Kata Psikolog Tentang Orang Sukses yang Suka Menggunakan Ponsel Jadul

Konten Media Partner
27 Februari 2020 7:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warren Buffet/ Foto: Barrons.com
zoom-in-whitePerbesar
Warren Buffet/ Foto: Barrons.com
ADVERTISEMENT
Heboh kabar Warren Buffet, investor legendaris yang juga CEO Berkshire Hathaway, telah mengganti ponsel jadulnya dengan iPhone canggih. Dikutip dari Kumparan, ponsel legendaris kesayangan Buffet tersebut dikabarkan hilang selamanya, sehingga ia harus menggantinya dengan yang baru.
ADVERTISEMENT
Selama karir kesuksesannya Buffet memang sangat setia menggunakan ponsel lipat dengan fitur terbatas dan memiliki harga kurang dari Rp200.000 tersebut. Padahal Buffet sendiri merupakan pemilik saham Apple sebanyak 5,6 persen dengan nilai lebih dari 70 miliar dolar AS.
Foto: Kumparan dari Samsung.com
Ia seringkali menolak untuk mengganti ponsel jadul (zaman dulu) miliknya dengan ponsel baru. Bahkan, CEO Apple Tim Cook, telah bertahun-tahun mencoba merayu Buffet agar mengganti ponselnya dengan model keluaran terbaru. Namun penolakan terus diterimanya, Buffett masih setia dengan ponsel flip Samsung SCH-U320.
“Saya tidak menggunakan semua fasilitasnya seperti kebanyakan orang. Saya menggunakannya cukup sebagai ponsel," tambahnya.
***
Ilustrasi ponsel canggih/ Foto: Antoine Julien dalam Unsplash
Selain Buffet ada banyak orang sukses lain yang enggan memakai ponsel canggih, diantaranya mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama dengan Blackberry jadulnya; Pembisnis Philip Green dengan Nokia jadulnya; Penyanyi sukses Rihanna dengan Motorolla flip hingga aktris Scarlett Johansson yang juga setia dengan ponsel flip-nya
ADVERTISEMENT
Menilik dari keadaan psikologi, Diah Mahmudah, ahli psikologi dari Dandiah Consultant berpendapat bahwa mereka yang masih menggunakan teknologi jadul meskipun memiliki kekayaan melimpah, sudah kenyang dengan semua teknologi dan fasilitas yang dimilikinya. Mereka merasa cukup mencicipi berbagai manfaat yang bisa dilakukan oleh teknologi mutakhir.
"Nah, yang menjadi penyebab mereka memutuskan untuk kembali ke ponsel jadul, tampaknya ada pengalaman dan penghayatan bahwa teknologi semakin canggih tapi ada dampak atau konsekuensi yang harus dibayar. Seperti ketergantungan atau mungkin asyik sendiri di dunia maya sehingga dunia nyata terabaikan," jelas Diah.
Muncul kesadaran dalam diri mereka tentang kebutuhan menggunakan ponsel sesuai dengan fungsi awalnya yaitu telekomunikasi, tidak lebih dari itu. Penggunaan ponsel jadul tersebut juga mempunyai kenyamanan tersendiri bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Pengalaman dalam memakai teknologi canggih juga dirasakan memiliki dampak yang bisa mengakibatkan stress. Ketika mereka sedang dalam puncaknya, ada pengalaman yang tidak menyenangkan hingga akhirnya mereka betul-betul menghayati dan membandingkan keadaan zaman ketika tidak ada teknologi canggih di kehidupan mereka.
Hal ini dialami oleh Scarlett Johansson, dalam satu wawancara, ia mengatakan terkena masalah hacking. Email yang digunakannya diretas oleh orang tidak bertanggung jawab. Hal itu membuat Scarlett memutuskan untuk kembali menggunakan ponsel jadul guna untuk menghindari pengalaman yang sama untuk kedua kali. Menurutnya, ia lebih nyaman menggunakan ponsel lama dibandingkan dengan ponsel canggih.
Dari kasus tersebut, dikatakan Diah, Scarlett merasa sudah cukup untuk dikuasai teknologi sehingga ia mengembalikan fungsi ponsel seperti semula agar lebih nyaman dan terhindar dari kejahatan di dunia maya.
ADVERTISEMENT

Kenyamanan tidak diperoleh dari dunia maya

Ilustrasi kebahagiaan/ Foto: Pricilla Du Preez dalam Unsplash
Penggunaan ponsel jadul menjadi sebuah kenyamanan tersendiri bagi mereka yang menggunakannya. Ada kepuasaan batin yang tidak bisa didapatkan dari teknologi secanggih apapun. Penggunaan ponsel jadul juga dimaksudkan agar tidak terjebak dengan fasilitas yang membuat terlena, sehingga akhirnya teralienasi untuk menjalankan kehidupan yang sifatnya di dunia maya.
Mereka sadar bahwa ada fitrah yang hilang dengan beragam canggihnya teknologi. Terutama dalam kebutuhan berinteraksi secara sosial atau kehangatan keluarga yang hilang karena sibuk dengan teknologi yang dimiliki. Oleh karena itu, sebagian orang memilih untuk kembali menggunakan ponsel sesuai kebutuhannya.
Hal yang kemudian bisa dipelajari dari orang-orang sukses tersebut adalah mereka tahu apa yang disebut dengan plasure atau kesenangan sesaat dan apa yang disebut dengan happiness.
ADVERTISEMENT
"Kalau pleasure itu materi, sedangakan happiness itu lebih dari sekadar keseangan. Happiness merujuk pada ketenangan batin dan kebahagiaan," tutur Diah.
Lalu, mereka juga bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Dengan ponsel jadulnya, mereka menggunakan teknologi sesuai dengan apa yang mereka butuhkan bukan karena keinginan semata***