Merdeka Digital saat Pandemi

Thoriq Ramadani
Ketua Umum Ikatan Pranata Humas Indonesia (Iprahumas), Pranata Humas Ahli Muda Kementerian ESDM, dan inisiator @yukkejarpahala @esdmwriters
Konten dari Pengguna
16 Agustus 2021 22:04 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Thoriq Ramadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penggunaan gawai. (Sumber: Freepik.com/jannoon028).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggunaan gawai. (Sumber: Freepik.com/jannoon028).
ADVERTISEMENT
Fenomena saat ini yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia adalah kebiasaan “online”. Menurut Albayrak (2020) yang meneliti tentang detoksifikasi dunia digital media sosial di Turki, dampak dari fenomena ini dapat terlihat dari sebagian besar aktivitas yang dilakukan kehilangan efektivitasnya karena kebiasaan online.
ADVERTISEMENT
Riset We are Social & Hootsuite (2021) pada Januari 2021 menunjukkan penggunaan internet di Indonesia sebanyak 202,6 juta orang. Penggunan media sosial sebanyak 170 juta. Angka pengguna media sosial saat ini menunjukkan kesetaraan dengan 61,8% populasi Indonesia.
Gawai digunakan untuk mengakses beberapa aplikasi, seperti chatting, social networking, hiburan, musik, games, shopping, dan peta. Selain itu, aplikasi lainnya adalah perbankan dan layanan keuangan, kesehatan, olahraga, dan nutrisi, serta aplikasi untuk kencan dan pertemanan.
Kebiasaan online yang terus-menerus, akan membawa dampak negatif yaitu kecanduan. Bahkan, Gabriela & Mau (2021) mengungkapkan perkembangan tingkah laku anak dari dunia digital yaitu menjadi lebih mudah marah, malas belajar, dan dapat menirukan tingkah laku karakter di dalam gawai.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya anak-anak, penetrasi dunia digital kepada generas muda juga semakin masif. Astuti & Subandiah (2020) menyatakan dalam sehari rerata milenial di Indonesia bersentuhan dengan dunia digital per hari sampai dengan 5 jam. Sampai ada istilah “gadget freak” bagi mereka yang kecanduan gawai.
Ilustrasi anak bermain. (Sumber: Freepik.com/prostooleh).
Detoksifikasi Dunia Digital
Dunia digital yang banyak digunakan sebagai alat sosialisasi, namun sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Albayrak (2020) menjelaskan para ahli menekankan pengguna media sosial terus berusaha mendokumentasikan alih-alih menikmati momen terbaik dalam hidup.
Detoksifikasi dunia digital sebagai usaha mengurangi hingga menyeleksi penggunaan media digital (Astuti & Subandiah, 2020). Detoksifikasi ini bertujuan agar pengguna hanya mengambil manfaat dari aplikasi yang berbasis internet dengan apa yang benar-benar dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Menurut Faisal (2020) menunjukkan detoksifikasi dunia digital pada generasi muda Indonesia telah ditemukan sejak akhir 2015. Generasi muda Indonesia mengalami kejenuhan dengan konten-konten media sosial walaupun mereka tetap menggunakannya.
Menurutnya, konten yang terdapat di media sosial dianggap bertanggung jawab atas kecenderungan kedangkalan pemikiran yang tergerus oleh adanya mobile games. Detoksifikasi dilihat pada generasi muda yang mulai meninggalkan dunia digital dan mengisi ruang publik.
Senada, Gregg L. Witt seorang pendiri konsultan pemasaran anak muda Motivate yang dituturkan Faisal (2020), menjelaskan di Amerika Serikat kecenderungan detoksifikasi media sosial dapat dilihat dengan maraknya permainan board games. Padahal permainan ini terkenal circa 1980-an.
Eksperimen detoksifikasi yang dilakukan Albayrak (2020) pada mahasiswa di Turki diminta selama satu pekan untuk menutup akun media sosial. Tujuannya untuk memberikan gambaran bahwa hidup tidak hanya tentang dunia digital dan mengingatkan kembali kesadaran diri.
