Dari Rough Rides ke Road Rage: Hadapi Amarah di Jalan Raya

Taufik RIGO
@rigotaufik
Konten dari Pengguna
18 Juli 2018 20:06 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufik RIGO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“The road is not the place to test your place in the world, avenge the insults you suffered at work, and the so many injustices in the world. It does not deserve any emotional investment. Think of your family and kin and those you dearly hold. Never mind those maniacs all around you who figure out a more efficient way to doom.” --iStreetwisdom
Foto: Protest Against Taxi Apps Causes Chaos Indonesia Capital | Reuters
ADVERTISEMENT
Masih ingat kasus Teza Irawan, pengendara mobil yang akhir Maret lalu mengacungkan pistol Revolver kaliber 3.8 mm di depan Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk motong jalan masuk tol ke arah Cawang? Polisi yang menguntit berhasil menciduk dan menyita revolver, peluru dan sarung pistol dari mobilnya saat terjebak macet di pintu keluar tol Kuningan.
Mengacungkan senjata untuk mendapatkan jalan merupakan ekspresi amarah paling ekstrim (extreme road rage) karena (berencana) untuk menghilangkan nyawa orang lain.
Rough Rides, Road Rage
Pengguna motor melawan arus lalu lintas (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
Pada kasus yang lebih umum dijumpai dan lebih sering terjadi hampir di mana-mana, ketidakdisiplinan berkendara (rough rides), inilah yang memicu tindakan intimidasi/penggunaan kekerasan (road rage). Kerumunan yang tidak tertib sangat kuat mendorong emosi dan agresi. Dalam banyak kasus, rough rides disusul oleh umpatan dan sumpah serapah. Ada juga yang berujung pada adu jotos.
ADVERTISEMENT
Ya, ngeselin memang, kalau pengendara sebelah kita tiba-tiba motong jalan tanpa tanda lampu.
Terus, apalagi bentuk rough rides yang sering kita alami?
Ada pengendara yang ternyata berbelok tajam ke arah berlawanan dari nyala tanda lampunya sendiri. Saat jalan menyempit, masih ada kendaraan yang memaksakan masuk jalur sebelah padahal jarak sangat mepet, dan sayangnya, lampu tanda berbelok tak pula menyala.
Sementara masih dijumpai, kendaraan yang justru melambat di jalur cepat, menerobos lampu merah, atau menunggu pergantian lampu jalan di posisi yang nutupin belokan.
Traffic Jam in Delhi (Foto: Wikimedia Commons)
Iring–iringan pengendara yang melawan arus, sepertinya jadi “kondisi normal baru” (new normal). Belum lagi saat hujan deras, bisa dipastikan motor mendadak bershaf-shaf diparkir secara berjamaah untuk neduh di bawah jembatan.
ADVERTISEMENT
Walhasil, berkendara seperti perjuangan yang melelahkan, dan jarak yang jauh membuat kekesalan kita menjadi lengkap. Bayangkan bila tidak ada aturan ganjil genap, dan setiap hari mobil harus kita kendarai dengan kondisi itu….
Bagaimana dengan road rage, apa saja bentuknya?
Mengintimidasi dengan bunyi klakson, membuka jendela untuk memelototi pengendara lain, mengumpat dengan sumpah serapah, memepetkan kendaraan yang siap diadu atau tailgating, adalah bentuk-bentuk amarah yang jamak ditemui di jalan raya. Pada kasus tertentu terjadi juga ugal-ugalan (car chasing).
Yang terjadi saat road rage sesungguhnya adalah tertutupnya alam sadar dan kendali diri karena luapan emosi, membuat kita berani mengambil risiko yang umumnya dalam keadaan normal tidak kita lakukan.
Di sinilah batasan tipis dan cenderung bikin kita abai, di mana sebagian bentuk road rage bisa menjadi pelanggaran kriminal dengan ancaman pidana.
ADVERTISEMENT
Bila ketidakdisiplinan rough rides adalah ukurannya, lantas, seberapa parah sebenarnya road rage di tanah air… Ada road rage nggak di luar negeri ….
Nah, kalau luar negeri yang dimaksud adalah negara yang terbiasa dengan disiplin lalu lintas, sepertinya road rage bukan masalah, karena jarang dijumpai. Sayangnya, tidak semua luar negeri, tingkat disiplin lalu lintasnya lebih baik dari kita….
Ilustrasi lampu merah di jalan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Lain Padang, Lain Ilalang
Penulis ingat arahan “penting” saat pertama tiba di New Delhi dan mau membeli mobil. Nggak perlu membeli mobil baru, cukup mobil seken, yang penting punya kualitas tiga good, yakni: good horn, good break, dan good luck.
Belakangan baru nyambung, di Delhi, pengendara akan sering membunyikan klakson, mengerem mendadak, dan berharap beruntung untuk selamat sampai ke tujuan.
Jangankan mobil bersih tercuci saat dipakai di jalan raya, punya mobil atau motor yang baret-baret ternyata jamak sekali. Bahkan mobil yang relatif baru dijumpai tanpa kaca spion karena copot, lampu tanda/lampu rem terlihat lepas atau tidak menyala, dan berbagai bentuk rough rides, akhirnya dimaklumi sebagai kondisi yang, Insya Allah, bukan pelanggaran atau setidaknya tidak dianggap ganjil.
ADVERTISEMENT
Pembaca tentu punya pengalaman tersendiri, dan kayaknya beda ya pengalaman mengendarai roda dua dan empat di tanah air dengan di negara lain.
