Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perempuan Berhak Andil dalam Mengambil Keputusan
6 November 2021 14:58 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari TIAN ROSTIAWATI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perempuan tidak harus selalu manut apa kata laki-laki. Perlu disimak, karena sekarang ini banyaknya pemahaman tidak manut berarti tidak menghormati dan banyaknya dogma bahwa perempuan harus menurut apa kata laki-laki. Saya rasa ini perlu disimak, barangkali anda salah satu perempuan yang selalu skeptis terhadap keputusan sendiri.
ADVERTISEMENT
Perkenalkan saya Tian rostiawati, seorang perempuan yang berumur 22 tahun, saya bekerja di lingkungan yang semuanya didominasi oleh perempuan. Jika saya hitung, saya bertemu perempuan setiap harinya yaitu 1.500 perempuan di satu kecamatan. Dan rasa bangganya adalah perempuan yang saya temui itu adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah di kecamatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Setiap hari saya mendengarkan permasalahan-permasalahan yang dialami para perempuan ini, tentang usahanya yang kian menurun karena adanya dampak dari pandemi COVID-19, tak jarang mereka mencurahkan tentang masalah di dalam keluarga kecilnya bersama sang suami.
Ketika suaminya diberhentikan dari tempat dia bekerja, mereka dengan giatnya mencari peluang-peluang usaha, mencari modal sendiri, bahkan saya menemui perempuan yang rela menjual maskawin untuk sebuah usaha yang akan dia jalankan, dan yang membuat hati saya sakit adalah perlakuan suami atau laki-laki terhadap para Kartini sekaligus seorang ibu.
Perempuan yang saya temui ini tidak mengerti apa itu budaya patriarki. Saya pernah melihat bagaimana suami membentak dan memarahi seorang istri dan ketika saya bertanya, apa penyebabnya, hal yang sepele sekali, hanya ketika istri meminjamkan uang miliknya kepada tetangga sebelah, padahal uang tersebut adalah milik istri, yang dia dapat dari hasil berjualannya sendiri, bahkan suaminya pun masih meminta uang rokok kepada istri, ini membuat saya geram sekali.
ADVERTISEMENT
Saya pernah mendengar pepatah dari orang jawa “Swarga Nunut Neraka Katut” yang artinya ke surga ikut ke neraka pun ikut. Nah, dari konsep ini yang menandakan bahwa seorang perempuan hanyalah pengikut dari pemimpinnya.
Bahkan mengenai kata “wanita” istilah dari bahasa jawa krata basa yang artinya wani dan tata. Wani berani dan tata berarti teratur.
Teruntuk semua perempuan, saya rasa jangan lah selalu Swarga Nunut Neraka Katut, akan tetapi harus jadi wani tata dalam kehidupan, dalam mengambil keputusan yang bijak agar kehidupan pun bisa lebih teratur, jika pasanganmu salah dan kau sadar akan hal itu, beranilah mengambil keputusan dan beranilah menasihatinya dengan cinta yang dimiliki seorang perempuan.
Berikut foto saya bersama perempuan-perempuan hebat di Kecamatan Kronjo.