ADVERTISEMENT
Mereka mendapatkan penyegaran dan kesadaran positif setelah detoksifikasi dunia digital. Akan tetapi, indikasi yang dilihat tentang kecanduan ini berkembang dari diri sendiri dan kesadaran yang dicapai dapat hilang karena adanya perasaan penasaran dan kesepian.
Ilustrasi anak school from home. (Sumber: Freepik.com/freepik).
Merdeka Dunia Digital
Selama pandemi COVID-19, hampir semua lini kehidupan diwarnai dengan dunia digital. Pagi sampai malam penggunaan gawai tak lepas dilakukan. Bangun pagi yang dicek pertama kali adalah gawai. Apakah ada komentar di Facebook dan pesan masuk di WhatsApp?
Dilanjutkan dengan mulai Zoom Meeting, menghadiri webinar live di Youtube, sharing informasi dengan live Instagram, dan sampai dengan berbagi cerita di Google Meeting. Semua dapat diakses di gawai, tentunya dengan kecukupan kuota internet.
Tak dapat dipungkiri hal yang dulu (sebelum pandemi) rasanya sangat menantang dilakukan, kini menjadi lumrah dan mafhum dilakukan banyak orang. Bahkan, pelajar Sekolah Dasar pun melakukan hal ini. Setiap hari sekolah, pagi hingga siang.
ADVERTISEMENT
Memerdekakan diri dengan detoksifikasi dunia digital dapat dimulai dari diri sendiri dengan melakukan hal yang sederhana. Seperti pembatasan penggunaan media sosial dan lebih banyak mengisi waktu yang lebih bermanfaat.
Pembatasan penggunaan media sosial dengan menargetkan waktu dalam menggunakannya, misalnya paling lama 3 jam. Maka, kita perlu melakukan protokol dunia digital yang yang ketat untuk membatasi penggunaan gawai untuk media sosial paling lama 3 jam. Tidak lebih.
Lantas bagaimana jika pembatasan ini menantang? Lakukan hal yang memberikan manfaat lebih. Pertama pererat hubungan keluarga. Pandemi ini terdapat pembatasan untuk keluar rumah, dan adanya work from home, serta school from home bisa kita ambil hikmahnya.
Pemberian perhatian dan kasih sayang yang semakin hangat dengan keluarga dan orang tercinta dapat mempererat hubungan keluarga. Dengan melakukan diskusi, canda tawa bersama, memberi support satu sama lain, dan menceritakan pengalaman keluarga yang indah.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, berolahraga. Olahraga yang dapat dilakukan di sekitar rumah adalah jogging, lari, dan bersepeda. Di dalam rumah seperti senam, yoga, dan mengangkat beban. Hal ini dapat dilakukan untuk mendetoksifikasi diri dari dunia digital dan kesehatan pun juga didapat.
Dengan berolahraga juga dapat mencegah penyakit, menjaga tubuh agar tetap ideal, dan menjadi tekanan darah agar tetap stabil. Olahraga juga dapat memberikan kebugaran pada jasmani dan rohani, apalagi saat pandemi seperti saat ini, sangat penting berolahraga secara rutin.
Terakhir, perbanyak beribadah. Dalam masa pandemi COVID-19 ini, perlu kita memperbanyak ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita dapat merenungi diri dengan berefleksi tentang keberadaan dunia digital yang selama ini berada di sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Kita meminta petunjuk untuk dapat merdeka dari dunia digital. Penggunaan media sosial secara seperlunya dan dalam taraf kewajaran. Dijauhi dari dampak negatif penggunaan dunia digital yang berlebihan yaitu, kecanduan dunia digital.
Dengan mempererat hubungan dengan keluarga, berolahraga, dan beribadah dapat mendukung pembatasan penggunaan dunia digital dalam rangka detoksifikasi. Sehingga, penggunaan dunia digital dapat memberikan manfaat yang optimal, bukan sebaliknya.
Thoriq Ramadani, Pranata Humas - PNS di Kementerian ESDM, tinggal di Jakarta Selatan.