Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.0
Konten dari Pengguna
Mario Dandy dan Pelajaran Berharga untuk Pendidikan Keluarga
25 Februari 2023 14:01 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Tantan Hadian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Entah mimpi apa sang ayah bernama Rafael Alun Trisambodo yang merupakan pejabat ditjen pajak, karena ulah anaknya Mario Dandy, sekarang sang ayah yang tidak tahu menahu kelakuan anaknya tersebut seolah ditelanjangi diberbagai media dan diberhentikan dari jabatatannya sebagai kepala bagian umum DPJ Jakarta Selatan II.
Mario Dandy sendiri karena kecongkakannya akhirnya harus berurusan dengan hukum, diberhentikan dari kuliahnya di Universitas Prasetya Mulya. Masa depan ia dan keluarganya yang asalnya gemilang, kemudian berubah menjadi suram dan menjadi bulan-bulanan media masa karena viralnya penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy kepada David Putra sampai menderita koma di rumah sakit.
Mungkin banyak Mario Dandy yang lain, namun tidak seheboh dalam kasus ini. Yang jelas ini adalah sebuah potret ketidakberhasilan keluarga dalam menanamkan pendidikan karakter kepada anaknya. Orang tua tidak berdaya dalam mendidik anaknya di rumah, hingga pendidikan karakter yang harusnya tertanam di keluarga terabaikan.
ADVERTISEMENT
Ketika anak bertabiat jelek itu tidak sepenuhnya merupakan kesalahan anak, saya sebagai seorang pendidik di sekolah sering melihat kasus-kasus “kenakalan pelajar” itu sumbernya dari rumah dan orang tuanya. Kesalahan mendidik anak di rumah menyebabkan anak akan berbuat kesalahan yang sama di luar.
Ketidakdisiplinan anak di rumah akan ditunjukkan dengan ketidakdisiplinannya juga di sekolah dan di lingkungannya. Kekerasan yang dilakukan anak kepada temannya adalah cerminan kekerasan yang dilakukan oleh keluarganya kepada Ia baik secara fisik maupun secara mental.
Ada beberapa perilaku orang tua yang tidak sengaja dapat membangun karakter jelek pada anaknya. Apa saja?
Memanjakan Anak dengan Materi
Menginginkan anaknya bahagia dengan ukuran uang tidak hanya bagi mereka yang bergelimang dengan harta saja, bagi orang tua yang kurang beruntung pun sering memaksakan diri untuk memanjakan anaknya dengan berusaha mencukupi kebutuhan uangnya.
ADVERTISEMENT
Bagi mereka yang bergelimang harta, apapun keinginan anaknya selalu diikuti oleh orang tuanya dan akhirnya menjadikan daya juang anak menjadi lemah dan cenderung menganggap segala sesuatu bisa diselesaikan dengan uang.
Saya pernah mengajar di suatu sekolah di Jakarta Timur, suatu ketika saya memanggil orang tua siswa karena anaknya tidak pernah hadir ke sekolah. Dari hasil penelusuran ternyata si anak selalu dimanja oleh orang tuanya sehingga kalau ada keinginan yang tidak di berikan oleh orangtuanya ia marah dan tidak mau berangkat sekolah.
“Saya salah membelikan mobil buat dia, sudah tanggung saya belikan yang warna merah, dianya tidak mau, dan belum sempat saya tukarkan kembali, dia kabur-kaburan,” tutur ayahnya.
Itulah salah satu contoh bagaimana orang tua yang salah menerjemahkan kasih sayangnya terhadap anaknya dan akhirnya tidak berdaya dengan hasil didikannya tersebut sehingga menjadikan mental anaknya tidak sesuai dengan keinginan orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Selalu Membela Walaupun Salah
Saya katakan ini adalah racun yang harus dihindari oleh orang tua, jika anaknya salah katakan salah dan jangan dibela, biarkan dia mempertanggungjawabkan sesuai dengan yang ia perbuat. Anak akan terus merasa benar dan menganggap orang lain salah dan tidak berharga di matanya.
Suatu hari saya memperhatikan teman saya yang sedang piket kedisiplinan di sekolah, waktu masuk sekolah di sekolah kami adalah pukul 7.00 dan secara aturan sekolah tidak diperkenankan siswa yang kesiangan untuk langsung masuk ke kelas, tapi harus di data terlebih dahulu dan diberikan wejangan oleh guru piket untuk tidak mengulangi kembali keterlambatannya.
Waktu itu pukul 7 lebih 15 menit. Tiba-tiba datang sebuah mobil mewah dan turunlah seorang siswa dan tertahan di depan gerbang sekolah. “Toot…toot…toot...,” bunyi klakson mobil dengan kencangnya berbunyi dari mobil yang ditumpangi siswa tadi, ternyata ia diantar oleh ayahnya yang masih menunggu anaknya supaya bisa masuk ke sekolah.
ADVERTISEMENT
Teman saya yang sedang piket kemudian menghampirinya dan berusaha menjelaskan aturan sekolah tentang kedisiplinan. Namun bukannya minta maaf atau mengizinkan anaknya untuk dididik oleh pihak sekolah, malahan mengancam dan tetap meminta anaknya untuk bisa langsung masuk kelas.
Pembelaan orang tua terhadap anaknya tersebut berakibat fatal pada pembangunan karakter, anak tidak lagi menaruh hormat sama gurunya, tidak disiplin, tidak mau mengerjakan tugas di kelas, dan terbentuk sikap angkuh baik kepada guru maupun di hadapan teman-temannya.
Tidak Punya Waktu untuk Anak
Kedekatan orang tua dengan anaknya akan membentuk karakter-karakter baik bagi anaknya, kasih sayang tersebut bisa terjalin jika orang tua memiliki quality time bagi anak-anaknya untuk sekadar ngobrol, senda gurau, dan menanyakan aktivitas keseharian mereka di sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Tidak perlu waktu yang banyak bagi mereka yang sibuk, namun menyempatkan sedikit waktu untuk mereka adalah suatu hal yang berharga bagi perkembangan mental sang anak. Tanyakan kepada mereka, “Nak, tadi gimana belajarnya?” atau tanyakan “Nak, gimana tadi main sama teman-teman seru gak?”
Dengan demikian akan terjalin hubungan emosional antara orang tua dengan anaknya, sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Permasalahan mereka di luar rumah merupakan bagian permasalahan orang tua juga sebagai bentuk pengawasan terhadap pendidikan mereka.
Kembali lagi pada kasus Mario Dandy, sang jagoan yang mampu meruntuhkan pamor keluarganya sendiri. Namun Mario Dandy tidak 100 persen salah, pembentukan karakter Mario Dandy hingga seperti itu tidak akan lepas dari peran orang tua dalam mendidiknya di keluarganya.
ADVERTISEMENT