Berkendara di India, berasa sangat sesuatu, mengingat tingkat disiplin berkendaranya tidak lebih baik dari Indonesia.
Ciri kemacetan di Jakarta sebagai contoh, adalah terbentuknya garis kemacetan yang relatif lurus, sesuatu yang tidak didapati di India. Dalam banyak kasus di Indonesia, rough rides dimaklumi betul sangat membahayakan, sehingga cenderung dihindari. Sementara di India, rough rides nampak umum dipraktikkan oleh mobil resmi pemerintah dan prevalensinya relatif tinggi baik di jalan negara, jalan provinsi atau negara bagian, jalan distrik, maupun jalan pelosok di perkampungan.
“Uska road rage ho gaya”, kira kira berarti "where there is a road, there is rage", begitu menurut Times of India (3 April 2016) saat memberitakan insiden korban mati akibat adu jotos di Vikaspuri, sambil menyitir tingginya kecelakaan maut akibat road rage.
Seorang pengendara vespa tewas dipukuli dengan tongkat kayu oleh pengendara mobil yang berang karena kaca spionnya copot akibat terserempet. Jeritan mohon ampun anak perempuan kecil yang korban boncengi bahkan tidak digubris oleh pengendara mobil itu.
ADVERTISEMENT
Wakapolda Delhi, Amit Singh, pada akhir tahun 2016 lalu menjadi salah satu korban penusukan dengan senjata tajam saat off duty di mobil pribadi bersama keluarga. Road rager yang menikamnya adalah remaja tanggung yang saat berkendara bersama teman-temannya langsung naik pitam justru setelah menabrak mobil Amit Singh.
Pengadilan Tinggi Delhi bahkan awal tahun ini membentuk amicus curae, dewan hakim, yang khusus menyelidiki lonjakan statistik road rage di New Delhi. Dari 2014 ke 2015, kenaikan insiden road rage yang tercatat mencapai lebih dari 10 persen.
Road Sage Bukan road rage
Banyak juga pakar yang masih tidak sependapat untuk menganggap road rager alami kelainan mental atau terkategori DSM (Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorder). Namun asosiasi terdekat adalah kepada intermittent explosive disorder (IED), di mana emosi melalui umpatan, bahkan teriakan mudah meledak secara konsisten di setiap pengalaman berkendara.
ADVERTISEMENT
Baik bila dicamkan, bahwa di antara pengendara anonim dalam kemacetan bisa jadi anggota keluarga kita sendiri, atau sahabat, handai taulan, tetangga, atau seseorang yang mengenal baik seseorang yang kita sayangi, yang barangkali, tertutup di balik helm atau kaca gelap mobil.
Tanggalkan segera sifat egois, jangan jadi oportunis, sebelum menjadi sifat yang melekat, dan mulailah berkendara dengan baik dan benar, sesuai aturan. Biasakan yang benar dan jangan benarkan kebiasaan. Jadilah Road Sage, bukan Road Rager.
Nyalakan lampu tanda sebelum berbelok, gunakan kaca spion untuk pastikan jarak, tetaplah di jalur sesuai kecepatan Anda, dan mengantrilah. Klakson dan lampu tembak tidak perlu digunakan kecuali mendesak. Mungkin memang tidak serta-merta menyelesaikan masalah, namun sangat mungkin mengurangi kemungkinan resiko komplikasi masalah.
ADVERTISEMENT
Di antara pengendara, sangat mungkin membawa anak kecil sebagai penumpang. Ingat baik baik, mereka adalah calon pengendara di masa depan. Anak anak akan cenderung meniru perilaku orang dewasa yang berada di sekitarnya, termasuk siapapun yang menyupiri mereka saat rutin di kendaraan. Bagi Anda yang bersupir, ingatkan dengan serius supir Anda akan hal ini.
Tentunya, kita juga harus lebih pahami resiko pemidanaan akibat rough rides dan road rage, sehingga terpaksa berlatih tenang, sila ambil nafas dalam dalam, sambil membayangkan konsekuensi pidananya.
Memutar musik yang menenangkan, syukur-syukur lagu rohani, atau mengajilah, karena bisa bikin adem hati untuk segera lupakan insiden apapun yang baru terjadi. Memang sih, kadangkala suasana terlanjur menjadi terlalu panas, dan kalau ini terjadi, pinggirkan kendaraan dan dinginkan kepala dengan minum dan hening, sebelum melanjutkan perjalanan.
ADVERTISEMENT
Bila Anda Muslim, menepilah untuk shalat sunnah, di masjid pinggir jalan, syukuri bahwa Anda masih selamat untuk melanjutkan perjalanan kembali. Dahulukan kirim pesan teks atau langsung telefon kepada keluarga, untuk menginformasikan bahwa Anda dalam keadaan baik sambil menanyakan kabar kondisi mereka. Jangan sibukkan untuk bikin status media sosial dalam umpatan sumpah serapah tentang insiden yang nyaris membahayakan Anda.
Penulis pernah berkendara selama beberapa tahun di India, dengan rough rides dan road rage.
Syukurnya, dengan bekal pengalaman sebagai alumni nyetir dari India, penulis tidak lagi banyak mengumbar sumpah serapah, jauh lebih bisa “mensyukuri” tingkat carut marut rough rides dan road rage di tanah air, sambil tersenyum pahit.
Bagaimana menurut pembaca?
Data Road Rage dan Rough Rides di India: http://ncrb.gov.in/
ADVERTISEMENT