Konten Media Partner

Tokoh Bangsa yang Memiliki Bakat Connectedness

22 Juni 2019 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Taufiq Ismail. (Foto: Geotimes)
zoom-in-whitePerbesar
Taufiq Ismail. (Foto: Geotimes)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Teko yang diisi dengan air bening tidak akan mengeluarkan kopi saat dituang." Begitupun sosok Taufiq Ismail. Lewat puisinya di atas yang berjudul “Kerendahan Hati”, ia mengajarkan bagaimana kita harus rendah hati melakukan kebaikan, sesuai dengan posisi yang kita jalani masing-masing. Inti dari puisi tersebut adalah tetap bermanfaat dan legowo dengan kondisi apapun yang telah ditetapkan, dan mencoba selalu mengambil hikmah dari tiap kejadian.
Taufiq Ismail adalah salah satu tokoh yang memiliki bakat Connectedness. Lewat puisi-puisinya yang memiliki nuansa spiritual yang amat tinggi sekaligus indah, ia menyampaikan pesan-pesan sarat makna tentang bagaimana manusia seharusnya bersikap di muka bumi.
Prof. Buya Hamka. (Foto: Alif.ID)
Sosok lain yang memiliki bakat ini adalah Prof. Buya Hamka. Dalam salah satu tulisannya, beliau bahkan mengibaratkan bakat yang apabila diejawantahkan ke dalam perbuatan ini, akan menjadi qana'ah. Hamka menerangkan tentang sifat qana’ah di dalam bukunya yang berjudul Tasawuf Modern.
ADVERTISEMENT
Bahwasanya sifat qana’ah itu mengandung lima hal. Di antaranya, pertama, menerima apa yang ada dengan rela. Kedua, memohon kepada Allah agar diberi tambahan yang pantas, dibarengi dengan usaha. Ketiga, menerima ketentuan Allah dengan sabar. Keempat bertawakkal kepada Allah. Dan terakhir tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Baik Taufiq Ismail maupun Buya Hamka mengenali betul potensi yang mereka miliki. Bakat connectedness mereka pun jadi salah satu faktor yang mengarahkan jalan hidup yang mereka pilih.
Kamu yang dinyatakan punya bakat dominan connectedness dalam hasil assessment talents mapping-mu, bisa membaca tentang sejarah hidup mereka berdua. Siapa tahu, kamu juga akan mengikuti jejak mereka, menorehkan tinta emas dalam sejarah bangsa.
[Penulis : Izzudin|Editor : Nadhira]
ADVERTISEMENT