Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu terakhir, AyoPoligami.com menjadi buah bibir masyarakat Indonesia. Situs tersebut --yang disertai sebuah aplikasi dengan nama yang sama-- telah diunduh lebih dari 10 ribu kali di Play Store.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, aplikasi tersebut memungkinkan para penggunanya untuk mengobrol di ruang privat bersama lawan jenis dan menjajaki kemungkinan untuk menikah. Lebih jauh, aplikasi itu tak hanya mengincar mereka yang belum punya pasangan, namun juga para lelaki yang sudah beristri.
Dus, mengutip deksripsi resmi AyoPoligami.com di Play Store, aplikasi tersebut berusaha menjadi platform untuk “mempertemukan pengguna prianya dengan wanita yang bersedia membuat ‘keluarga besar’ dari satu suami”. Tentunya, “keluarga besar dari satu suami” ini berarti satu orang pria dan beberapa orang wanita dalam satu keluarga.
Meski juga menyasar mereka yang belum punya pasangan, AyoPoligami.com menuai polemik tersendiri. Nama aplikasi tersebut dinilai mendorong para laki-laki untuk memiliki istri lebih dari satu, padahal gagasan poligami sendiri masih menjadi isu polemis yang punya pendukung dan pencibir sama kuat.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah reportase dari pemilik akun Twitter @adeirra, yang mengaku telah mencoba aplikasi tersebut. Ia mendaftar dengan menyamar sebagai seorang perempuan islami yang sudah siap untuk dipoligami.
Hasilnya mengejutkan: alih-alih mendapat laki-laki yang siap menerimanya karena Allah dan mereka yang berniat baik mencari jodoh, @adeirra justru lebih kerap bertemu dengan pengguna-pengguna mesum.
Masalah itulah --ditambah kualitas apps-nya sendiri yang kerap mengalami lagging (aplikasi macet, tak bergerak) dan punya user interface yang kurang indah-- yang membuat owner sekaligus founder AyoPoligami.com memutuskan untuk menghentikan sementara aplikasi dan website itu.
Ia adalah Lindu Cipta Pranayama, laki-laki berusia 34 tahun lulusan STIE STMIK Jayakarta jurusan Teknik Informasi. Lindu menjelaskan secara rinci alasan mengapa ia menutup sementara aplikasi dan website buatannya yang baru berusia tak lebih dari 6 bulan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Itu di-upgrade. Jadi kemarin masalahnya itu semua orang bisa login, kayak Facebook. Kan kami awal bangun (AyoPoligami.com) kayak media sosial, karena kami positive thinking aja,” ucap Lindu Cipta Pranayama kepada kumparan melalui sambungan telepon, Senin (11/9).
Lindu kebetulan tengah menikmati bulan madu di Pekanbaru, tak berada di Jakarta seperti biasanya.
Lindu menjelaskan, model pembuatan aplikasi AyoPoligami.com sebelumnya terlalu mudah disalahgunakan oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
Positive thinking yang menurutnya menjadi acuan dia mendirikan AyoPoligami.com, ternyata dimanfaatkan secara negatif oleh akun-akun palsu yang mengincar syahwat semata. Lindu juga sadar ada konten pornografi dan percakapan yang menjurus ke pelecehan seksual.
“Sebenernya nggak ditutup, tapi di-upgrade aja. Kan kemarin siapa aja bisa register, terus ada yang nggak bertanggung jawab, yang main-mainin aplikasi,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Konten-konten porno tersebut membuat Lindu mengevaluasi aplikasinya. Ia juga berkonsultasi dengan ustaznya, yang kemudian menyarankan agar Lindu membenahi aplikasi itu.
“Kata ustaz saya, ‘Kalau kamu buat kayak ayopoligami.com, semua orang bisa chat dan upload foto-foto porno, yang nggak senonoh. Itu kamu juga yang dosa. Kamu udah ngasih fasilitas,’” ujarnya menirukan ucapan sang ustaz.
Hal itu jelas menyimpang dari keinginan Lindu untuk membangun “Situs Jodoh yang Terpercaya”. Lindu berkata, “Secara hukum negara, saya tidak bersalah. Tapi secara agama, saya kena dosanya karena membiarkan kejadian kayak gini.”
Dan itulah pemicu aplikasi AyoPoligami.com ditutup sejak Selasa pekan lalu (5/9).
Rencananya, sebulan ke depan, Lindu dan timnya akan membenahi segala permasalahan AyoPoligami.com, terutama problem fungsionalitas dan registrasi pengguna aplikasi baru. Nantinya, meski registrasi tetap menggunakan email, akan ada kelengkapan identitas lain agar tak ada lagi akun palsu.
ADVERTISEMENT
“Nanti kami pakai email juga. Tapi selain itu, pakai KTP sesuai nama dan lain-lain. Nanti ada moderatornya juga. Setiap foto yang di-upload, itu ada moderator,” jelas Lindu. Moderator ini, menurutnya, akan mengecek satu per satu kelengkapan yang disampaikan para user.
“Jadi nggak bisa kayak dulu, langsung ngobrol. Nanti kalau ada sexual harassment, kan ada Undang-Undang ITE, bisa kami tuntut kalau mereka kirim yang enggak-enggak. Kami bisa cek kok itu namanya siapa-siapa saja, sama histori-historinya.”
Tak hanya soal fungsionalitas, Lindu juga akan menyuguhkan AyoPoligami.com dengan user interface yang lebih menarik. Berbeda dengan aplikasi AyoPoligami.com terakhir yang dipenuhi lagging dan warna gelap terkesan norak, aplikasi yang akan terbit 5 Oktober mendatang disebut bakal punya warna berbeda.
ADVERTISEMENT
“(Kami) nambah banyak orang (pekerja), pasti. Dan kami nambah server, dan programming ini. Kan kami programming terus-terusan nih, kemungkinan tampilan kami ubah semua, lebih bagus lagi,” kata Lindu.
Meski begitu, ketimbang tampilan luar, ia berniat agar kemanunggalan dan keaslian data pengguna menjadi prioritas.
“Soalnya susah kan bikin aplikasi, dan nggak murah. Jadi, daripada kami dosa, mending serius (soal menjadi biro jodoh dan poligami) sekalian,” ujarnya.
Bagaimana menurut Anda?