Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Tamiya, Mainan Indonesia 90-an, dan Budaya Pop Impor dari Jepang
15 Mei 2017 8:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, Masayuki meninggal dunia. Ia seorang Jepang yang sehari-harinya bekerja sebagai presiden perusahaan. Kematiannya membuat sedih beberapa kalangan, khususnya mereka yang menikmati hasil jerih dia dan perusahaannya.
ADVERTISEMENT
Sederhananya, merekalah yang bertanggung jawab atas keriangan (dan mungkin awal mula kemauan kompetitif) anak-anak generasi 90-an, lewat produksi mainan mereka yang dulu merajai pasar Indonesia.
Namun, Tamiya tak bisa dikatakan sebagai satu-satunya produk impor Jepang yang berhasil menembus pasar mainan Indonesia. Selain Tamiya, beberapa mainan impor asal Jepang lainnya juga mengisi masa kecil mereka yang tumbuh pada dekade 1990-an dan besar di awal 2000-an.
ADVERTISEMENT
Uniknya, ada benang merah yang menyamakan mereka semua, yakni anime yang dulu masih kerap menghiasi layar televisi Indonesia. Sebut saja Let’s & Go! yang membuat anak-anak kecil dengan naifnya berlarian mengejar Tamiya mereka di lintasan yang panjangnya tak seberapa.
Lalu, apa lagi mainan selain Tamiya yang tenar berbarengan dengan Let’s & Go!? Simak dalam daftar mainan 90-an berdasarkan anime berikut ini!
Kartu Yu Gi
Anda mungkin pernah berharap akan ada mesin yang bisa membuat karakter di kartu Yu-Gi muncul secara hologram, seperti layaknya di anime Yu-Gi-Oh!. Ketika Yu-Gi-Oh! tayang di televisi, rangkaian deck kartunya pun banyak diperjualbelikan di toko-toko mainan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Mainan ini berasal dari anime Jepang yang mengisahkan pertempuran Yami Yugi menggunakan kartu, dengan kekuatan-kekuatan khusus yang tak jarang terinspirasi dari legenda Mesir kuno. Ia dulu pernah tayang di RCTI, TPI, hingga Indosiar.
Tak hanya itu, penjual mainan keliling yang kerap mangkal di depan Sekolah Dasar pun turut menjual kartu-kartu dengan spesifikasi attack, defence, dan effect yang berbeda-beda itu. Bahkan, tak jarang kita temui di Indonesia kartu-kartu Yu-Gi-Oh! palsu yang kerap memiliki jumlah attack dan defence yang tak karuan ngawurnya. Ah, dulu!
Beyblade
Siapa yang dulu berkeras menggunakan wajan rumah hanya untuk bermain beyblade? Konyol memang. Tapi dulu, kepuasan beradu beyblade di sebuah arena betul-betul tak terelakkan.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, mainan ini tak ada bedanya dengan permainan gasing yang sudah lebih dulu mewarnai masa kecil anak-anak Indonesia.
Namun, dengan adanya anime berjudul BeyBlade yang tayang tiap akhir pekan di RCTI, mau-tak mau memunculkan imaji monster-monster nyata.
Anak-anak yang gampang tergoda pun turut (membeli dan) memainkan rupa mainan yang sebetulnya hanya old wine in a new bottle dari gasing tersebut.
Crush Gear
Garuda Eagle! Pernah dengar kata-kata itu? Kalau ya, tentunya Anda pernah menonton anime --dan mungkin memiliki-- Crush Gear.
Sama dengan beyblade yang mengadu gacoan masing-masing, crush gear bergerak lebih rumit dengan bentuk mobil bersenjata yang tujuannya menghancurkan gacoan musuh.
Meski terlihat sangat menyenangkan pada awalnya, mainan ini relatif lebih sukar untuk dimainkan, mengingat sulitnya mendapatkan arena dan tidak mungkinnya ada pertempuran seru serta jurus-jurus seperti di anime yang dulu ditayangkan di Indosiar.
ADVERTISEMENT
Tamagochi
Ketika ada yang bilang bahwa Pokemon Go hanyalah versi upgrade dari Tamagochi, sebetulnya ia tak salah-salah amat. Dulu, Tamagochi mengizinkan anak-anak memiliki dan memelihara Pokemon dan Digimon seperti halnya Ash dan Taichi.
Setiap hari --pagi, siang, dan malam-- kita harus “mengurusi” monster-monster digital tersebut agar ia tak mati kelaparan. Dari memberi makan, memandikan, hingga mengajaknya bermain, apapun kita lakukan demi melihat peliharaan kita sehat dan tak terkalahkan.
Kita memang tak harus berjalan jauh untuk menemukan pokemon-pokemon baru untuk dimiliki, melainkan cukup dengan menggesek slot di sisi Tamagochi, atau dengan memasukkan angka baru ke dalam menu entry-nya.
Gundam
Ketimbang yang lain, mainan dengan tema Gundam ini relatif lebih dapat bertahan hingga saat ini. Harganya pun berada di kisaran tinggi, mengingat action figure-nya menjadi mainan yang terus diproduksi dan menjadi bahan kebanggaan para kolektor.
ADVERTISEMENT
Gundam sendiri pernah tayang di Indosiar, yaitu seri Gundam Seed Destiny. Cerita Gundam yang sebetulnya sangat politis dan rumit itu mendapatkan tempat spesial di anak-anak Indonesia karena karakter-karakter robot yang terlihat macho dan luar biasa canggih.
Namun, bentuk mainannya yang tak begitu interaktif --hanya sekedar action figure yang jadi koleksi-- dan harganya yang terlampau mahal, membuat mainan Gundam tak selalu dimiliki setiap bocah sepopuler Tamiya.
Kamu sendiri bagaimana? Dari lima mainan tersebut, mana yang pernah kamu miliki? Tulis pengalamanmu di kolom komentar, ya!