Konten Media Partner

Masa Lalu Nouman Ali Khan, Ustaz Amerika Serikat yang Dulu Agnostik

13 Mei 2019 9:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nouman Ali Khan. Foto: Bayyinah.com
zoom-in-whitePerbesar
Nouman Ali Khan. Foto: Bayyinah.com
ADVERTISEMENT
Lahir dalam keluarga Muslim, namun tidak serta-merta membuat dirinya menjadi Muslim yang taat menjalankan perintah agamanya. Itulah masa lalu Nouman Ali Khan, ustaz dari Amerika Serikat keturunan Pakistan yang merupakan founder Bayyinah Institute.
ADVERTISEMENT
Mencatut ceramah Youtube-nya, saat masa kecilnya, ia mengaku tidak pernah diajarkan ilmu pengetahuan Islam seperti Bahasa Arab, tajwid dan Alquran dengan serius. Ayahnya yang seorang diplomat, membuat ia dan keluarganya harus berpindah-pindah tempat tinggal dan negara, menjalani sekolah TK di Jerman dengan bahasa Jerman.
Kemudian saat kelas dua hingga delapan, ia melanjutkan sekolah di Arab Saudi. Namun sekolah yang dimasukinya adalah sekolah Pakistan yang berbahasa Urdu. Lalu kembali mengikuti ayahnya yang pindah ke Amerika Serikat dan melanjutkan sekolah SMA di sana, tepatnya di New York, Amerika Serikat.
Pada masa SMA, ia merasa tidak punya alasan untuk menjalani agama Islam dengan serius. Teman-temannya kebanyakan non-Muslim yang tentunya menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga dirinya pun terbawa pergaulan yang jauh dari Islam.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya, pada usia 19 tahun ia mendapatkan hidayah. Suatu hari, dirinya mendapatkan selebaran dari dua mahasiswa untuk menghadiri pertemuan MSA (Muslim Students Asociation). Ia pun berangkat ke pertemuan MSA tersebut dengan bayangan bahwa acaranya akan ramai.
Namun ketika sampai di sana, ternyata hanya ada dua mahasiswa yang membagikan selebaran tadi dan satu kotak pizza. Dirinya pun hampir mengurungkan niat dan ingin beranjak pergi, namun ditahan oleh dua mahasiswa tersebut sambil ditawarkan untuk setidaknya makan pizza bersama.
Ternyata, dari pertemuan sederhana itulah menjadi wasilahnya untuk mencintai Islam terutama kitab sucinya yaitu Alquran. Setelah duduk bersama, ngobrol dan menyantap pizza bersama, ia pun mulai merasa akrab dengan lawan bicaranya. Hingga saat pulang, ia ditawari tumpangan dan akhirnya ikut pada salah satu mobil dari dua mahasiswa tersebut.
ADVERTISEMENT
Di tengah perjalanan, temannya menepikan mobilnya sambil berkata, “Apakah tidak keberatan apabila saya salat terlebih dahulu?”
Namun, temannya tersebut tidak mengajaknya salat, mungkin karena sepanjang perjalanan dirinya terus-menerus mengumpat agama Islam, menggunakan bahasa kotor, dan menyatakan Alquran tidak masuk akal. Dan itu semua hanya dibalas gumaman “oh” dan anggukan oleh temannya saja, tanpa balik mengumpat atau menunjukkan rasa kesal.
Hingga dirinya pun ikut masuk ke dalam masjid, dan berkata dalam hati, “Saya juga harus ikut salat.” Pada waktu itu salat Magrib dan ia baru bergabung pada rakaat yang ketiga. Ketika semua orang salam, dirinya malah ikut salam tanpa menambah jumlah rakaat yang kurang. Ini karena Nouman muda sudah lama tidak salat dan lupa bagaimana cara salat, tapi salatnya yang satu rakaat itu terasa sangat nikmat.
ADVERTISEMENT
Selama sisa perjalanan pulang, dirinya tidak mengatakan apapun lagi. Setelah kembali ke rumah, ia mulai mencari tahu bagaimana cara salat dan mulai mencoba membiasakan kembali untuk salat. Tak berhenti di sana, dirinya bertekad untuk belajar Bahasa Arab dan mendalami Alquran.
Allah Maha membukakan jalan hidayah bagi hambanya, kini dirinya pun dikenal sebagai salah satu muslim paling berpengaruh di dunia saat ini. Ia lah Nouman Ali Khan, seorang da’i yang terkenal dengan dakwahnya melalui sisi linguistik Alquran.
[Penulis: Izzudin | Editor: Tristia]