Konten dari Pengguna

Petruk: Gorengan Berbentuk Seperti Hidung 'Petruk'

Tasya Fariyanti
Mahasiswa S1 Sejarah Universitas Gadjah Mada
14 Desember 2021 14:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tasya Fariyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penjual gorengan di penjuru kota Magelang memang mudah ditemukan di berbagai daerah. Namun, hanya di Desa Mendut, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah gorengan yang bernama “Petruk” menjadi makanan favorit orang-orang sekitar. Petruk menjadi gorengan legend yang tidak bisa ditemukan di daerah lain.
ADVERTISEMENT
Gorengan petruk milik Erma Listiyani, yang sering dipanggil Mbak Erma, 36 tahun, tampak di pinggir Jalan Mayor Kusen, Desa Mendut, Mungkid, Magelang. Dia terlihat sedang duduk di depan rumah dengan gerobak yang bertuliskan “Gorengan Barokah” berwarna oranye tepat di hadapannya. Sore itu, Mbak Erma sedang duduk sembari membuat adonan Petruk. Setiap harinya, Mbak Erma mulai berjualan di warungnya pada pukul 15.00 WIB.
Terlihat “Gorengan Barokah” Mbak Erma yang berada di pinggir Jalan Mayor Kusen, Desa Mendut, Mungkid, Magelang. Sumber: Dokumentasi pribadi Tasya Fariyanti
zoom-in-whitePerbesar
Terlihat “Gorengan Barokah” Mbak Erma yang berada di pinggir Jalan Mayor Kusen, Desa Mendut, Mungkid, Magelang. Sumber: Dokumentasi pribadi Tasya Fariyanti
Gorengan sangat mudah ditemukan di setiap pinggir jalan di berbagai daerah. Mulai dari warung lamongan, nasi goreng, angkringan, hingga restoran. Jika bertanya gorengan mana yang membedakan dengan gorengan Mbak Erma, jawabannya adalah di petruk dan namanya yang unik. Lokasinya sangat strategis, di pinggir jalan, dan mudah dilihat.
“Lumayan, apabila ada motor atau mobil lewat jalan sini ada yang berhenti untuk membeli gorengan. Namun, sebagian pembeli selalu bertanya petruk itu gorengan apa,” kata Mbak Erma, Senin (13/12/2021).
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, Mbak Erma tidak hanya menjual gorengan petruk. Ada beberapa gorengan lainnya, seperti tempe goreng, tahu goreng, cireng, dan bakwan. Kalau beberapa gorengan tersebut masih bisa dicari dengan mudah di daerah mana saja.
Macam-macam gorengan di Mbak Erma, yaitu petruk, tempe goreng, tahu goreng, dan bakwan. Sumber: Dokumen pribadi oleh Tasya Fariyanti
Sore itu, saya memesan petruk seharga Rp 5.000,00. Mbak Erma dengan sigap menggoreng petruk. Cara membuatnya sangat sederhana. Sebelum ke tempat jualan, Mbak Erma membuat adonan petruk dan isinya terlebih dahulu. Bahan dasar adonannya adalah ketela.
Pertama-tama, ketela dikupas dan dicuci hingga bersih. Kemudian, ketela diparut dan disaring dari airnya. Ketela yang telah disaring diberi bumbu. Bumbunya berasal dari bawang putih, garam, dan ketumbar. Setelah itu, diuleni hingga merata.
Setelah adonan petruk jadi, Mbak Erma membuat isi petruk dan isi tahu goreng. Isi petruk dibuat dari bahan dasar sayur jipang. Sayur jipang dikupas dan dicuci terlebih dahulu. Kemudian, diiris kecil-kecil. Bumbu untuk isi petruk yaitu cabe, garam, dan penyedap rasa. Untuk isi tahu goreng seperti pada umumnya, yaitu kubis, cabe, garam, dan penyedap rasa.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, petruk dibentuk dan diisi oleh sayur jipang dan tahap terakhir adalah penggorengan. Tidak lama petruk pun matang. Petruk dimasukkan ke dalam plastik. Petruk nikmat rasanya dimakan dalam keadaan hangat maupun dingin.
Proses penggorengan petruk. Sumber: Dokumen pribadi oleh Tasya Fariyanti
Mengapa gorengan tersebut diberi nama petruk? “Mungkin karena bentuknya seperti hidung Petruk di wayang kulit, jadi diberi nama petruk,” kata Mbak Erma.
Berhubung dinamakan petruk, gerobak yang digunakan untuk jualan diberi gambar “Petruk” wayang kulit. Ketika orang-orang mendengar petruk adalah makanan, mereka kebingunan.
Gorengan petruk sudah matang. Sumber: Dokumen pribadi oleh Tasya Fariyanti
Gorengan petruk Mbak Erma merupakan peninggalan dari ibunya. Harganya pun relatif murah yaitu Rp 1.000,00/3 biji.
“Dahulu, pertama kali yang jualan nenek saya, kemudian turun temurun ke ibu saya. Karena ibu saya semakin tua, maka dia meminta saya yang menggantikan jualannya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Rasa dari petruk tersebut adalah gurih, pedas sedikit, dan ada rasa asinnya. Terkadang pembeli bisa request tingkat kematangan. Ada yang minta sampai matang dan ada yang minta setengah matang. Terkadang juga, ada pembeli pesan petruk yang belum digoreng. Biasanya kalau orang mempunyai acara keluarga, kumpulan RT, pengajian, dan kegiatan lainnya mereka memesan gorengan di Mbak Erma. Sebenarnya, orang-orang bisa membuat petruk, tetapi entah kenapa bentuk dan rasanya tidak bisa sama seperti yang dibuat oleh Mbak Erma.
Petruk yang belum digoreng. Sumber: Dokumen pribadi oleh Tasya Fariyanti
Mbak Erma adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Dia mulai terampil membuat petruk dan aktif berjualan sejak tahun 2005. Mengenai gorengan petruk ini, kebanyakan pembeli selalu menanyakan petruk.
“Apalagi waktu puasa, pesanan banyak dan terkadang pembeli ada yang kehabisan. Ada juga yang pesan terlebih dahulu jadi masih kebagian,” kata Mbak Erma.
ADVERTISEMENT
Mbak Erma selesai jualan pukul 19.00 WIB. Terkadang kalau menjelang magrib sudah habis-habisan, Mbak Erma segera beres-beres untuk tutup.