Konten dari Pengguna

Perubahan Iklim: Tantangan bagi Pertanian Indonesia

Tardi Setiabudi
Tardi Setiabudi: Dosen Universitas Setia Budhi Rangkasbitung. Aktif juga Pemerhati sosial masyarakat desa.
2 Desember 2024 13:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tardi Setiabudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Bumi, Perubahan iklim, Kemanusiaan. Dok. Fixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Bumi, Perubahan iklim, Kemanusiaan. Dok. Fixabay
ADVERTISEMENT
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, di mana pertanian memainkan peran penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan. Namun, perubahan iklim yang semakin ekstrem kini menjadi tantangan besar bagi sektor ini. Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan cuaca yang semakin tak terduga—pola hujan yang berubah-ubah, kekeringan yang panjang, serta bencana alam yang datang lebih sering. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa suhu rata-rata di Indonesia meningkat sekitar 0,2°C setiap dekade dalam 50 tahun terakhir. Jika tren ini terus berlanjut, suhu di Indonesia bisa naik hingga 1,5°C pada akhir abad ini. Perubahan iklim ini tidak hanya mempengaruhi cuaca, namun juga berdampak langsung pada sektor pertanian yang sangat bergantung pada kestabilan alam. Mari kita lihat lebih lanjut bagaimana perubahan iklim ini menjadi tantangan bagi pertanian Indonesia dan apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Dampak Perubahan Iklim pada Pertanian Indonesia
Salah satu dampak paling nyata dari perubahan iklim adalah curah hujan. Beberapa daerah yang dulu subur kini kerap dilanda kekeringan yang panjang, sementara daerah lain justru menghadapi banjir. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, misalnya, kekeringan pada tahun 2019 mengakibatkan ribuan hektar sawah gagal panen.
Tak hanya hujan yang berubah, suhu udara yang semakin panas juga memberikan dampak serius. Tanaman padi, yang menjadi komoditas utama Indonesia, sangat sensitif terhadap suhu tinggi. Begitu suhu mencapai 35°C atau lebih, proses fotosintesis terganggu, yang mengakibatkan penurunan hasil panen. Balitbangtan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan) mencatat bahwa suhu ekstrem dapat mengurangi hasil panen padi hingga 10%. Dalam jangka panjang, peningkatan suhu global diperkirakan dapat mengurangi produksi padi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, hingga 20%. Dampaknya tidak hanya pada jumlah beras yang tersedia, tetapi juga pada harga pangan yang bisa meroket, mengancam daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tanah yang subur adalah kunci keberhasilan pertanian. Namun, erosi akibat banjir dan kekeringan yang terus-menerus merusak struktur tanah dan mengurangi kesuburannya. Di banyak daerah, tanah yang dulunya subur kini tak lagi mampu menyokong hasil pertanian yang maksimal. Laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sekitar 60% lahan pertanian di Indonesia mengalami penurunan kualitas tanah akibat erosi dan degradasi. Tanah yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih, sementara petani terus menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan hasil pertanian yang optimal.
Perubahan iklim juga bisa datangnya hama dan penyakit pada tanaman. Suhu yang lebih tinggi menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi hama seperti wereng dan ulat greyak, yang menjadi tantangan besar bagi tanaman padi. Penelitian dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) menunjukkan bahwa serangan hama pada tanaman padi meningkat sekitar 30% dalam lima tahun terakhir. Hal ini menyebabkan kerugian besar bagi petani dan semakin lemah ketahanan pangan. Penyakit seperti blas (Padi Blast) pun semakin meluas, merusak tanaman di daerah yang sebelumnya tidak terpapar.
ADVERTISEMENT
Solusi untuk Menghadapi Dampak Perubahan Iklim
Salah satu langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki sistem irigasi. Dengan curah hujan yang tidak berkurang, penting bagi kita untuk memanfaatkan teknologi irigasi yang lebih efisien, seperti irigasi tetes, yang menghemat penggunaan udara. Selain itu, pembangunan waduk dan sistem penampungan hujan air di daerah rawan kekeringan menjadi solusi yang sangat dibutuhkan agar petani bisa tetap mendapatkan pasokan udara yang cukup untuk bertani.
Teknologi pertanian yang ramah lingkungan, seperti pertanian presisi, akan sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi penggunaan udara, pupuk, dan pestisida. Dengan menggunakan sensor dan data untuk memantau kondisi tanaman, petani dapat mengelola lahan mereka dengan lebih tepat. Hal ini akan mengurangi pemborosan dan mengoptimalkan hasil pertanian. Selain itu, benih-benih unggul yang lebih tahan terhadap kekeringan dan suhu tinggi perlu lebih banyak dikembangkan dan disebarluaskan ke petani.
ADVERTISEMENT
Petani adalah aktor utama yang akan berhadapan langsung dengan perubahan iklim. Oleh karena itu, mereka harus mendapatkan pelatihan yang cukup agar bisa mengadaptasi teknik bertani yang lebih ramah terhadap perubahan cuaca. Selain itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan asuransi pertanian agar petani terlindungi dari kerugian yang disebabkan oleh bencana alam. Dengan dukungan finansial dan pengetahuan yang tepat, petani dapat lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim.
Diversifikasi tanaman menjadi kunci agar petani tidak terlalu bergantung pada satu komoditas yang rentan terhadap perubahan iklim. Misalnya, mereka bisa mulai menanam kedelai, jagung, atau sayuran yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem. Pemerintah juga perlu mendukung kebijakan pertanian berkelanjutan yang melibatkan penggunaan pupuk organik dan perlindungan lahan dari konversi yang berlebihan. Dengan langkah ini, kita dapat menciptakan sistem pertanian yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim sudah tidak bisa lagi dianggap enteng, terutama bagi sektor pertanian Indonesia. Dampaknya yang langsung terasa mengancam ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Untuk itu, langkah-langkah adaptasi yang konkret harus segera dilakukan. Perbaikan sistem irigasi, pemanfaatan teknologi pertanian ramah lingkungan, serta perlindungan bagi petani melalui asuransi dan pendidikan adalah kunci agar sektor pertanian Indonesia tetap bertahan di tengah tantangan perubahan iklim. Hanya dengan kerja sama antara pemerintah, petani, dan masyarakat, kita dapat memastikan masa depan pertanian Indonesia tetap cerah meskipun terjadi perubahan cuaca yang semakin ekstrem.
Tardi Setiabudi: Dosen Universitas Setia Budhi Rangkasbitung