Konten dari Pengguna

Kosmos yang Saling Terhubung

Timothee Kencono Malye
Hakim Pengadilan Negeri Teluk Kuantan
18 Juli 2024 12:44 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Timothee Kencono Malye tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Semesta, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Semesta, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di berbagai budaya dan zaman, dari mitologi Yunani hingga tradisi animisme, terdapat pemahaman mendalam tentang keterkaitan semua hal yang merajut kain eksistensi seperti benang dalam sebuah permadani yang rumit. Keyakinan kuno ini, kaya dengan dewa, roh, dan kekuatan elemental, mencerminkan pandangan dunia di mana yang ilahi dan alam adalah satu kesatuan, mencerminkan kebenaran universal yang ditemukan dalam tradisi animisme dan mitologi di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Kesatuan Primordial: Chaos dan Kain Kosmis
Dalam banyak sistem mitologi, asal usul alam semesta digambarkan sebagai kekosongan primordial atau potensi tak berbentuk dari mana segala sesuatu muncul. Dalam mitologi Yunani, ini diwakili oleh Chaos, sebuah keadaan ketidakteraturan dan kemungkinan tak terbatas. Demikian pula, tradisi animisme sering menggambarkan esensi primitif yang tak berbentuk yang melahirkan kosmos dan segala elemennya. Konsep asal usul yang kacau bersama ini menunjukkan bahwa semua hal pada dasarnya saling terkait, muncul dari kain kosmis yang sama.
Ilmu pengetahuan modern menawarkan paralel dalam konsep keterikatan kuantum, di mana partikel, sekali terhubung, tetap saling terkait terlepas dari jarak, mempengaruhi satu sama lain secara instan. Fenomena kuantum ini mencerminkan keyakinan kuno akan ikatan tak terlihat yang menghubungkan semua makhluk dan elemen kosmos, menunjukkan alam semesta di mana segala sesuatu terhubung secara dinamis dan misterius.
ADVERTISEMENT
Keilahian Matahari: Dewa Matahari yang Universal
Ilustrasi jalan menuju Kuil Shinto (dimana mitologi tentang Amaterasu berasal), sumber: Pexels.
Pusat dari banyak tradisi mitologi adalah sosok dewa atau dewi matahari, entitas surgawi yang penting bagi keberadaan dan kelangsungan hidup di Bumi. Dalam mitologi Yunani, Helios mengendarai keretanya melintasi langit setiap hari, membawa cahaya dan kehidupan. Demikian pula, dalam kepercayaan Shinto (salah satu kepercayaan animisme yang terdokumentasi dengan cukup baik), Amaterasu bersinar sebagai Dewi Matahari, sementara dalam kepercayaan Mesir kuno, Ra berlayar melintasi langit, menerangi dunia. Para dewa matahari ini bukan hanya figur mitologis; mereka mewakili matahari fisik, kekuatan vital yang energinya menyinari tanaman, mengatur iklim, dan mendukung siklus alam.
Secara fisika, peran matahari sangat penting: ia mendorong fotosintesis, mempengaruhi pola cuaca, dan mendukung keseimbangan ekosistem yang rapuh. Dengan demikian, penghormatan terhadap dewa matahari di berbagai budaya menangkap pengakuan mendalam akan signifikansi matahari yang nyata dan spiritual.
ADVERTISEMENT
Matahari, sebagai entitas ilahi, dilihat memiliki hubungan langsung, hampir pribadi, dengan umat manusia. Ia adalah sumber cahaya dan kehidupan, menyuburkan pertumbuhan dan menopang dunia dengan kehangatan dan energinya. Perspektif ini bergema di banyak budaya, di mana matahari sering disembah sebagai dewa atau dihormati sebagai kekuatan pemberi kehidupan yang kuat.
Melampaui Matahari: Alam Semesta Secara Keseluruhan
Ilustrasi Zeus, sumber: Pexels.
Sementara matahari menempati peran sentral dalam mitologi ini, ia hanyalah satu aspek dari permadani kosmik yang lebih besar. Dalam mitologi Yunani dan berbagai kepercayaan animisme, alam semesta dipenuhi dengan banyak dewa dan roh, masing-masing mengatur aspek-aspek berbeda dari eksistensi. Banyaknya entitas ilahi ini mencerminkan pandangan holistik tentang kosmos, di mana matahari adalah salah satu dari banyak manifestasi, masing-masing berkontribusi pada harmoni keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks kosmik yang lebih luas ini, konsep Zeus, Makhluk Tertinggi, atau Roh Agung mewakili keseluruhan eksistensi—kesalingterkaitan semua hal. Sosok ini sering melambangkan prinsip maskulin alam semesta, mencakup segala sesuatu, sementara dewa matahari mewujudkan prinsip feminin, menyuburkan dan memberi kehidupan. Dualitas ini mencerminkan yin dan yang dalam filsafat Tiongkok, di mana kekuatan-kekuatan pelengkap menciptakan keseimbangan dinamis di alam semesta.
Matahari, dengan energi cahayanya yang menyuburkan dan kehangatan yang menyenangkan, dapat dilihat sebagai "tim manusia," mewakili kekuatan-kekuatan pemberi kehidupan yang langsung mendukung dunia dan keberadaan kita. Sebaliknya, roh universal atau makhluk primordial melambangkan "tim alam semesta," mewujudkan jalinan tak terbatas dan saling terkait yang melampaui elemen-elemen individu. Dualitas ini menangkap esensi bagaimana kepercayaan animisme memandang alam semesta: sebagai tarian kekuatan-kekuatan yang saling terhubung, di mana fenomena fisika yang terlihat dan yang mungkin terkait dengan keterikatan kuantum, individu dan yang universal, hidup berdampingan dalam keseimbangan harmonis.
