Konten dari Pengguna

Ruang Belajar dan Harapan Masa Depan

Tatang Muttaqin
Fellow di Groningen Research Centre for Southeast Asia and ASEAN, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
4 Mei 2025 14:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tatang Muttaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prabowo Subianto. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Dalam acara peringatan Hari Guru Nasional 2024, Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto menyampaikan bahwa pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk membuat sekolah-sekolah yang bagus, bersih, dan baik yang dapat menjadi pusat-pusat pembangunan nasional. Di Hari Pendidikan Nasional pada Jumat, 2 Mei 2025, komitmen tersebut direalisasikan dengan memberikan bantuan Perbaikan Sarana Pendidikan dengan anggaran mencapai Rp17 triliun untuk lebih dari 10.000 satuan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo meluncurkan Program Perbaikan Sarana Pendidikan tersebut di SDN Cimahpar 5, Kota Bogor sebagai bagian Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC), yakni memperbaiki sekolah-sekolah yang perlu renovasi selaras dengan Asta Cita keempat memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
Dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai standar akan mendukung pencapaian pembelajaran lebih optimal. Sebagai contoh, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Perikanan dan Kelautan Puger, Jember, Jawa Timur yang memiliki fasilitas teaching factory tambak udang vaname menjadi bukti faktual bagaimana sarana prasarana sangat efektif meningkatkan kompetensi para siswa dan kemajuan sekolah.
Teaching factory tambak udang vaname yang dibangun dari bantuan pemerintah ini telah mampu menghasilkan miliaran rupiah yang digunakan kembali untuk pengembangan sekolah. Sebagai sarana pembelajaran, teaching factory tambak udang vaname ini juga berhasil meningkatkan kompetensi para siswa. Banyak lulusan SMK Perikanan dan Kelautan Puger yang sudah diserap industri budi daya udang, bahkan sebelum mereka lulus. Hasil studi dari Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan 2024 menunjukkan bahwa teaching factory terbukti mendorong peningkatan kompetensi peserta didik sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja.
Ilustrasi mengajar. Foto: Dok. Istimewa
Cerita dari salah satu orang tua siswa, Bapak Muhammad Tri Jazuli yang hadir di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Slawi, Tegal, Jawa Tengah tergambar keluhan beberapa orang tua siswa penyandang tunagrahita masih belum bisa mandi sendiri. Tunagrahita sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut individu yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) secara signifikan di bawah rata-rata. Mereka mengalami hambatan masa perkembangan, mental, emosi, sosial dan fisik sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Bagi orang tua pada umumnya, mandi barangkali merupakan aktivitas biasa yang tak perlu lagi diajarkan di sekolah. Mandi menjadi hal alamiah sebagaimana biasanya. Akan tetapi, bagaimana dengan orang tua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK), seperti tunagrahita di mana mandi merupakan persoalan. Mandi dengan benar, di mana mereka harus mandi, di mana mereka harus membuka baju adalah hal yang tidak mudah. Bagi guru, ini menjadi salah satu capaian pembelajaran.
Sementara itu, bagi orang tua, siswa ini adalah harapan dan kebahagian, apalagi jika anak-anak istimewa ini sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memasak, mencuci baju, dan sebagainya. Bagi para orang tua dengan ABK, kemandirian dan kecakapan hidup sehari-hari adalah hal yang paling diharapkan dari anak-anak mereka. Mereka sadar, orang tua tak selamanya bisa mendampingi putra/putri istimewanya ini.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit sarana dan prasarana SLB yang ada masih jauh dari harapan untuk bisa mengembangkan potensi siswa dan mewujudkan harapan para orang tua siswa. Sarana dan prasarana yang ada belum sepenuhnya mampu mendukung capaian dari setiap tahapan pembelajaran peserta didik kita yang istimewa ini. Misalnya, ketiadaan ruang pembelajaran khusus untuk pembelajaran Bina Diri di SLBN Slawi tersebut menyebabkan capaian pendidikan kecakapan hidup yang menjadi dasar bagi bekal kemandirian siswa kelak, belum optimal. Bina Diri adalah ketika ABK, utamanya tunagrahita, diajarkan untuk aktivitas sehari-hari di rumah dan hal ini membutuhkan ruangan khusus yang benar-benar ditata layaknya rumah dengan fasilitas lengkap.
