Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pelatihan Penanaman Tanaman Obat Secara Vertikultur Pada Anak Sekolah Dasar
28 Juli 2022 9:54 WIB
Tulisan dari Trimawartinah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini, masyarakat perkotaan kurang menyadari penggunaan tanaman obat untuk mengobati penyakit yang diderita oleh diri mereka sendiri dan keluarga mereka karena kurangnya pendidikan, ruang hidup yang sempit karena kurangnya lahan terbuka untuk menanam tanaman obat. Penggunaan tanaman obat sendiri di perkotaan sudah berada di bawah administrasi program pemerintah yang memanfaatkan pekarangan sebagai media budidaya tanaman obat, namun penerapannya belum merata di seluruh wilayah. Hadirnya kampus-kampus di Indonesia diharapkan mampu membantu pengkajian program pemerintah terkait penggunaan tanaman obat meskipun terkendala oleh minimnya lahan terbuka agar masyarakat perkotaan dapat lebih diuntungkan dari tanaman obat.
ADVERTISEMENT
“Kami mengajak anak-anak sekolah dasar untuk mencintai tanaman sekaligus belajar gemar menanam secara vertikal dilahan sempit perkotaan Jakarta” kata Erwin Nungcik Manan, M.Si ahli lingkungan hidup dan sekaligus dosen UHAMKA di FKIP prodi pendidikan guru sekolah dasar. Pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya tanaman akan sangat membantu melestarikan biodiversitas dan upaya untuk melestarikan tanaman obat. Pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya tanaman dapat dilihat melalui apotek hidup. Apotek hidup adalah istilah yang digunakan untuk penggunaan obat tradisional tanaman yang ditanam dengan sifat obat tutur Erwin.
Program pelatihan ini selain untuk meningkatkan kesadaran anak-anak sekolah dasar belajar cara menanam tanaman secara vertikal, juga mengajarkan anak mengenal obat alami melalui penanaman tanaman obat. Tanaman obat yang diperkenalkan adalah tanaman ciplukan, nama latin dari buah ciplukan adalah Physialis peruviana atau dikenal sebagai morel berry, golden berry, atau goose cape berry. Ciplukan memiliki berbagai kandungan gizi karena kandungan didalamnya mengandung antioksidan yaitu senyawa polifenol. Menurut Trimawartinah, MKM yang merupakan praktisi pencegahan penyakit dan salah satu dosen kesehatan masyarakat di UHAMKA, cukup banyak manfaat ciplukan antara lain mencegah kerusakan sel, melawan peradangan, meningkatkan kekebalan tubuh. "Namun, ciplukan harus dimakan saat buahnya matang karena akan berbahaya jika dimakan dalam kondisi mentah" kata Trimawartinah, MKM menegaskan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan pelatihan gratis ini diadakan di wilayah Jakarta Selatan, pada hari Senin 27 Juni 2022. Bertepatan dengan libur kenaikan kelas. Latar belakang pelatihan ini -diadakan oleh dosen Fakultas Ilmu Kesehatan program studi kesehatan masyarakat bersama dosen Fakultas Keguruan Program Pendidikan Guru SD UHAMKA- mendapatkan tanggapan positif. Hal itu dapat dilihat antusiasnya anak-anak mengikuti kegiatan, serta orang tua yang sangat mendukung kegiatan. Menurut orang tua kegiatan ini bisa mengisi masa liburan sekolah dengan hal-hal yang lebih bermanfaat. Bu Rini -salah satu orang tua- mendukung kegiatan ini karena anak dan orang tua merasa senang. Menurutnya, ini pengalaman menyenangkan selain beraktivitas dengan gadget dan membantu orang tua yang bekerja menjadi solusi mengisi liburan disaat orang tua sibuk bekerja di kantor. Dalam pelatihan ini, jumlah pendaftaran peserta dibatasi hanya sejumlah 10-15 anak dengan pertimbangan menjaga jarak di masa new normal Covid-19.
ADVERTISEMENT