ADVERTISEMENT
Gairah dan Para Dewa: Menghidupi Kehidupan Sepenuhnya
Untuk menikmati hidup sepenuhnya, penting untuk mengembangkan "gairah" (“passion”) Dalam mitologi, gairah diwakili oleh berbagai dewa dan roh yang menginspirasi dan memicu keinginan, kreativitas, dan semangat hidup kita. Ketika Anda sedang "in the zone" — keadaan aliran di mana waktu seakan menghilang, dan Anda sepenuhnya terlibat dalam apa yang Anda cintai — para dewa atau roh gairah hadir. Apakah itu Eros dalam mitologi Yunani, dewa cinta; Dionysus, dewa anggur dan kenikmatan; atau roh inspirasi dalam tradisi animism — figur ilahi ini mewujudkan gairah yang mendorong kita untuk hidup dengan penuh warna dan kegembiraan.
Menavigasi Nihilisme: Chaos dan Tradisi
Namun, jika Anda menemukan diri Anda dalam keadaan nihilisme total, menganggap dunia sebagai film di mana segala sesuatu tampak terpisah dan tidak bermakna, Anda secara metaforis beresonansi dengan Chaos: kekosongan primordial dan awal dari segalanya. Perspektif ini dapat membuat hidup terasa tidak nyata, seolah-olah Anda hanya mengamati, bukannya berpartisipasi dalam kain alam semesta. Sementara keadaan ini menawarkan pandangan mendalam tentang struktur dasar eksistensi, penting untuk tetap memperhatikan hukum dan tradisi untuk menghindari jatuh ke dalam kekacauan. Chaos, meskipun sumber potensi dan penciptaan, juga dapat menyebabkan ketidakteraturan jika tidak diimbangi dengan norma dan nilai-nilai sosial.
ADVERTISEMENT
Hidup dalam keadaan yang didominasi oleh Chaos tidak kondusif untuk kehidupan yang memuaskan. Ini dapat menghilangkan kegembiraan dan gairah yang membuat keberadaan kaya dan bermakna. Lebih jauh lagi, keadaan yang terlepas ini dapat berbahaya, karena didominasi oleh Chaos bisa mendorong seseorang menuju menjadi seorang psikopat (istilah ilmu sosial untuk orang yang mengabaikan norma sosial dan tidak memiliki empati). Untuk mencegah jatuh ke dalam keadaan seperti itu, penting untuk menyalakan kembali gairah Anda dan tetap berpegang pada hukum dan tradisi. Terlibatlah dengan apa yang menggetarkan dan memotivasi Anda, dan biarkan para dewa atau roh gairah membimbing Anda kembali ke kehidupan yang penuh warna dan terlibat. Menghidupi gairah memungkinkan Anda untuk terhubung secara mendalam dengan dunia, mengubah keberadaan dari film yang terlepas menjadi pengalaman hidup yang nyata.
ADVERTISEMENT
Kekuatan yang Saling Terhubung: Tarian Kosmik
Dengan demikian, perspektif mitologi dan kepercayaan animisme, yang mungkin dijelaskan oleh konsep keterikatan kuantum, menawarkan narasi mendalam tentang keterkaitan. Matahari, sebagai manifestasi fisik dari keilahian, menyuburkan dan menopang kehidupan, sementara alam semesta yang lebih luas, yang diwakili oleh makhluk tertinggi atau primordial, mewujudkan keterkaitan segala sesuatu yang tak terbatas. Tarian kosmik kekuatan-kekuatan yang saling terhubung ini mencerminkan alam semesta di mana setiap elemen, dari partikel terkecil hingga benda langit terbesar, saling terkait dalam jalinan kehidupan dan roh, keseimbangan harmonis dari prinsip feminin dan maskulin yang bersama-sama menciptakan permadani eksistensi yang menakjubkan.
Kain Alam Semesta: Mengalami Chaos
Ketika seseorang merasakan "kain alam semesta," mereka menyentuh tingkat kesadaran primordial, mirip dengan melihat Chaos, makhluk primordial dan awal dari segalanya. Sensasi ini dapat membuat dunia nyata terasa seperti film—realitas yang dibangun dalam permadani yang luas dan saling terkait. Pengalaman Chaos ini mencerminkan struktur dasar kosmos, di mana batas antara fisik dan metafisik kabur, mengungkapkan sifat keterikatan eksistensi yang lebih dalam.
ADVERTISEMENT
Dalam momen-momen ini, individu dapat merasakan keterkaitan yang luar biasa dari semua hal, seolah-olah benang-benang rumit alam semesta terbentang di depan mereka. Pandangan sekilas ke dalam Chaos ini adalah pengingat akan kesatuan primordial dari mana segala sesuatu berasal, tarian abadi penciptaan dan kehancuran yang mendasari kosmos. Dengan mengenali dan merangkul keterkaitan mendalam ini, serta menemukan dan menyuburkan gairah, kita menyelaraskan diri dengan kebijaksanaan kuno tradisi mitologi dan animisme, merayakan permainan kekuatan yang kekal yang membentuk dunia kita dan pemahaman kita tentang alam semesta. Melalui keseimbangan gairah dan kesadaran ini, kita dapat benar-benar hidup dengan kaya dan bermakna, sepenuhnya berpartisipasi dalam permadani kehidupan yang hidup.