Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Suasana Memperingati HUT Ke-76 RI di Masa Pandemi
17 Agustus 2021 14:12 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Tardi Setiabudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Sepertinya 17 Agustus-an tahun ini akan sepi lagi seperti tahun kemarin” begitulah yang terdengar ke telinga saya ucapan seorang bapak-bapak saat kami sedang istirahat gotong royong di kampung. “Ya begitulah pak, kan kita masih Pandemi COVID-19 apalagi PPKM masih berlaku kayanya,” kata saya sedikit nimbrung. Sebenarnya bukan itu saja yang dibicarakan oleh kami, banyak sekali salah satunya pergeseran hari libur keagamaan yang sempat viral di jagat Negeri ini.
ADVERTISEMENT
***
Memang setiap tahun di kampung saya tidak terlepas yang namanya lomba-lombaan ketika memasuki peringatan Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Bukan di Kampung saya saja, tentu dan pasti di semua kampung di seluruh Negeri yang tercinta pasti melakukan hal yang sama. Entah itu lomba masak, tarik tambang, balap karung, joget, dan panjat pinang yang selalu jadi pemungkasnya di setiap Negeri.
Di kampung saya untuk melaksanakan hal-hal yang semacam itu, biasanya sudah jauh-jauh hari direncanakan, kira-kira perlombaan apa yang pas. Kalau pun perlombaannya seperti tahun-tahun yang yang lalu tidak apa-apa yang penting euforianya yang keren, bukan so-so’ annya. Biasanya kepanitiaan dibagi, ada yang meminta partisipasi kepada masyarakat Rp. 10.000 per rumah, ada yang menyediakan perlengkapan dan sebagainya. Anggotanya biasa ibu-ibu dan anak-anak muda yang penuh semangat dalam menyambut peringatan Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Maklum di kampung saya tidak banyak perusahaan untuk dimintai partisipasi, kami hanya mengandalkan anggaran dari masyarakat setempat. Tapi yang namanya untuk hiburan masyarakat, tidak begitu sulit mendapatkannya ya walaupun tidak banyak, yang penting ada simbol-simbol memperingati hari Kemerdekaan Negara RI. Hadiah bukan sesuatu hal yang utama hanya ala kadar seperti buku tulis untuk anak-anak, dan uang jajan buat beli es untuk ibu-ibu. Dengan seperti itu pun sudah merasa wah senangnya bukan kepalang. Yang penting semua masyarakat di kampung jangan sampai ada yang tidak kebagian ikut perlombaan, itu saja.
Saya pun melanjutkan obrolan-obrolan seperti di warung kopi pada umumnya “haduh kok yang resepsi hajatan masih bisa dirayakan, tapi perlombaan untuk hajat Negara kenapa tidak bisa,” begitulah lanjutan obrolan “Ya mungkin kalau hajatan bisa dipantau prokesnya, kalau perlombaan sulit juga banyak gesekan-gesekan badan orang mungkin,” saya katakan itu sambil tertawa.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya jawaban saya itu “membingungkan pendengar”, tapi karena masyarakat di kampung saya bukan pendengar kritis ya iya-iya saja seolah-olah paham maksud saya. Kenapa saya bilang membingungkan? Apa bedanya resepsi hajatan dengan perlombaan, semua sama-sama kerumunan bisa menciptakan klaster baru penyebaran COVID-19, hanya kegiatannya saja yang berbeda bukankah begitu. Tapi ya sudahlah, sepertinya kalau dibahas terlalu jauh akan semakin alot malah menjadi perdebatan yang tidak ada habisnya.
Ternyata di tahun ini bukan saja sepi tidak ada perlombaan. Namun yang saya lihat, bendera-bendera merah putih yang selalu berkibar di depan rumah-rumah warga juga terbawa suasana sepi. Padahal, pemasangan bendera merah putih sebagai simbol memasuki 17 agustus setiap tahunnya sangat kuat, mulai dari tanggal 1 agustus sampai akhir bulan agustus. Kok saya merasa ada keanehan dalam suasana COVID-19, sepertinya semua pada lesu dalam menyambut peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Apakah pemasangan bendera bisa menularkan corona ke manusia, tidak mungkin! Apa karena ekonomi keluarga sedang lesu sehingga semua ikut lesu hem.
ADVERTISEMENT
Ternyata saya salah, sekarang sudah zamannya Teknologi Informasi yang semakin canggih dan cepat. Ternyata orang-orang sekarang lebih suka mengucapkan peringatan Hari Kemerdekaan Negara Indonesia di media sosial. Mungkin lebih simpel dan luas dilihat orang. Selain itu, bisa modifikasi narasi-narasi dengan tampilan foto dirinya yang dikolaborasikan dengan bendera merah putih. Menurut saya ini benar-benar hal yang bagus dan menarik, memanfaatkan media sosial dengan nilai-nilai positif di saat sedang Pandemi COVID-19.
Dalam suasana Pandemi COVID-19, kita sebagai warga yang baik, biasanya orang-orang bilang seperti itu, tidak ada salahnya kita juga mengikuti ucapan hal yang sama. Dalam menyambut Peringatan Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia ke-76 di tahun 2021. Kita semua harus bisa menahan diri tidak mengadakan perlombaan-perlombaan. Saya yakin, semua sudah pasti kangen dengan keramaian-keramaian yang bisa dilakukan setiap tahun. Toh kita baru hanya dua kali tidak merayakan, tahun depan kita harus yakin bisa merayakannya, dengan catatan tahan dulu kerumunan-kerumunan agar Pandemi ini segera berakhir.
ADVERTISEMENT
Kalaupun kita sebagai masyarakat ingin tetap membuat perlombaan di tengah Pandemi, karena kecintaannya peringatan Hari Kemerdekaan Negara RI ke 76 di tahun 2021. Saya kira bisa-bisa saja, dengan cara memilah lomba apa saja yang efektif agar tidak terjadi kerumunan. Misalnya dengan mengadakan perlombaan menggambar bagi anak-anak, namun tidak tatap muka dengan mengerjakan di rumah masing-masing dengan batas waktu satu hari. Kemudian gambarnya dikirim ke panitia bisa melalui media sosial, semacam itulah.
Cara-cara itu memang sudah banyak sekali dilakukan oleh orang banyak, bukan di hari peringatan Kemerdekaan RI, namun pada hari-hari biasa. Dan itu sangat efektif sekali, tidak mengurangi rasa semangat berkreasi, baik untuk anak-anak dan kalangan dewasa. Apalagi kalau digunakan di hari momen baik ini sangat tepat sekali. Teknologi saat ini bukan saja sebagai alat komunikasi sesama, namun juga sebagai wadah dan infrastruktur belajar secara umum, tinggal klik informasi apapun yang diminta akan muncul.
***
ADVERTISEMENT
Jadi saya kembali lagi ke pokok pesan utama, mari kita sabar dulu yang namanya lomba-lomba mengerahkan masa di masa Pandemi. Semua pasti merasakan “wah sepertinya tidak ada rasanya kalau perlombaan tidak dicampur teriakan anak-anak dan orang tua terasa hambar”. Tapi kan tidak juga dengan tidak adanya perlombaan peringatan Hari Kemerdekaan Negara kita yang tercinta tidak jadi. Tetap jadi, buktinya upacara tetap berlangsung di setiap daerah dengan jumlah peserta yang dibatasi.
Tardi Setiabudi. Pemerhati Sosial Masyarakat Desa di Kabupaten Lebak-Banten