Konten dari Pengguna

India, Oh, India

Tiara Hasna R
Journalist and Bachelor of Engineering ITB
9 Desember 2019 19:53 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Hasna R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Taj Mahal, India (2000).
zoom-in-whitePerbesar
Taj Mahal, India (2000).
Selamat datang di India, tahun 2000.
ADVERTISEMENT
India? India nehi nehi aca aca itu? India yang punya Taj Mahal? India yang terkenal dengan Shah Rukh Kahn itu?
Yup, kadang aku pun enggak percaya pernah tinggal di negeri penuh drama selain Indonesia.
Apa??? Tinggal?!
Iya, tinggal. Aku, bersama ayah dan ibu, tinggal di India selama satu tahun, tepatnya di Roorkee. Saat itu aku berumur tiga, kami menetap karena ayahku melanjutkan studi S2 di sana. Kalau boleh jujur, enggak banyak yang bisa aku ingat, maklum, sudah tertimbun rumus, film, lagu, berita tadi malam, ditambah asam manisnya kehidupan. Tapi rilek aje, foto album di rumahku akan jadi penyelamat cerita penuh drama kali ini.
Sama seperti Kak Ela yang bilang di laman Google pasti adanya berita-berita negatif soal Cibarusah, aku cukup yakin kamu juga berpikiran sama tentang India. Mungkin yang tebersit: Bau, jorok, kotor, kriminal, sampai kesal karena dramanya yang lari-lari kehujanan dan joget melulu.
"HEY JANGAN NGATA-NGATAIN INDIA, NANTI AKU TIMPUK, LHO!" ujar temanku yang mengacungkan lobak, Rizki namanya. Jamal si tukang sayur (kiri).
Ternyata negeri ini enggak seburuk itu. Malahan sebelas dua belas dengan Indonesia. Ada tukang sayur keliling; abangnya ramah, suka gosip sama ibu-ibu, dan doyan bercanda. Persis seperti di kompleksku saat ini.
ADVERTISEMENT
Orang-orang di sana --termasuk Jamal si tukang sayur-- pun cukup fasih berbahasa inggris. Jadi aku enggak perlu belajar kuch kuch hota hai untuk bisa ngobrol dengan mereka. Coba lihat foto di atas, mukaku tampak betah dan berseri-seri, kan?
Ibu (kiri), aku (ya kanan, dong).
Bukan cuma Jakarta yang terkenal dengan gaduh klakson di lampu merah, kota-kota di India juga tak mau kalah. Daripada stres, kami memutuskan untuk bersepeda ke mana-mana. Seingatku, dulu di Roorkee belum terlalu ramai, tidak seperti Mumbay. Mungkin karena kota ini cenderung mirip Yogyakarta, kota pelajar.
Pengalaman hidup bersepeda saat itu menyisakan kenangan yang cukup menyedihkan. Drama pertama, aku pernah kehilangan sandal kesayangan saat ketiduran di perjalanan. Sandalnya jatuh di jalan, tapi baru sadar usai sampai rumah. Jangan ditanya, deh, nangis apa enggak. Ckck, memang enggak boleh terlalu sayang sama sesuatu (atau seseorang), berabe kalau sudah hilang.
Indian Institute of Technology Roorkee. Foto: iitr.ac.in
Ayahku sekolah di Indian Institute of Technology Roorkee. Kami sering bermain ke kampusnya saat akhir pekan. Bagus sekali, bunga-bunga di tamannya beragam, warnanya indah, wangi pula. Tapi, lagi-lagi aku menciptakan drama di taman kampus ini. Kalau dulu sudah ada kumparan dan akun Berita Heboh, bisa-bisa kisahku dibuat konten dengan judul: Viral Bocah asal Indonesia Dimarahi karena Cabut Bunga di Taman Kampus India.
ADVERTISEMENT
Begitulah, aku yang pecicilan sejak kecil ini dengan polosnya mencabut bunga-bunga --iya, lebih dari satu-- yang ada di taman kampus tersebut. Monmaap, Tiara, kamu kira ini Taman Ayodya yang bisa kamu petik bunga dan dedaunan di pohonnya itu? Halo???
