Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Quicksand, 'Interiors', dan Kerinduan yang Tuntas
14 November 2017 11:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari The Pied Piper tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengapa harus 22 tahun? Entahlah, tetapi memang demikianlah adanya.
Quicksand seharusnya sudah tamat 22 tahun lalu dan mengapa tidak? Jawbreaker berhenti menelurkan album di tahun itu. Setahun berselang, giliran Jawbox yang berhenti. Medio 1990-an itu, entah mengapa, banyak sekali band hebat yang tiba-tiba saja lenyap bak ditelan bumi.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, Jawbreaker dan Jawbox sedikit lebih beruntung ketimbang Quicksand. Kedua band itu, sebelum akhirnya secara tiba-tiba berhenti berkarya, sudah punya empat album penuh dalam resume mereka. Sementara, Quicksand baru sempat merilis dua album penuh, Slip (1993) dan Manic Compression (1995).
Seharusnya, setelah Manic Compression, Quicksand punya kans yang besar untuk menjadi jauh lebih besar. Di album itu, mereka tampil all-out. Di tengah kerancuan akan bagaimana seharusnya post-hardcore dikumandangkan, mereka menjadikan album itu sebagai semacam manual bagi mereka-mereka yang muncul setelahnya.
Formulanya sebetulnya tidak sulit untuk dicerna. Yang membuat post-hardcore menjadi post-hardcore dan bukan hardcore adalah bagaimana unsur-unsur hardcore itu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga terdengar lebih canggih dan berisi. Caranya, entah dengan membalutnya dengan ketukan yang tak lazim atau dengan menambahkan efek-efek suara tertentu yang terdengar eksperimental.
ADVERTISEMENT
Quicksand berhasil melakukan itu. Mereka boleh kalah populer ketimbang, katakanlah, Fugazi, tetapi mereka sebetulnya sama sekali tidak kalah jika kualitas musikal jadi pertimbangan kebesaran sebuah band.
Namun, wabah "menghilang" itu kemudian turut menjangkiti Quicksand. Setelah dibentuk pada 1990 dari puing-puing Gorilla Biscuits, mereka hanya bertahan selama lima tahun, meski kemudian pada 1997 s/d 1999 mereka sempat bereuni sebentar. Selepas itu, pentolan mereka, Walter Schreifels, yang dulunya juga merupakan pentolan Gorilla Biscuits, justru membentuk satu unit post-hardcore (yang kelak juga akan menjadi) legendaris, Rival Schools.
Pada akhirnya, 2017 memang menjadi sebuah tahun yang menyenangkan bagi banyak anasir-anasir 1990-an yang dulu sempat "mati penasaran". Tak cuma Quicksand sebenarnya karena Jawbreaker pun memutuskan untuk bereuni pada tahun ini . Jika Blake Schwarzenbach dkk. menandai comeback mereka dengan perilisan film dokumenter Don't Break Down, Quicksand menandainya dengan album penuh ketiga berjudul Interiors.
ADVERTISEMENT
Album ini dirilis secara resmi pada 10 November 2017 lalu di bawah panji Epitaph Records. Walau begitu, spekulasi mengenai keberadaan album ini sudah mulai merebak sejak empat tahun silam, yakni ketika mereka mengunggah sebuah foto yang menunjukkan aktivitas mereka di studio.
Spekulasi tak berhenti di situ. Ketika Quicksand bereuni pada 1997-1999 itu, mereka sebenarnya dikabarkan tengah menggarap album baru. Namun, pada akhirnya tak pernah ada lanjutan ihwal itu. Soal apakah ada hasil karya era itu yang akhirnya masuk ke Interiors, hanya Tuhan dan Quicksand sendiri yang tahu.
Album ini sendiri mulai diumumkan keberadaannya ke publik pada 21 Agustus. Sehari berselang, Walter Schreifels (vokal), Tom Capone (gitar), Sergio Vega (bass), dan Alan Cage (drum) resmi kembali muncul ke permukaan seiring dengan dilepasnya video klip untuk trek "Illuminant". "Illuminant" sendiri merupakan trek pembuka dari album ini.
ADVERTISEMENT
Trek ini pun langsung memanjakan kuping sekaligus melipur rindu para penggemar dengan killer hook yang mudah sekali nyantol di kuping. Dipadukan dengan gebukan drum yang padat dan bass yang groovy, "Illuminant" memang cocok untuk menjadi pengingat bahwa dulu, 22 tahun silam, pernah ada band hebat yang melakukan hal serupa. Kebetulan, band hebat dari 22 tahun lalu itu adalah mereka sendiri.
"Under the Screw" dan "Warm and Low" kemudian menyusul. Pada dasarnya, tiga trek pertama album ini sama-sama berfungsi sebagai sebuah pengingat akan masa kejayaan Quicksand dulu. "Illuminant" dengan killer hook-nya, "Under the Screw" dengan agresivitasnya, dan "Warm and Low" dengan groove yang benar-benar mencuri perhatian.
Selepas itu, ada semacam jeda. Jeda ini diejawantahkan oleh sebuah trek instrumental bertitel ">". Baru setelahnya, masuklah single kedua dari album ini, "Cosmonauts".
ADVERTISEMENT
Boleh jadi, "Cosmonauts" adalah nomor paling elegan dari album ini. Dengan pengaruh emo, shoegaze, sampai post-rock yang kental, lagu ini menyampaikan pesan-pesan filosofis yang kerapkali terdengar di lagu-lagu keluaran Rival Schools dan sejenisnya.
Pengaruh shoegaze itu semakin terasa saja pada nomor Hyperion. Yang menarik, di sini killer hook besutan Capone dan betotan bas ala Vega yang gahar itu menjadi pengiring yang sempurna untuk sayatan gitar mengawang yang jadi senjata utama lagu ini.
Kemudian, pada nomor-nomor pemungkas, "Fire This Time", "Sick Mind", dan "Normal Love", Quicksand menunjukkan kematangan mereka dalam bermusik. Di situ, mereka tak cuma membawa segala macam pengaruh yang ada, tetapi juga mengeksekusinya dengan profisiensi teknikal yang aduhai.
Pada akhirnya, Interiors adalah sebuah upaya yang sempurna dari Quicksand untuk menunjukkan bahwa mereka memang layak ditempatkan dalam pantheon sub-genre mereka. Tak cuma itu, laiknya Manic Compression, Interiors juga merupakan sebuah pancang untuk berkibar tingginya panji post-hardcore di tengah kepungan musik nirinstrumen yang makin menjadi.
ADVERTISEMENT