Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Ada banyak platform yang menyediakan jasa desain grafis saat ini. Mulai dari aplikasi desktop, web, hingga aplikasi mobile yang bisa kamu pakai secara gratis dan premium dengan biaya tertentu. Nah, media yang bisa kamu pilih untuk membuat desain salah satunya adalah Canva.
ADVERTISEMENT
Apakah ada Temalians yang pernah mencoba menggunakan Canva? Atau masih ada yang belum tahu apa itu Canva?
Canva bisa kamu gunakan untuk berbagai jenis desain dan template siap pakai. Kamu bisa menggunakan Canva untuk membuat logo, poster, kartu nama, selebaran, Curriculum Vitae (CV), infografis, template presentasi dan masih banyak lagi.
Kamu juga bisa berlangganan dengan Canva untuk mendapatkan fitur-fitur tambahan yang tak kalah menarik, lho. Akan tetapi, pengguna gratis juga tetap bisa menggunakan layanan yang disediakan oleh Canva. Tentunya, kamu bisa mengakses Canva melalui canva.com dan aplikasi yang bisa diunduh pengguna android dan ios.
Canva dibuat oleh Melanie Perkins pada tahun 2012. Walaupun basis penggunanya sudah lebih dulu banyak, Canva masuk ke Indonesia dimulai tahun 2017. Dengan adanya fitur-fitur yang disediakan Canva membuat pengguna pemula tidak merasa kesulitan. Terutama bagi kamu yang tidak terlalu terbiasa dengan bidang desain grafis.
ADVERTISEMENT
Temali telah berbincang dengan beberapa pengguna Canva untuk membagikan pendapat mereka saat menggunakan Canva. Seorang alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad Nur Abdilllah Rachman. Pria yang biasa disapa Aab telah menggunakan Canva sejak 2019. Aab menggunakan Canva karena kebutuhan untuk membuat konten usaha pribadinya di media sosial instagram dan facebook.
“Saya mengenal Canva satu tahun yang lalu dari teman. Teman saya kebetulan memegang media sosial untuk keperluan promosi usahanya. Setelah sharing, saya pun mencoba menggunakan Canva untuk kebutuhan konten usaha saya,” Ucap Aab.
Ia memanfaatkan Canva untuk membuat konten story dan feeds akun instagram usaha miliknya. Untuk intensitas pemakaian, Aab merasa tidak terlalu sering. Dalam satu bulan, ia hanya menggunakan Canva satu sampai tiga kali saja. Ia pun merasa puas dengan adanya Canva. Baginya, Canva sudah sangat membantu dengan fitur-fitur gratis yang disediakan.
ADVERTISEMENT
“Dengan fitur yang disediakan Canva itu sangat membantu dan gampang digunakan. Terlebih bagi saya yang tidak punya keahlian di bidang desain grafis. Dengan adanya Canva kan ada template, tinggal kita pilih template mana yang suka lalu diubah dikit. nggak ribet intinya,” ungkap Aab.
Aab mengakui bahwa Canva sudah membantu untuk memenuhi kebutuhan konten akun sosial media usahanya. Walaupun terkadang desain yang ia harapkan tidak bisa dihasilkan dari Canva.
“Kalau saya butuh poster yang sedikit ribet saya memilih membayar jasa orang yang menguasai program desain grafis. Terkadang poster yang saya butuhkan itu kemungkinan tidak bisa dikerjakan oleh saya melalui Canva.”
Berbeda halnya dengan Baiq Ridha Rahayu, seorang mahasiswa Universitas Mataram telah menggunakan Canva kurang lebih sejak tiga tahun yang lalu. Ridha menggunakan Canva untuk kebutuhan pribadinya.
ADVERTISEMENT
“Biasanya aku pake Canva untuk buat tugas-tugas sekolah sampai kuliah. Kalau mau daftar kepanitiaan atau volunteer, aku juga suka buat CV di Canva,” ungkap Ridha.
Menurutnya, fitur-fitur di Canva itu sudah lengkap. Interface Canva juga tak kalah menarik. Hal itu membuat Ridha sebagai pengguna tidak kehabisan ide untuk membuat desain atau bahan presentasi. Bicara mengenai kepuasan, Ia merasa sangat puas dengan Canva.
“Puas banget. Canva itu sangat simpel. Walaupun banyak yang harus berbayar, tapi yang gratis juga tampilannya bagus-bagus dan banyak pilihan. Sejauh ini aku nyaman pake Canva jadi enggak pernah nyoba yang lain lagi sampai sekarang,” tutup Ridha.
Kalo Aab dan Ridha berpendapat sebagai pengguna kebutuhan pribadi. Lalu, bagaimana tanggapan dari desainer grafis profesional mengenai Canva?
