China Sepakati Perjanjian Kerja Sama dengan Israel

21 Maret 2017 3:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Penandatanganan kerjasama antara Israel dan China (Foto: Jason Lee/Reuters)
Business as usual. Begitulah kira-kira yang menjadi pedoman China dalam memperlakukan negara mitra politiknya. Hanya dua hari usai menerima kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, China gantian menerima kunjungan kenegaraan dari PM Israel Benjamin Netanyahu.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungannya selama tiga hari di Beijing, Netanyahu disambut oleh Perdana Menteri China, Li Keqiang, Senin (20/3). Kunjungan kenegaraan ini merupakan salah satu langkah Israel dalam usaha memperbesar pengaruh dan keterlibatannya di Asia.
“Israel tengah membangun poros ke Asia dengan langkah-langkah yang memiliki agenda jelas,” ucap Netanyahu dalam kunjungannya ke Singapura bulan lalu (20/2).
China adalah negara Asia ketiga yang dikunjungi Netanyahu dalam satu bulan terakhir. Sebelumnya, ia mengunjungi Australia bersamaan dengan kunjungannya ke Singapura.
Saat di Singapura, Netanyahu mengedepankan pembicaraan soal keberagaman yang berhasil dipelihara oleh negara kota tersebut. Sementara dalam kunjungannya ke China, ia terfokus dalam pembicaraan soal penguatan bisnis kedua negara.
Tak main-main, dalam kunjungannya ke Beijing Netanyahu membawa serta lima menteri dan 100 eksekutif bisnis di bidang teknologi. Jumlah rombongan tersebut adalah yang terbesar dalam sejarah kunjungan luar negeri Israel. Salah satu inti pembicaraan adalah penguatan kerjasama teknologi dan pembahasan mengenai kesepakatan perdagangan bebas.
Benjamin Netanyahu dalam kunjungannya ke China (Foto: Jason Lee/Reuters)
Meski negara-negara Uni Eropa masih menjadi rekanan bisnis paling besar Israel, negara-negara Asia mulai berkembang menjadi partner bisnis yang menjanjikan. Jarak nilai perdagangan bilateral antara Israel-Eropa dan Israel-Asia pun terus menipis.
ADVERTISEMENT
Senada dengan tren di atas, tahun 2016 menjadi tahun yang baik bagi Israel. Ekspor Israel ke China meningkat tiga kali lipat menjadi 3,3 miliar dolar AS. Angka ini didominasi dengan barang-barang teknologi di bidang agrikultur.
Statistik lain juga memperlihatkan besarnya keterlibatan China dalam ekonomi Israel. Dikutip dari Reuters, dalam setiap investasi yang masuk ke Israel pada 2015, separuhnya bersumber dari investor China. Kunjungan Israel ke China kali ini bertujuan untuk mempertahankan catatan tersebut.
Sementara itu, Matan Vilnai, bekas Dubes Israel untuk China, mengatakan bahwa kepentingan China terhadap Israel hanya murni masalah teknologi. Para pemimpin China disebutnya ingin mempelajari budaya inovasi teknologi yang selama ini lekat dengan citra Israel.
ADVERTISEMENT
“Sederhana sekali: teknologi, teknologi, dan teknologi,” ungkapnya seperti dilansir Reuters.
Sementara itu, Israel juga menerima banyak bantuan China terkait pembangunan infrastruktur di dalam negerinya. Proyek transportasi metro di Tel Aviv dan pelabuhan Mediterania baru di Haifa merupakan dua proyek ekonomi terbaru China di Israel. Proyek tersebut nantinya akan mendatangkan 6.000 pekerja China ke negara yang menjadi musuh bersama negara-negara Islam dunia tersebut. Angka itu pun diproyeksi akan naik menjadi 20.000 dalam beberapa waktu ke depan.
Benjamin Netanyahu dan Li Keqiang (Foto: Jason Lee/Reuters)
Bukan Pertemuan Politik
Bertolak belakang dengan anggapan umum, Netanyahu menampik kunjungannya ke Beijing punya maksud politis di belakangnya. Ilan Maor, salah satu penasihat bisnis pada konsulat Israel di Shanghai menyatakan bahwa kunjungan ini terbatas membicarakan masalah ekonomi.
ADVERTISEMENT
“Yang bisa Netanyahu perbaiki dalam hubungan kedua negara adalah meningkatkan arus perdagangan kedua negara dan mendorong adanya perdagangan bebas. Israel juga harus menyatakan bahwa yang diinginkan adalah investasi China,” jelas Maor. Kedua negara memang tengah menegosiasikan kesepakatan perdagangan bebas.
Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa kedekatan kedua negara juga berimbas pada menguatnya dukungan politik untuk masing-masing negara. Ini dibuktikan dengan China yang semakin aktif berkomentar terhadap isu-isu Timur Tengah. Jinping, misalnya saja, turut berkomentar dalam kesepakatan damai Israel dan Palestina di tahun 2014. Ia juga turut buka suara dalam permasalahan Sunni-Syiah antara Saudi dan Iran.
Netanyahu sendiri bersikap diplomatis dalam kunjungannya kali ini. Beda dengan saat kunjungannya di Australia di mana ia ikut menyindir negara-negara lain yang “menyudutkan Israel” di masalah Palestina, Netanyahu hanya berbicara soal kerjasama teknologi dua negara.
ADVERTISEMENT
Meski berbeda soal kekuatan fisik dan sumber daya, Netanyahu menyebut bahwa kedua negara bisa bekerjasama dengan lebih baik lagi. Sementara Israel terus berinovasi, China dapat berkonsentrasi dalam hal pemasaran massal dan komersialisasi. Baginya, China dan Israel adalah tandem yang luar biasa cocok.
“Melihat basis infrastruktur suatu negara --bandar udara, pemusatan limbah, pengairan--, ketika Anda telah membereskan hal itu, Anda hanya akan terus bergerak baik dan naik. Anda akan terus memperbaiki produk dan pelayanan Anda dengan bantuan inovasi teknologi,” ucap Netanyahu ke puluhan pemimpin bisnis di Beijing (20/3).
“Israel adalah tandem kecil yang sempurna untuk usaha China tersebut,” ucapnya meyakinkan calon investor negaranya.