbulkan kerusakan potensi sumber daya alam. Kaidah-kaidah konservasi harus diperhatikan untuk menjaga kebutuhan sumber daya alam yang merupakan modal utama dalam pengembangan pariwisata alam.
2. Ekonomi. Pemerintah bersama dengan LSM dan pengusaha pariwisata bekerjasama dalam memajukan tingkat hidup masyarakat melalui pengembangan wirausaha berskala kecil.
3. Sosial-budaya. Harus peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya, kearifan tradisional masyarakat, dan melestarikan budaya masyarakat setempat.
Hal ini sesuai dengan pengembangan ekowisata yang memberikan peluang untuk mengembalikan kelestarian hutan karena ekowisata selain menyediakan jasa lingkungan juga bersifat konservasi sumber daya alam dan lingkungannya dengan tidak merusak hutan (Partomo, 2004).
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menarik perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan sebagai salah satu isu utama dalam kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
*Penulis: Dr. Nofi Yendri Sudiar/Dosen Fisika Atmosfir Universitas Negeri Padang.