ADVERTISEMENT
“Sebagai desainer grafis, saya sangat setuju adanya aplikasi seperti ini, karena membantu kelas menengah ke bawah untuk terbiasa dengan desain yang proper," ujar Azis Muslim.
Baginya, ketika masyarakat sudah terbiasa menggunakan desain yang baik dan bagus, maka akan terbangun ekosistem yang baik pula untuk konsumen pengguna desain grafis, desainer, fakultas desain, bahkan masyarakat awam.
Azis Muslim adalah seorang founder dari Kebun Design yang menyediakan jasa desain grafis baik berupa logo, merchandises, hingga cover buku. Menurutnya, Canva masih memiliki kekurangan. Ia menganggap bahwa template di Canva itu banyak yang tidak cocok untuk kebutuhan seuatu brand meskipun menggunakan layanan premium Canva.
Azis berpendapat bahwa desain grafis itu adalah sebuah cara untuk berkomunikasi, tentang memengaruhi persepsi manusia, menyalurkan emosi dan lain-lain. Canva tidak memfasilitasi hal tersebut walaupun dengan premium.
ADVERTISEMENT
“Canva cocok untuk siapa saja untuk membuat desain yang layak. Tapi tidak direkomendasikan jika ingin membuat desain yang mempunyai impact dan pengaruh psikologis," terang Azis.
Pengaruh tersebut bisa diciptakan untuk tujuan penjualan, engagement sosial media. Sebetulnya masih ada banyak rekomendasi aplikasi yang serupa selain Canva. Azis sendiri merekomendasikan Sparkpost yang dibuat oleh Adobe.
Tidak semua template Canva cocok untuk suatu brand menurut Azis. Oleh sebab itu, menggunakan jasa desain grafis sebenarnya adalah salah satu pilihan tepat. Seorang desainer grafis mampu membuat desain sesuai permintaan konsumennya untuk mewakili emosi, rasa, dan kesan. Menggunakan jasa desainer grafis juga tidak akan berhenti hanya pada template. Desainer grafis akan membuat desain dari awal dengan media apapun sesuai dengan permintaan.
ADVERTISEMENT
Bureau Chief Desain Grafis Indonesia Ismiaji Cahyono juga ikut memberikan opininya tentang Canva. Menurut dirinya, sebagai pelaku industri yaitu konsultan desain grafis, keberadaan Canva dapat disikapi dalam dua sisi. Baik sebagai sarana untuk visualisasi gagasan dan sebagai ancaman.
“Yang pertama, saya menilai Canva sebagai sarana untuk memvisualisasi gagasan, tidak lebih dari itu. Ia berfungsi sebagai pemancing diskusi dalam menyampaikan konsep," simpul Ismiaji atau akrab disapa Aji.
Bagi Aji, proses kreasi masih panjang dan penuh dengan penyempurnaan yang dapat terjadi. Tentu hal tersebut tercipta setelah beragam diskusi antar pemberi tugas dan perancang.
Kedua, Canva adalah ancaman bagi perancang yang memosisikan diri mereka sebagai teknisi, operator, atau tukang, karena menumpulkan kreativitas. Perancang teknis atau operator tugasnya melayani pemberi tugas apapun permintaannya, sehingga proses kreasinya sebatas teknis.
ADVERTISEMENT
"Canva hadir untuk mempermudah dan mempersingkat proses tersebut, bukan lagi sebagai sarana tetapi pelaksana tugas,” ungkap Aji.
Ia menambahkan bahwa Canva perlu dipandang sebagai sarana atau bahkan alat, bukan hasil kreasi. Seorang desainer harus berani menyatakan demikian kepada pemberi tugas yang kian mempermudah proses kreasi karena tersedianya ‘alat-alat’ serupa.
Selain itu, perancang harus lebih taktis dalam menyampaikan gagasan visualnya. Hal ini supaya perancang memiliki nilai tambah dibandingkan dengan alat-alat semacam Canva.
“Kekurangannya ya tadi, sangat poles, sehingga kurang emosional, tetap memerlukan campur tangan manusia. Fitur premium hanya untuk mempermudah pengelolaan usaha atau mempermudah proses kreasi, itu saja,” pendapat Aji saat ditanya kekurangan yang dimiliki Canva.
“Meskipun Canva menyediakan sedikit sarana What You See What You Get dengan fitur drag and drop, Canva tetap berbasis template. Desainer tetap tidak memiliki peluang untuk mengeksplorasi gagasan-gagasannya, apalagi untuk bereksperimen,” tutup Aji.
ADVERTISEMENT
[Penulis: Rizky Aprilia]