Konten dari Pengguna

Mengapa Budaya Massa Miskin Imajinasi?

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
20 Oktober 2023 9:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Film adalah budaya massa yang mudah ditebak awal dan akhirnya. Foto: https://www.pexels.com/
zoom-in-whitePerbesar
Film adalah budaya massa yang mudah ditebak awal dan akhirnya. Foto: https://www.pexels.com/
ADVERTISEMENT
Theodor Adorno dan Max Horkheimer (1947) menciptakan istilah industri budaya untuk menggambarkan produk dan proses budaya massa. Mereka mengeklaim bahwa komoditas budaya yang diproduksi oleh industri budaya ditandai oleh keseragaman (homogenitas).
ADVERTISEMENT
Film, radio, dan majalah misalnya membentuk suatu sistem yang seragam secara keseluruhan. Semua budaya massa terlihat identik dan miskin imajinasi dan kreativitas.
Dengan kata lain, semua komoditas budaya yang diproduksi oleh industri budaya selalu dapat diprediksi. Misalnya, film bisa diketahui awal, konflik dan akhirnya. Musik pun bisa diterka irama dan nadanya. Hasilnya adalah reproduksi konstan dari hal yang sama sehingga membosankan (Storey, 2003).
Budaya massa menciptakan keseragaman dan kemapanan. Massa dimanipulasi oleh budaya massa. Film dan musik menjadikan massa sebagai korban yang tak berdaya dan melemahkan kekuatan imajinasinya.
Industri musik pop juga sangat potensial menciptakan budaya instant dan miskin imajinasi. Foto: https://www.pexels.com/
Bahkan, industri budaya telah melemahkan kelas pekerja dan hanya membatasi horizonnya pada tujuan politik dan ekonomi yang dapat diwujudkan dalam kerangka masyarakat kapitalis yang menindas dan eksploitatif.
ADVERTISEMENT
Herbert Marcuse (1968) menyatakan dalam One-Dimensional Man bahwa produk yang tak terhindarkan dari industri hiburan dan informasi adalah sikap dan kebiasaan yang telah ditentukan serta reaksi intelektual dan emosional tertentu yang mengikat konsumen dengan produsen secara keseluruhan.
Produk budaya massa memanipulasi massa dan mempromosikan kesadaran palsu. Dengan demikian, muncul pola pemikiran dan perilaku satu dimensi di mana gagasan, aspirasi, dan tujuan yang berdasarkan kontennya melampaui ranah pembicaraan dan tindakan yang mapan.
Tema industri film Hollywood umumnya dapat diprediksi tentang seksualisme, kriminalisme, kekerasan atau mistisisme horror. Foto: https://www.pexels.com/
Industri budaya adalah alat untuk mengikat kesadaran massa. Ini menghambat perkembangan individu yang otonom. Industri budaya bertujuan untuk menghentikan dan mengurung imajinasi budaya dan politik sehingga semakin sulit berpikir di luar struktur kekuasaan yang berlaku.
Industri budaya membuat kita menerima dunia tanpa perubahan, menumpulkan imajinasi dan bahkan meracuni nalar kita. Kita terjebak dalam lingkaran berputar yang mereduksi kemanusiaan dan memperdalam kontrol sosial. Industri budaya juga meredam imajinasi politik.
ADVERTISEMENT
Industri budaya berfungsi untuk mengorganisir waktu luang dengan cara yang sama seperti industrialisasi mengorganisir waktu kerja. Kerja di bawah kapitalisme mampu meredam indera. Sedangkan, industri budaya melanjutkan proses tumpulnya panca indra dan menjanjikan surga (Adorno dan Horkheimer, 1979).
Dwight Macdonald (1957) berpendapat bahwa budaya massa dipaksakan dari atas. Ini dibuat oleh teknisi yang disewa oleh pengusaha, audiensnya adalah konsumen pasif, partisipasi mereka terbatas pada pilihan antara membeli atau tidak.
Konser musik hanya melahirkan kerumunan tanpa tujuan dan harapan akan perubahan. Foto: https://www.pexels.com/
Pemilik budaya massa mengeksploitasi kebutuhan massa untuk mendapatkan keuntungan dan menjaga kepentingan kelas mereka. Munculnya massa di panggung politik telah memperlihatkan kenaifan nalar massa dan degradasi otonomi individu sehingga menciptakan budaya yang buruk (Storey, 2003).
Alhasil, budaya massa menciptakan budaya homogen, instan, miskin imajinasi dan melemahkan perjuangan politik. Artinya, menjauhi budaya massa akan lebih baik dan bisa membawa kepada kejernihan dan kedalaman budaya kata Adorno dan Horkheimer.
ADVERTISEMENT