Ya, namanya juga anak kecil, mana paham kalau enggak boleh lari-lari berisik dan petik bunga? Penjaga taman di sana pun akhirnya memarahiku karena tertangkap dengan sengaja melakukan pelanggaran. Lagi-lagi aku mengeluarkan senjata andalan: Menangis. Dan... Beginilah penampakannya sesaat setelah dimarahi si kakek tukang kebun.
Tetap mau diajak foto dengan senyum sok kuat. Sama kaya cewek-cewek yang pundung tapi jawabnya "enggak, aku enggak apa-apa".
Mari kita pindah ke episode berikutnya. Kali ini menyoal Holi atau Festival Warna --festival awal musim semi yang dirayakan di India, Nepal, dan negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu.
ADVERTISEMENT
Begini, dari lubuk hati yang cukup dalam, meskipun aku senang tinggal di India, tapi aku harus jujur akan satu hal: Aku tetap takut dengan orang India, terutama orang-orang yang tidak aku kenal.
Festival Holi. Coba perhatikan orang di belakang ibuku. ASTAGA semangat banget, mba, itu bubuk apa bedak?
Alhasil, Holi ini berubah menjadi holly sh*t karena aku benar-benar enggak nyaman merayakannya. Mereka --orang-orang India yang padahal adalah rekan ayah dan ibuku-- mencoret-coret, melempari bubuk, dan menyiram air berwarna-warni ke arah mukaku.
HIKS, CUKUUUUP.......
Saat itu mungkin aku pikir bubuk-bubuknya sama dengan gas air mata. Ngeri, kan, kalau kena? Padahal biasa saja. Maaf, aku (waktu kecil) memang (selalu) drama.
Oh ya, aku juga sempat jadi anak TK di sana. Beda dengan Indonesia, TK di India langsung belajar baca. Bahasa Inggris pula. Bosan, tidak menyenangkan, aku maunya main serodotan dan ayunan!! Tapi akhirnya lulus, kok. Alhamdulillah, walaupun sambat terus, hehehe.
Kelulusan TK, dapat bingkisan dari Duta Besar India saat itu.
India juga jadi saksi bisu pertama kali aku memegang salju. Yup, di sana ada salju, tapi bukan di Roorkee. Harus menempuh lebih dari 4 jam untuk sampai ke tempat bersalju. Jangan tanya apa nama tempatnya, aku tidak ingat.... Mungkin Kashmir?
ADVERTISEMENT
Apa pun itu, salju tetaplah salju. Rasanya tetap dingin dingin sedap gimanaaa gitu. Seru!
Entah pakai baju apa aku di sana (kiri). Muka kedinginan (kanan).
Pertanyaan yang paling sering terlontar saat aku cerita soal tinggal di India adalah: Kamu bisa nari India, dong?
Jawabannya......
Bisa, dong! Waktu itu, ya, sekarang mah sudah enggak ingat.
Kuch Kuch Hota Hai kebetulan rilis tahun 1998, selanjutnya ada Koi Mil Gaya yang tayang tahun 2003. Otomatis saat aku di sana, tarian India lagi super booming. Pakai sari --baju khas India-- bindi untuk jidat, dan gelang-gelang berisik, aku pun ikut jadi anak mainstream pada masanya.
Sedikit tentang mafav mifav (makanan favorit minuman favorit) di India. Minuman paling enak dan selalu kuingat adalah Chai Tea. Rasanya kaya akan rempah, nikmat diminum hangat-hangat. Kalau soal makanan, kari juaranya. Biasanya disajikan dengan Chapati atau ayam khas India.
Chai Tea yang legendariiiiissss. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Walaupun banyak hal negatif tentang India, hilang sendal, dimarahi tukang kebun, dan kena drama-drama lainnya, tapi pengalaman tinggal di negeri Shah Rukh Khan juga banyak asyiknya.
Bagiku, tahun 2000 adalah sebagian dari sepenggal masa lalu yang sedikit pilu, namun akan selalu terbalut rindu.