Konten dari Pengguna

Belajar Sejarah Di Situs Purbakala Cipari

TigaJam DariJakarta
IG: tigajamdarijakarta
7 Juli 2018 10:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari TigaJam DariJakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Belajar Sejarah Di Situs Purbakala Cipari
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bangunan cagar budaya merupakan aset bangsa yang begitu penting artinya bagi pengembangan sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Hal tersebut membuat sebuah bangunan cagar budaya sangatlah perlu untuk dilindungi dan dilestarikan, demi memupuk kesadaran akan jati diri suatu bangsa.
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai bangsa yang besar, pastinya memiliki banyak sekali cagar budaya yang sudah sepatutnya untuk dilindungi dan dilestarikan. Nah, salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Tanah Air adalah Situs Museum Taman Purbakala Cipari yang terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Berada pada ketinggian 661 mdpl dengan luas 7.000 meter persegi, Situs Cipari merupakan situs peninggalan zaman megalitik. Situs ini diduga sebagai sebuah situs desa permukiman purbakala dengan karakateristik peninggalan bangunan megalitik, seperti kubur batu dan menhir.
Pada awalnya, Situs Cipari ini merupakan tanah milik seorang warga bernama Wijaya. Pada tahun 1971, lahan yang terletak di kaki Gunung Ciremai, tepatnya di Kelurahan Cipari, Kecamatan Cigugur. Secara tidak sengaja ditemukan sejenis batuan yang menyerupai batu yang dipamerkan di Paseban Tri Panca Tunggal, sebuah tempat cagar budaya di Kuningan.
ADVERTISEMENT
Penemuan tersebut langsung dilaporkan pada Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta, yang kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penggalian dan penelitian. Nah, dalam penggalian tersebut, berhasil menemukan peti kubur batu, kapak, batu, gelang, dan gerabah kuno. Baru pada tahun 1972 dilakukan penggalian kembali dengan tujuan penyelamatan benda-benda serta tata letak Situs Cipari.
Pada tahun 1976, barulah dibangun sebuah museum yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda hasil temuan di Situs Cipari. Baru pada tanggal 23 Februari 1978, museum diresmikan berdiri oleh Prof. Dr. Syarif Thayeb, selaku Menteri Pendidikan pada saat itu.
Jadi, di Situs Cipari ini kita bisa mempelajari sejarah kehidupan nenek moyang kita Guys. Bila mengacu pada analisis litologi, stragtigrafi, dan kelompok benda temuan. Situs Cipari pernah mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neolitik dan Megalitikum. Hal ini dapat dilihat dari hasil temuan yang menggambarkan masyarakat pada jaman tersebut, di mana telah mengenal perunggu serta memiliki keahlian bercocok tanam dan berorganisasi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Selain itu Guys, batu-batu besar yang berfungsi sebagai media komunikasi dengan arwah nenek moyang menjadi landasan mengapa Situs Cipari dianggap sebagai peninggalan zaman megalitikum. Situs Cipari sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu museum dan monumen di bagian luar. Di bagian luar terdapat dua kuburan batu yang berbentuk trapesium.
Pada saat ditemukan, kuburan batu hanya meninggalkan gelang batu dan gerabah, tidak ditemukan kerangka manusia di dalamnya. Hal ini dikarenakan tanahnya yang gembur dan memiliki tingkat keasaman yang tinggi, sehingga tidak bisa untuk mengawetkan organik manusia terutama tulang.
Di Situs Cipari juga terdapat altar batu, dolmen, batu gelang, menhir, dan dakon. Di mana semua monumen ini dahulunya berfungsi sebagai tempat untuk melakukan ritual, pemujaan, dan berkomunikasi dengan arwah nenek moyang.
ADVERTISEMENT
Sementara pada bagian dalam museum, terdapat benda-benda hasil temuan yang terpajang dengan rapi. Kapak batu, gelang batu, kapak perunggu, dan gerabah masih terawat dengan baik. Dahulunya benda-benda tersebut merupakan perkembangan teknologi yang sudah maju dari nenek moyang kita di nusantara pada zamannya.