Bukan Iket Sunda, Masjid Al-Safar Terinspirasi oleh Alam

24 Mei 2017 14:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masjid Al-Safar di rest area km 88 (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Masjid Al-Safar punya bentuk yang berbeda dengan bangunan serupa di Indonesia. Rumah ibadah ini punya ujung mengerucut di bagian depan dan belakang. Jika dilihat dari atas menggunakan kamera layang (drone), sekilas tampak mirip dengan peci. Beberapa orang malah menduga bangunan ini terinspirasi iket sunda atau hiasan tradisional kepala yang dipakai laki-laki di Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Namun, hal itu dibantah perancangnya, Team Urbane. Principal in Charge Team Urbane, Reza Nurtjahja menyebutkan bentang alam sekitar masjid yang menjadi inspirasi. Hasil akhirnya, diharapkan akan seperti gunung yang dipahat.
“Kami ada beberapa konsep, yang dipilih konsep karakter lanskap (bentang alam) KM 88, pegunungan, antah berantah. Kami ambil desain Sculpture karena masjid ini di tol yang kendaraan melaju dengan speed tinggi. Jadi harus ada unsur ikonik dan dinamis (untuk menarik perhatian),” kata Reza kepada kumparan (kumparan.com), Senin (23/5).
Masjid Al-Safar di rest area km 88 (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Dari karakter KM 88, Team Urbane melihat bentuk siluet segitiga yang cocok untuk bangunan ini. Bentuk itu membuat bangunan tetap ikonik tanpa terkesan mewah. “Kami mau masjid tetap ikonik tapi juga tidak eksklusif,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan lekukan di dinding masjid, dijelaskan Senior Architect Team Urbane Ade Yudirianto, dibuat karena mereka menggunakan metode folding architecture. Tujuannya, bangunan bisa terlihat menonjol dan mencuri perhatian pengguna tol yang melintas.
Meski demikian, Ade menyebutkan rupa Masjid Al-Safar sebenarnya agak berbeda dengan yang awalnya mereka rancang. Semula dinding luar masjid keseluruhan menggunakan fasade (pelapis) dengan motif dan lubang-lubang berbenntuk segitiga. Bahan fasade sebenarnya juga menggunakan Glassfibered Reinforcement Concrete.
Masjid Al-Safar di rest area km 88 (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Perubahan dari rancangan awal dilakukan karena faktor keterbatasan dana proyek. Menurut Asisten Manajer Pemasaran Jasa Marga Properti Sofi Ratna Furi, pembangunan memang sempat terkendala dana. “Sempat tertunda sampai akhirnya dibangun lagi awal tahun ini,” sebutnya.
Ade mengaku desainnya memang tidak mudah dipahami semua kontraktor. Team Urbane sendiri mendapat tantangan tersendiri saat diberi kepercayaan merancang bangunan yang menghabiskan dana sekitar Rp 10 miliar.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa tantangan selama merancang bangunan tersebut, salah satunya adalah perbedaan ketinggian jalan dan lahan untuk masjid. "Bagaimana bangunan cukup terlihat. Jadi di masterplan masjid dibuat agak ke depan, agar dinamis dan konsep kecepatan tinggi kenderaan. Kami tampilkan sederhana. bukan ornamen detailing. bentuk siluet," kata Ade.