Kekurangan sarana dan prasarana sekolah tidak hanya di SLBN Slawi, ada ribuan sekolah yang dilaporkan dalam kondisi rusak dan memerlukan perbaikan. Untuk jenjang SMK saja, berdasarkan Data Statistik Pendidikan 2024 dari Badan Pusat Statistik (BPS), dari 14.000-an SMK yang ada di Indonesia, 35,6 persen di antaranya dalam kondisi rusak, baik rusak sedang maupun rusak berat. Fasilitas sekolah jelas memiliki pengaruh penting dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sekolah yang nyaman dan aman dengan sarana prasarana yang memadai merupakan tempat yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar yang berkualitas serta menjadi sarana terbaik untuk menumbuhkan potensi siswa.
ADVERTISEMENT
Bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, Kemendikdasmen meluncurkan sebuah inisiatif baru, Program Perbaikan Sarana pendidikan yang ditandai dengan groundbreaking pembangunan sarana prasarana yang dilakukan serentak di sejumlah titik lokasi dan dipimpin langsung oleh Bapak Presiden Prabowo dari Bogor. Sebagai ikhtiar awal, ada 10.441 satuan pendidikan yang akan direhab di tahun 2025 dengan anggaran mencapai Rp17,15 triliun. Perbaikan dan rehabilitasi tersebut meliputi seluruh jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK, termasuk pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) dan sanggar kegiatan belajar (SKB).
Untuk SMK, tahun 2025 ini program ini akan dialokasikan untuk lebih dari 750 SMK yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sasaran program beragam, mulai dari pembangunan dan perbaikan ruangan belajar, pembangunan ruang praktik, toilet sekolah, hingga kantin sekolah. Semuanya itu tidak hanya demi menghadirkan sekolah yang nyaman, tetapi juga meningkatkan kompetensi siswa yang dapat berimbas pada kebekerjaan siswa. Di SMK, kantin dapat menjadi tempat praktik siswa sehingga perlu ditata lebih baik dan modern sehingga para siswa bisa belajar tentang ilmu manajemen pemasaran. Di kantin itu jugalah, makanan produk praktik siswa dijualbelikan sehingga secara tidak langsung dapat berdampak pada kompetensi siswa.
Ilustrasi pembangunan. Foto: Dok. Istimewa
Selain SMK, ada lebih dari 150 SLB yang juga akan direhab agar dapat mengoptimalkan capaian pembelajaran siswa. Misalnya adalah ruang pembelajaran khusus bagi anak tunagrahita dan ruang wicara untuk siswa tunarungu di SLBN Slawi. Secara keseluruhan, SLBN Slawi mendapatkan bantuan dana untuk pembangunan dua unit ruang pembelajaran khusus serta pembangunan kantin sekolah yang selama ini belum ada.
ADVERTISEMENT
Berbeda dari program-program bantuan pemerintah sebelumnya, kali ini program perbaikan sarana pendidikan melibatkan peran aktif masyarakat. Melalui komite sekolah, berbagai aspirasi kebutuhan ditampung, seperti kebutuhan akan ruang pembelajaran khusus Bina Diri di SLBN Slawi yang juga diserukan oleh para orang tua. Orang tua murid dan juga masyarakat sekitar juga turut ambil peran dalam proses pembangunan ini, tentu dengan perannya masing-masing.
Dengan perbaikan sarana pendidikan yang dilakukan ini, pemerintah tidak hanya telah menunaikan janjinya dengan menghadirkan pendidikan bermutu bagi semua, tetapi juga menjawab berbagai harapan masyarakat yang selama ini serukan kepada sekolah-sekolah. Kemandirian bagi anak disabilitas dan kebekerjaan bagi anak-anak SMK yang akan menjadi harapan masa depan mereka. Semoga.